Part 3

545 58 4
                                    

"S-sebenarnya … dulu aku punya kakak yang punya kemampuan sama seperti Kak Hali …."

Ruangan kembali hening, raut terkejut terpampang jelas di wajah mereka.

"Siapa nama kakakmu?" tanya FrostFire.

Gempa terlihat bimbang, tapi akhirnya ia memutuskan untuk memberitahu mereka, "Nama Kakakku adalah … Glacier."

FrostFire membelalakan matanya, lalu melihat ke arah Halilintar, begitupun yang lainnya, mereka turut memandangi Halilintar dengan tatapan tak percaya.

"Hali … bukankah itu …."

"Iya, itu adalah nama dari orang yang memberiku kemampuan telekinesis."

Ucapan Halilintar membuat Gempa mematung tak percaya, jadi ... kakaknyalah yang memberinya?

"Jadi … yang ada di depanku ini adalah adiknya?! Apa kau punya kemampuan khusus seperti kakak kandungmu itu?" tanya Blaze antusias.

"I-iya … aku punya …." jawab Gempa.

"Apa itu? Cepat beritahu padaku!" seru Blaze.

"Umm … aku bisa … melihat masa depan saat tidur," ucap Gempa.

"Wow! Itu keren sekali! Aku ingin punya kemampuan sepertimu ...," ucap Blaze, matanya terlihat berbinar.

"Tapi … aku tidak mau … aku lebih baik jadi manusia normal daripada seperti ini …," lirih Gempa.

"Eh? Kenapa begitu?" tanya Taufan, ia merasa kalau Gempa tidak menyukai kemampuannya sendiri.

"Itu karena … pembunuhan, kecelakaan, kehancuran, dan bencana, hanya itu masa depan yang bisa kulihat …," gumam Gempa, yang masih bisa didengar oleh mereka.

"Benarkah? Sejak kapan itu? Dan masa depan yang pertama kali kau lihat itu bagaimana?" tanya Solar.

Gempa menunduk, tidak ingin melihat manik abu-abu yang terhalang lensa berwarna jingga milik Solar.

"Sejak … aku berusia enam tahun, dan … masa depan yang pertama kali kulihat adalah … kematian Kak Glacier …," lirih Gempa, matanya berkaca-kaca karena menahan tangis.

Thorn yang melihatnya merasa prihatin, lantas langsung membawa Gempa ke dalam pelukannya, lalu Thorn memberi deathglare pada Solar, sementara si empunya yang di-deathglare hanya tertawa kikuk.

"Sudah-sudah … jangan sedih lagi, Gempa, 'kan masih ada kami?" ujar Thorn seraya mengusap kepala Gempa yang tertutupi topi, berusaha agar Gempa tenang.

"Iya, jangan sedih lagi, Gempa masih punya kami sebagai Kakak angkat! Walau baru bertemu sehari, sih," ucap Blaze, dan mendapat anggukan dari kembarnya yang lain, termasuk Halilintar.

Gempa mengangkat kepalanya lalu melihat ke arah mereka, ia mengangguk lalu tersenyum dan menggumamkan kata terima kasih yang hanya bisa didengar oleh Thorn.

"Sama-sama, Gempa," bisik Thorn.

***

"Kak Thorn! Kak Thorn di mana?!" teriak Gempa pagi itu, mencari kakaknya yang serba hijau, tapi yang didapatinya adalah Taufan yang sedang memasak dan Halilintar yang tengah menyiapkan meja makan.

Taufan menghentikan sejenak kegiatan masaknya lalu menoleh ke arah Gempa, begitupun dengan Halilintar.

"Dia dapat panggilan dari toko bunga langganannya kalau bibit yang Thorn pesan sudah ada, jadi Thorn pergi ke sana, memangnya ada apa, Gempa?" tanya Taufan.

Wajah Gempa terlihat pucat, itu membuat mereka berdua khawatir dengan keadaan Gempa.

"Itu … Kak Thorn … kita harus cepat mencarinya sebelum terlambat!" teriak Gempa.

The Future [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang