good bye

495 73 16
                                    

Soobin tengah bersiap menuju kantor, mengepak dokumen serta laptop kemudian melangkah mantap menuju ke luar.

"Jjunie, kamu sudah siap?"

"Eum!"

Tanpa sepatah kata, mereka berdua melenggang ke luar gedung apartemen. Soobin dengan seragam kantornya dan Yeonjun mengenakan sweater biru laut yang ia pakai ketika datang.

"Kamu yakin tidak mau saya antar?"

"Tidak perlu, sebentar lagi Uber nya sampai"

Yeonjun mengembangkan senyuman, masih seperti malam kemarin. Manis dan lugu. Soobin sedikit menyayangkan kenapa ia dipertemukan dengan lelaki mungil itu melalui cara seperti ini?

Jujur, Soobin tidak rela jika Yeonjun melakukan hal yang sama kepada client lain. Ia takut tidak bisa bertemu, memeluknya, atau mengecap peach alami itu lagi.

Soobin menunduk sedih lalu menghela napas, ia berusaha berekspresi baik-baik saja kemudian menarik seulas senyum hingga kedua cekungan pipi itu muncul.

"Terima kasih Yeonjun untuk satu hari ini. Kamu bisa membuat saya tertawa, tidur tenang, dan bahagia. Simple things that you do to me, has a big effect on me"

"I am glad that you happy cause of me. Jjunie senang bisa membantu Binnie"

"Sebelumnya, apa kamu tidak nyaman dengan saya? Jujurlah, saya tidak masalah mengenai pendapat kamu"

Yeonjun menarik tangan Soobin dan menggenggamnya, melayangkan lengan mereka berdua sambil berjalan,

"Binnie itu orangnya baik. Jjunie nyaman selama bersama dengan Binnie. Meskipun Binnie telah mencuri ciuman pertama Jjunie, itu tidak masalah. Selama Binnie nyaman dan senang, kenapa tidak?"

Soobin tertegun, hampir tidak mempercayai ucapan pemuda mungil tadi. Namun tak dapat dipungkiri, dia merasa beruntung mendapat kesempatan pertama.

"Am I good kisser?"

Hei, pertanyaan macam apa itu! Yeonjun meremat tautan mereka lantas membuang muka menahan malu.

"Sure. You did it great", cicit Yeonjun

"Jjunie-ah, saya punya satu permintaan lagi?"

"Katakan saja"

"Saya boleh minta peluk?"

Yeonjun terkikik, menurutnya cara bicara Soobin dengan gaya formal begitu lucu jika meminta hal sesederhana itu. Namun, iya, itulah nilai plus dari pria jangkung itu.

Pemuda biru itu mendekat kemudian meregang lengan dan mendekap bahu lebar milik Soobin. Hidungnya tak absen menghirup aroma maskulin yang menguar.

"Binnie selalu bicara kayak gini ya?"

"Ha?"

"Pakai saya-kamu, bukankah itu terlalu formal?"

Soobin terkekeh memeluk pinggang ramping itu dengan sebelah lengan, sedangkan sisanya mengusak surai kebiruan yang lembut bagaikan kapas.

"Saya cuma bilang begini sama orang yang saya anggap dekat"

"Terima kasih"

Keduanya menikmati momen ini. Saling mengeratkan enggan untuk melepas satu sama lain. Akan tetapi, masa indah ini harus berakhir. Di depan gedung apartemen, seorang lelaki bersurai coklat berteriak,

"YEONJUNNIE!"

Yang dipanggil merasa kaget lantas melepas pelukannya dengan Soobin membuat si tinggi merasa cemas.

"Ma...maaf Binnie, Jjunie harus segera pergi. Sampai jumpa dan nice to meet you~"

Pemuda manis itu berlari menghambur menuju pria entah siapa di depan sana, meninggalkan Soobin dengan senyuman kecut.

Maybe, at this time I shouldn't be happy. But, when the happiness come to my life?—pikir Soobin

Bittersweet

Dengan langkah gagah, mengeratkan pegangan pada lengan tas kerja, Choi Soobin kembali ke permukaan. Tatapan dingin nan tajam seakan berkuasa di dunia dan mampu mendapatkan segalanya.

Namun nyatanya, dia hanya sebuah sedotan. Nampak kokoh sayangnya hampa.

Sebelum berkendara, Soobin membuka aplikasi itu dan membuka history chat bersama Yeonjun.

Yeonjun Choi

Apakah hari ini kamu sibuk?
Ada restoran bagus di pinggir kota
Bersiaplah malam nanti
(delivered)

Aku harap kita bisa bertemu lagi Jjunie-ah

Meanwhile~

Deru mesin mobil mengisi rasa sepi di antara kakak beradik itu. Yeonjun memandang ke samping jalan sedangkan Taehyung sibuk menyetir entah kemana.

"Wah wah wah, sepertinya kau mendapat seorang jutawan huh?"

Pemuda Choi itu diam. Memilih tak mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan bibirnya begitu malas meladeni sosok tampan di sampingnya.

"Kemarikan uangmu, idiot!"

"Tidak mau, ini uangku"

Air muka pria Kim itu berubah garang, menebar aura kegelapan dan memukul stir mobil tanda murka.

"Cepat berikan uangmu sialan!"

"TIDAK!"

"DASAR ANAK TIDAK BERGUNA!"

Taehyung melepas stir mobil hingga kendaraan itu tak jelas mengarah kemana. Kedua tangan pria Kim mencekik leher lembut milik Yeonjun.

Pemuda Choi itu merasa nafasnya tersengal, tangannya berusaha melepaskan tautan erat yang mencekal lehernya.

"Uhuk.... Uhuk.... Taehyung-ahjussi lepaskan akkhh..."

"BERIKAN UANGMU PADAKU, BEDEBAH KECIL!"

Pandangan Yeonjun mulai kabur akibat pasokan oksigen dalam paru nya menipis bahkan nihil, kesadarannya menipis dan menjadi tak sadarkan diri. Melihat pemuda manis itu pingsan, Taehyung menghempaskan kepala Yeonjun hingga terbentur kaca mobil.

Karena sibuk bertengkar dengan Yeonjun, tanpa ia sadari sebuah truk pengangkut minyak sudah berada di depan mata sambil menyalakan klakson yang begitu memekak telinga.

Terlambat baginya untuk menghindar, takdir akan memainkan peran. Kedua mesin transportasi itu saling beradu hingga menyebabkan

BOOM!

Soobin berkendara dengan kecepatan sedang, atensinya teralih pada papan berita yang menayangkan sebuah kecelakaan antara truk minyak dan sebuah mobil.

Begitu mobil Soobin berlalu, portal berita itu menayangkan wajah korban tewas. Dan salah satu wajahnya adalah

Seseorang yang Soobin nantikan kedatangannya

—•—

How about this ending?
Wish you happy with this book

Healing [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang