02. Serendipity

961 291 31
                                    


"Berpikir lah dua kali sebelum kamu berani mengambil keputusan, tidak ada yang tau betapa banyak malapetaka yang menunggumu."



Happy reading


Aku pulang bersama Kak Renjun, ternyata latihannya di undur besok. Dia menjemputku di halte bus, entah dia tau dari mana aku masih ada di sana. Aku sama sekali tidak memberitahunya.

Uhm, aku menemukan hal yang sedikit janggal tadi. Mereka berdua tampak aneh. Iya, kakakku dan lelaki bernama Park Jisung.

"Rin besok bawa mobil aja, gue nggak bisa nganter lo besok," ucapnya menghampiriku yang sedang tiduran di kasur.

Aku menoleh kearahnya, sedikit mendongak, agar bisa dengan jelas menatapnya. "Iyaa," jawabku kemudian kembali memalingkan wajahku dan kembali dengan kegiatanku tadi, tanpa ada rasa penasaran apa yang akan ia katakan selanjutnya.

"Pertanyaan lo pagi tadi mungkin lo bakal dapet jawabannya sebentar lagi," pelan, nyaris berbisik. Satu kalimat yang kembali mengalihkan perhatianku. Keningku mengerut, kemudian menatapnya bingung.

Apa yang dia maksud adalah pertanyaanku tentang mesin waktu itu?

"Maksud kakak?"

"Lo bakal tau kalau udah saatnya." Ia mengacak rambutku, lalu melangkahkan kakinya keluar meninggalkan kamarku.

Aku terdiam, terpaku kebingungan. Apa sebenarnya maksudnya, apakah ada hubungannya dengan tadi?

Uhm, ada yang aneh tadi, Kak Renjun sama sekali tidak terkejut melihat Jisung, padahal posisinya aku sedang berdua dengan Jisung di halte itu. Wajahnya datar, tidak mencerminkan rasa khawatir sama sekali. Bukan apa-apa, tapi—kalian pasti paham maksudku.

Kalau tidak yasudah, aku sedang malas menjelaskannya.

Ah, iya. Soal Jisung tadi, aku akan menemuinya besok di Taman Kota sepulang sekolah.


Aku tercekat, "g-gimana lo tau nama gue?" Tanyaku terkejut bercampur rasa takut. Apakah dia benar-benar bagian dari mimpi itu. Jika iya siapa dia, aku sama sekali tak mengingatnya.

"Tidak perlu takut, aku hanya mau bantu kamu dan—argh! Kamu akan tau nanti."

Kenapa dia bersikeras ingin membantuku?

Aku diam, aku bingung harus menerima bantuannya atau tidak. Dari sorot matanya, terlihat lelaki itu tampak serius dengan ucapannya. Sepertinya, tidak ada salahnya menerimanya, aku sangat penasaran siapa kedua anak itu, dan siapa lelaki di depanku ini.

Dengan konsekuensi menerima semua resikonya. Aku akan menerima semua resikonya, aku sudah tidak tahan dengan misteri berkepanjangan ini.

"DEK! AYO PULANG!" Teriak Kak Renjun yang sejak kapan sudah ada di sana. Seperti yang ku bilang, raut wajahnya biasa saja.

"Oke gue terima," sepontanku kepada Park Jisung.

Jisung tersenyum, "besok temui aku di Taman Kota sepulang sekolah. Hati-hati, aku duluan," ucapnya tanpa memberi jeda.

[✔️] DEFEND LIGHT : portent | PARK JISUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang