"Ayah!!! Tujuh ditambah tiga sama dengan berapa?!"Rey berdecak sambil mengusap rambutnya frustasi, pria itu tengah sibuk mencuci piringnya yang kini menumpuk karena kegiatan pagi tadi.
"Sepuluh!" Jawab Rey tak kalah seru, wajar... Ael di ruang tengah, sedangkan ia di dapur.
Rey sudah berulang kali membujuk Ael untuk duduk di kursi dapur, tapi anak itu menolak, katanya berisik karena ada Ayahnya, dia tidak dapat berkonsentrasi belajar lantaran Rey belum menemukan guru les untuk Ael lagi.
Padahal katanya tenangpun, Ael tak sekali dua kali berteriak bertanya jawaban pada Rey. Suasana rumah menjadi gaduh dan tidak tentram, belum lagi lantai masih kotor karena Ael jika mandi tidak pernah mengulap kakinya yang basah.
Mau disalahkan tidak bisa, ya sudah pasrah saja. Rey harap ia akan bersabar mengurus rumah sebesar ini dengan anak senakal Ael, untung saja Ael hanya satu, coba jika ada empat, ia pasti sudah mati berdiri.
"Enam tambah empat?!!"
Rey mematikan kerannya, lalu mengeringkan tangannya dengan handuk, "Sepuluh!" Teriak Rey lagi, pria itu meraih ponselnya, lalu berjalan menuju ruang tengah di mana putranya belajar sendiri di sana.
"Hah... Akhirnya kelar juga." Gumam Rey sambil menjatuhkan pantatnya di sofa, memejamkan matanya, lalu menghirup udara segar dalam-dalam.
"Kalo empat tambah enam?" Tanya Ael menoleh kearah sang Ayah, masih dengan tatapan yang begitu polos dan kebingungan.
Rey menaikkan sebelah alisnya, "Sama aja, sepuluh." Jawabnya lantas mengambil posisi duduk di lantai, meraih tubuh putranya itu lalu menjatuhkan pantatnya di atas paha.
Ael mencebik, "Lima tambah lima?" Tanya Ael dengan tatapan yang mulai kesal dan gusar.
Rey menaikkan sebelah alisnya, "Sepuluh, Ael..." Lirihnya mulai menyerah, bagaimana bisa mereka memberi soal penjumlahan dengan hasil rata sepuluh seperti itu? Jika Rey yang mengerjakan, pasti tiga detik saja sudah selesai.
Ael menahan nafasnya, "Ayah nih goblok banget!" Cletuknya dengan wajah yang memerah karena emosi.
Rey otomatis terkejut, goblok katanya? "Goblok gimana?" Tanya Rey tidak percaya, iyy... Jangan salah, bahkan ia sangat jenius.
Ael berdiri, "Masa dari tadi ditanyain, jawabnya sepuluh mulu! Ketahuan banget kalo Ayah ngawur, ayah gak pinter matematika! Dasar! Ntar kalo Ael salah semua gimana?" Tanya Ael dengan matanya yang mulai berkaca-kaca, sungguh... Nilai baginya adalah yang terpenting.
Rey menepuk jidatnya, "Aduh... Emang bener, sayang. Itu hasilnya sepuluh, nih... Hitung pake hp Ayah kalo gak percaya." Rey menyodorkan ponselnya pada Ael, wajahnya tiba-tiba gusar dan sangat lelah.
Ael mencebik, meraih ponsel itu dengan mantap.
Prak!
Okey, Rey mendadak menjadi sculpting di buatnya. Pria itu menganga tidak percaya begitu Ael melempar ponselnya kearah lain, tolong... Siapapun itu, di mana stok kesabaran?
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Bunda?
Fanfiction"Mau cari Bunda baru aja pake sayembara, emang Ayah pangeran? Kita tinggal di rumah, Ayah, bukan di kerajaan!" "Mau jadi istri saya? Rebut dulu hati putra saya." °Start 14.05.2020 [On Going✓] (Bukan BXB) copyright 2020 by fielitanathh