💠 Satu

11 5 4
                                    

3 Tahun Kemudian...
.
.
.
.

"Sampai kapan kamu nunggu Andre, nduk?"

Huft, baru aja pulang ngampus pertanyaan number one bapak udah jadi asupan setiap hari. Aku mencoba menghiraukan dan memilih langsung masuk ke kamar tapi tiba-tiba ucapan bapak membuat aku berhenti melangkah.

"Umur kamu sudah bukan remaja lagi, nduk. Waktunya kamu menikah kasih bapak cucu bukan nunggu pria tanpa kepastian."

Jleb

Sakit tapi tak berdarah. Apa aku salah menunggu mas Andre. Tapi, aku sudah terlanjur menunggu nanggung kalau berhenti ditengah jalan. Lagian aku yakin kok kalau mas Andre bakal kembali buat ngelamar aku sesuai ucapan tiga tahun lalu di bandara. Aku berbalik ke arah bapak lalu berjongkok dihadapan bapak.

"Pak," panggilku.

"Kalau kamu mau belain Andre bapak mending tutup telinga aja."

"Pakai apa pak? handset? atau earphone?" tanyaku yang malah membuat bapak menjewer telinga ku.

"Awss, sakit pak."
Ngga suka ih bapak kekerasan mulu kayak kak los ke upil- Ipul.

"Makanya bapak lagi serius jangan bercanda!" mana mungkin bisa otakku sudah ke cuci pakai sabun rinto gegara mikirin mas Andre terus membuat aku jadi ketularan penyakitnya mas Andre kalau serius malah dijadiin becandaan.

Oke, kembali ke topik.

"Bapak aku ngga belain mas Andre. Tapi, aku cuma mau menyakinkan hati aku kalau mas Andre akan kembali buat aku." Entah kapan kembalinya tapi aku akan menunggunya.

"Kakak mah sok yes banget yakin banget ya bang Andre bakal balik." tiba-tiba aja suara Ela adikku menyahut membuat aku sama bapak melihat ke sumber suara.

Ela berjalan dengan santainya duduk di sofa lainnya. Dengan gaya angkuhnya dia duduk sambil menyilangkan tangan di dada.

"Kak Ninda seharusnya sadar diri dong bang Andre tuh dah ngga balik lagi selama tiga tahun kak tiga tahun itu tandanya bang Andre ngga bakal balik," ucap Ela dengan menekan kata tiga tahun.

Apa iya mas Andre ngga bakal balik. Tapi, dia udah janji bakal balik kok. Hah, persetanan dengan Ela aku ngga boleh ke hasut sama Ela. Aku tau Ela juga suka sama mas Andre mungkin dia memisahkan aku dengan berkata seperti itu.

"Bisa ngga kamu diem aku lagi bicara sama bapak bukan sama kamu!"

Ela malah memutar bola mata malas lalu beranjak dari sofa. "Ya sudah kalau ngga mau percaya selamat menunggu seratus tahun lagi," ucapnya yang penuh kata sindiran.

"Nduk, yang diucapkan adikmu ada benarnya.".

"Sudahlah pak Ninda ngga mau bahas ini lagi biarin Ninda nunggu mas Andre walaupun sampai seratus tahun."
.
.
.
.
.

Namaku Ninda, Ninda Andini Hasbi. Lahir di Mojokerto. Umurku sekarang 23 tahun. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Adikku bernama Ela, Elailiyah Andini Hasbi umurnya tak jauh dariku hanya terpaut tiga tahun saja.

Aku seorang mahasiswi di kampus Brawijaya semester D3 sebentar lagi aku mau Sarjana. Ku harap saat hari kelulusan itu mas Andre datang dengan kedua orang tuanya buat ngelamar aku. Huaaaa belum apa-apa sudah halu aku. Tapi, nggak apa Semoga halu ini bisa jadi nyata.

[Ninda POV End]

🌼🌼🌼

Bandung.

Terimakasih Sudah Menunggu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang