Chapter 4

16 3 0
                                    

"Seperti yang kau pikirkan, ini darah." Layla langsung terduduk mendengar penuturan Taehyung. "Kau ingin mati? Jangan bercanda denganku."

"Lay--"

"Jimin, katakan padaku. Ini semua hanya lelucon kalian kan? Tolong berhentilah bersikap seperti ini. Aku tidak menyukainya." Layla memotong perkataan Jimin. "Sayangnya, ini semua bukan lelucon, Layla."

"A-apa?"

"Kau sudah menjadi bagian dari kami. Kau yang sekarang tidak seperti kau yang dahulu. Jadi, kumohon tolong dengarkan kita berdua dan jangan bertindak gegabah. Ini semua demi keselamatanmu juga."

"Tidak, t-tidak, ini semua tidak benar." Layla menunduk dan menggelengkan kepalanya, ia juga memegang kepalanya. Aku tak habis pikir. "Layla, sadarlah ini semua sudah terjadi dan kita tidak bisa mengembalikan waktu. Aku juga kesal setengah mati dengan dia sampai rasanya aku ingin menjadikannya tumbal untuk Lucifer." Jimin mengatakan itu sambil melirik sinis Taehyung, sedangkan yang dilirik hanya memandang datar Layla. Akhirnya sang gadis menegakkan kepalanya, ia berdiri menghadap Kim Taehyung. Mereka saling berpandangan hingga secara tiba-tiba Layla menampar pipi kiri Taehyung. "PENYEBAB INI SEMUA ADALAH KAU, KIM TAEHYUNG!" Taehyung hanya bisa menunduk mendengar kemarahan Layla. "Apa alasan kau melakukan ini semua? Kenapa harus aku?" Setelah Layla mengatakan hal tersebut, bel tanda masuk berbunyi. Layla pergi meninggalkan ruang UKS, ia berniat membolos hari ini. Di tengah koridor, ada yang menarik lengannya dari belakang. "Aku ikut denganmu."

"Lepaskan!" Layla menepis lengan Kim Taehyung namun tenaganya tak cukup untuk membuat Taehyung lepas darinya. "Kalau kau pergi sendirian, aku yakin kau akan sekarat lagi seperti tadi." Layla diam mendengar penuturan lawan bicaranya, ia mengepalkan tangannya. Apakah tamparanku tak cukup membuatnya menyesal? "Kau diam, berarti kau terima aku ikut denganmu."

----

Layla dan Taehyung sedang berada di dalam taksi yang baru saja mereka hentikan. "Ahjussi, tolong antar kami ke alamat ini." Taehyung memperlihatkan alamat apartemen-nya kepada sopir taksi tersebut. Layla menoleh kepada Taehyung. "Kau mau membawaku kemana?"

"Sudah, kau diam saja."

"Kalau kau sampai berani macam-macam, aku tak segan untuk berteriak."

----

Mereka sampai di apartemen Taehyung. "Aku tak menyangka kau tinggal disini." Layla memulai konversasi di lift. "Kau mengira aku pria yang tidak punya uang hanya karena aku murid beasiswa?"

"Tak salah kan? Di drama-drama semua murid yang mendapat beasiswa merupakan orang yang tidak mampu." Taehyung menarik salah satu sudut bibirnya mendengar penuturan Layla. "Jangan lupakan bahwa aku keturunan iblis ketamakan, Layla. Aku tamak dalam hal materi dunia." Layla yang mendengar perkataan Taehyung pun langsung menoleh menghadap sang pemuda. Ah benar juga. Lift berhenti di lantai dua puluh tujuh, Taehyung keluar terlebih dahulu disusul Layla yang mengikutinya bak anak itik. Taehyung berhenti di depan pintu bernomor 2795, lalu memencet password untuk membuka pintunya. Layla sengaja mengalihkan pandangannya karena menurutnya tidak sopan mengintip password orang lain. Taehyung memasuki apartemen-nya, ia melepas sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu dekat pintu. Merasa tak ada yang mengikutinya, Taehyung menoleh ke belakang. "Kenapa tak masuk?"

"B-bolehkah?"

"Kalau tidak boleh aku tidak akan mengajakmu kesini." Layla mengangguk canggung, ia menggaruk rambutnya yang tak gatal lalu masuk mengikuti Taehyung ke apartemen-nya. "Duduk saja dulu di sofa, aku akan membawa minuman untukmu." Layla langsung duduk di sofa yang terdapat di ruang tengah, ia mengamati penampakan apartemen Taehyung yang harganya mungkin sampai miliaran won. Sedangkan Taehyung menuju dapur untuk menyiapkan minuman.

----

Layla menoleh ke arah Taehyung yang datang ke ruang tengah sambil membawa sebuah gelas. Sang gadis reflek terperanjat melihat isi dari gelas yang dibawa Taehyung. "Kenapa? Kau terkejut? Kan kau sudah pernah meminumnya tadi." Taehyung dengan santainya meletakkan gelas tersebut di atas meja. Taehyung lalu menarik Layla untuk duduk di sampingnya. Layla masih syok dengan isi gelas tersebut, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa. "Layla, lihat aku." Taehyung menghadap Layla intens sehingga membuat Layla ikut menghadap manik yang bertabur bintang itu juga. "Apa yang kau rasakan saat meminum darah pertama kali waktu di UKS?" Layla sempat terhipnotis oleh pandangan Taehyung lalu dengan cepat ia sadar kembali. Layla diam. Ia tak tahu harus menjawab apa. "Jawab yang jujur, Layla."

"A-aku tidak tahu."

"Apakah aku harus memakai cara lain untuk membujukmu menjawab pertanyaanku, hm?"

"C-cara apa?" Tak diduga, Taehyung mendekatkan wajah serta menutup matanya. Layla yang melihat hal tersebut pun membulatkan matanya Belum sempat Layla membuka mulutnya, Taehyung sudah menempelkan bibirnya ke bibir sang gadis. Taehyung sedikit melumat bibir atas kemudian dilanjutkan bibir bawah. Layla membelalakkan matanya, apa yang ia lakukan? Taehyung memundurkan tubuhnya lalu memandang Layla yang masih syok atas perlakuaannya. "A-apa yang--"

"Sekarang katakan padaku, apa yang kau rasakan pertama kali saat meminum darah? Apakah semanis bibirku?" manis. iya manis. Layla terlalu gengsi untuk mengatakan yang sebenarnya, ia akhirnya hanya bisa menunduk. Taehyung yang melihat reaksi lawan bicaranya pun langsung menyentuh bawah dagu Layla dan mengadahkan kepalanya. "Katakan padaku, Layla."

"Manis." Layla menghela napasnya, ia sudah tidak peduli dengan harga dirinya. ia sepenuhnya terhipnotis dengan pemuda di hadapannya. Taehyung tersenyum. Ia kemudian menyodorkan gelas berisi darah kepada Layla. "Minumlah."

"Kenapa aku harus meminumnya? Bukankah tadi sudah?"

"Tadi kau hanya minum sedikit, jika kau tak minum lagi aku yakin kau akan mengalami sakit yang sama seperti tadi." Layla awalnya ragu, namun karena melihat pandangan Taehyung yang seakan memaksa, akhirnya ia meminumnya juga. Aneh, kenapa rasanya manis sekali? Setelah meminumnya, Layla meletakkan gelas tersebut ke tempatnya kembali. "Apa alasanmu membawaku kemari?"

"Ah, iya aku membawamu kemari untuk menjelaskan semua hal tentang makhluk semacam kita. Karena sepertinya kau sudah mulai menerima takdir?"

"A-aku tidak tahu, aku masih ragu."

"Setidaknya sekarang kau tidak mencoba menamparku lagi." Layla yang mendengar perkataan lawan bicaranya pun mulai bersikap canggung. "M-maaf, apakah itu sakit sekali?" Layla mencoba menyentuh pipi Taehyung namun tangannya langsung digenggam oleh sang pemuda. "Tidak apa-apa, aku pantas mendapatkannya." Layla melepaskan genggaman mereka dan menunduk. "Aku minta maaf sekali lagi."

"Hei, sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu, lagipula aku tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut." Mereka diam selama beberapa menit, tak ada yang mencoba memulai konversasi lagi. Suasana berubah menjadi canggung dalam waktu yang singkat. "Ja-jadi kau ingin menjelaskan darimana?"

"A-ah benar, kau ingin mengetahui hal apa dahulu?"

"Aku sangat penasaran tentang cairan merah itu." Layla mengatakan hal tersebut sambil menunjuk bekas gelas yang tadi ia pakai untuk minum dengan dagunya. "Darah ya, baiklah. Iblis itu menyukai darah, Layla. Dan aku tebak kau juga mulai menyukainya?" Layla membenarkan hal tersebut dalam hati. Jika ditafsirkan, rasa yang ia kecap itu bukan rasa manis biasa melainkan manis yang benar-benar membuatmu kecanduan ingin mengonsumsi terus menerus. "Iblis tak bisa hidup tanpa darah. Kau mungkin berpikir kita hampir sama dengan makhluk dongeng yang putih pucat dengan taring untuk menghisap darah manusia, tapi tidak. Kita tidak sama dengan mereka. Mereka tidak bisa mengonsumsi bawang putih atau hal lainnya, tapi kita bisa. Kita bisa mengonsumsi semua makanan manusia. Namun makanan manusia tidak dapat menghasilkan energi di tubuh kita, melainkan darah yang bisa menghasilkan hal tersebut. Darah juga menjadi hal yang sakral untuk kita, kau tahu kenapa tubuhmu terasa seperti ada api di dalamnya saat kau sakit di kantin?" Layla menggeleng, ia masih tidak mengerti kenapa tiba-tiba tubuhnya bisa seperti itu. "Itu karena raja iblis murka, jika ada yang tidak mematuhi hal sakral apapun itu, mereka akan menciptakan api neraka di dalam tubuhmu. Yang jika kau tetap tidak melakukan hal sakral tersebut, kau akan melepuh. Berubah menjadi abu." Layla bergidik mendengar penjelasan Taehyung, ia mulai membayangkan jika Taehyung tak datang menyelamatkannya saat itu, mungkin sekarang ia sudah berubah menjadi abu dan terbang terbawa angin. "Kau bilang tadi raja iblis? Iblis mempunyai seorang raja?"

"Bukan seorang, tapi tujuh orang raja."

TBC.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EccendentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang