that morning

371 74 10
                                    

Sang mentari menyeringai. Memancarkan cahaya ke segala penjuru. Tak terkecuali bagi pasangan tidur ini.

Soobin menguap tanda terbangun dari tidur lelapnya. Tapi, ada yang aneh di sini. Mengapa sisi kirinya kosong? Dengan mata masih setengah terpejam, dia meraba-raba permukaan ranjang dan merasa kehilangan.

Apa Yeonjun sudah pulang?

Oh ayolah, dia ingin sekali melihat muka bantal milik si pemuda mungil. Bagaimana matanya mengerjap ketika bangun atau memberikan sapaan 'selamat pagi'.

Soobin membangkitkan diri dan melangkah gontai menuju kamar mandi untuk menggosok gigi. Lagipula, hari ini tak ada pertemuan pada kolega penting sehingga tak perlu bergegas menuju kantor.

Seusai membersihkan mulut, ia merapikan kamar lalu melangkahkan kaki menuju dapur. Seperti biasa, ia akan membuat sarapan kecil. Mengambil beberapa helai roti kemudian mengoles selai kacang almond.

Ah, apa benar dia sudah pergi? Mengapa cepat sekali

Semalam merupakan malam terbaik bagi dirinya. Mendekap tubuh mungil Yeonjun, berbagi kehangatan selama tidur ah, setidaknya Soobin memiliki kenangan indah dalam hidupnya.

Selesai mengolesi roti, ia memutuskan untuk menonton TV paling tidak dapat mengurangi rasa sepi yang menyelimuti dirinya.

Ia meminggirkan bantal agar dapat menempati sofa, lalu menekan tombol remote guna menghidupkan benda balok elektronik itu.

Masih sedikit galau, Soobin menggigit malas roti buatannya. Menonton tayangan layar kaca tanpa menaruh minat. Pikirannya tak berhenti memutar kenangan bersama Yeonjun.

"Akan jauh lebih baik jika dia di sini", Soobin bergumam

Sepasang lengan berkain abu-abu melingkari leher Soobin dari belakang. Si surai biru menumpukkan wajah pada permukaan atas sofa kemudian mendekatkan bibirnya pada telinga Soobin.

"Binnie merindukanku?"

Suara itu. Mendengar nada bicara yang tak asing tersebut membuat Soobin menengok ke arah sumber suara. Matanya melihat Yeonjun tersenyum manis dan mengerjap lucu.

"Selamat pagi Binnie", sapa Yeonjun ceria lalu mendaratkan kecupan pada hidung Soobin

"Selamat pagi Jjunie", balas Soobin sedikit cuek

"Ish Binnie ga semangat ngebalesnya!"

"Jjunie nakal, jadi Binnie malas bicara dengan Jjunie", balas Soobin mengalihkan mata dan kembali memfokuskan diri pada televisi

Yeonjun panik. Entah panik karena client nya tidak senang atau dikarenakan Soobin menjadi tak acuh dengan dirinya. Apapun itu dia tidak ingin diacuhkan Soobin!

Soobin melirik sekilas wajah panik Yeonjun, terbesit ide jahil pada otak kecilnya. Ia akan berpura-pura mengabaikan Yeonjun.

Melihat kelinci bongsornya menunjukkan raut tegas membuatnya panik. Ia berlari lalu mendaratkan pantatnya di bagian sofa samping Soobin.

Kedua tangannya meremat pundak si tinggi kemudian mengguncangnya, "Binnie, Binnie, Bunny Binbin~ jangan ngambek sama Jjunie dong. Gantengnya ilang tau~"

Soobin lantas berbalik, menatap tajam kedua netra Yeonjun, melepas tangan pemuda mungil itu dengan sekali sentak.

"Saya kesal sama kamu....", Soobin tersenyum jahil, "tapi bohong!"

"ISH BINNIE NYEBELIN! NIH NIH MAMAM PUKULAN JJUNIE HIYAAAA!", seru Yeonjun sambil menghujani wajah Soobin dengan pukulan bantal

Healing [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang