Chapter 1

34 3 2
                                    

Bel istirahat berbunyi membuat seluruh murid meninggalkan kelas padahal guru belum selesai menerangkan, kalau kata murid jaman sekarang ini disebut dengan disiplin. Layla bersama Nala berjalan menuju kantin untuk meredakan cacing-cacing di perut mereka. "Si murid baru lumayan juga, eh tidak-tidak dia luar biasa tampan." Nala membuka konversasi diantara mereka berdua.

"Menurutku, dia aneh."

"Apa maksudmu?"

"Tidak tau, hanya saja menurut naluriku dia aneh."

"Ohhh, tapi Layla,"

"Setelah kupikir-pikir aku tidak akan mau mendekatinya."

"Wae?"

"Iya sih dia luar biasa tampan, tapi sesuai yang kubilang tadi pagi, dia murid beasiswa, kau kan tahu aku tidak suka pria miskin."

Mendengar hal tersebut Layla hanya bisa tersenyum. Benar juga. Hey, wanita mana yang ingin bersama pria miskin? Lucu sekali. Jika ada seorang wanita yang berkata ia akan menerima prianya apa adanya walaupun miskin, Layla rasanya ingin tertawa terbahak-bahak, memangnya jika miskin ingin diberi makan apa? cinta? cih.

Sesampainya di kantin, mereka berdua langsung mengambil makan siang mereka. Menu makan siang hari ini terdapat stroberi, buah kesukaan Nala tetapi lain hal dengan Layla. Layla benci buah stroberi karena rasa masamnya, ia tidak bisa memakan jenis buah tersebut sehingga bagiannya diberikan kepada Nala.

Mereka akhirnya duduk di meja kantin yang kosong dan mulai memakan makan siang mereka masing-masing. "Hei, apakah sebelumnya kau mengenal Kim Taehyung?" Layla mengernyit mendengar pertanyaan Nala, "Tentu saja aku belum pernah mengenalnya."

"Lalu kenapa dia memperhatikanmu terus?"

------

Layla baru saja sampai di rumahnya setelah menghabiskan waktunya di sekolah. Ia menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Belum setengah tangga ia naiki, seseorang sudah menghalangi jalannya. "Kapan kau pulang?" Layla mendongak agar bisa bertatapan dengan kakak kandungnya.

"Tadi siang saat kau masih di sekolah."

"Masih ingat jalan pulang?"

"Jangan begitu sayang, kalau aku lupa jalan pulang aku pasti tidak akan berada disini, dan nanti kau akan rindu padaku."

"Percaya diri sekali." Layla berjalan melewati kakaknya itu dan langsung memasuki kamarnya.

Jung Hoseok menarik salah satu sudut bibirnya begitu sang adik berjalan melewatinya, dia berpikir mungkin bermain sedikit akan mengurangi beban pikirannya? Akhirnya ia memutar balikkan badannya dan berjalan menuju kamar sang adik tercinta.

Layla sedang mengganti seragamnya dengan piyama saat sang kakak masuk ke kamarnya. "YA! JUNG HOSEOK! KAU PIKIR APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN?!"

"Wow, rileks sayang dan kau juga pikir apa yang sedang kau lakukan? Memakai piyama tapi tak dikancingkan? kau sedang mencoba menggodaku?"

"Aku belum selesai ganti baju, bodoh."

"Jangan dilanjutkan kalau begitu, karena akhirnya aku akan menanggalkan semua kain ditubuhmu." Hoseok berjalan menghampiri adiknya, meraih tengkuk sang adik dan mulai memberikan ciuman panas yang mengundang hormon di tubuhnya. Layla memberontak, mencoba melepaskan diri dari ciuman sang kakak tapi sudah diduga tenaganya tak bisa disandingkan dengan Jung 'brengsek' Hoseok.

Layla akhirnya mulai membalas ciumannya, persetan dengan harga diri! Ia butuh sentuhan sekarang juga! Ia membuka mulutnya agar si kakak dapat mengeksplor dengan lidahnya. Hoseok tersenyum di tengah-tengah cumbuan mereka, ia merasa menang lagi. Lidah mereka beradu memproduksi air liur yang sudah mengalir keluar dari mulut mereka berdua, tetapi hal tersebut malahan membuat suasana menjadi lebih panas.

EccendentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang