[17] HOLCYON : Alcohol & Memory

2.4K 304 13
                                    

"Ini sudah lewat jam makan siang, kau sungguh tidak lapar?" tidak ada respon dari gadis itu, ia melirik dengan hati-hati untuk melihat keadaan gadis itu yang duduk berada di bangku taman. Hinata terlihat menyembunyikan rasa gugupnya, namun mata Naruto bisa melihat dengan jelas bagaimana kaki yang tengah gemetar di sana. Ini lebih sulit dari apa yang aku bayangkan.

Meskipun sudah dikatakan cukup baik untuk kondisi saat ini, tetapi gadis itu tetap harus makan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang disediakan. Mengingat bagaimana susahnya untuk menelan satu sendok nasi. Tubuh Hinata bisa dikatakan mungil untuk usia yang hampir sama dengannya ̶ ̶ hanya berbeda dua tahun, bahkan terlihat seperti anak SMA.

"Aku akan mengambil makanan yang mungkin sudah diletakkan di ruanganmu, tidak apa 'kan kalau aku tinggal sendiri?" ini mungkin bisa membantu gadis itu untuk melatih berada di tengah orang-orang. Naruto memperhatikan sekitar, tidak banyak orang yang ada di sini.

Hinata menarik bajunya, gadis itu menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ditinggal sendirian di sini, bagaimanapun ia belum terbiasa.

Pria itu kembali menghela napas, mencari ponselnya untuk meminta tolong Dr. Sakura membawa makanan. Ia baru teringat sesuatu, ponselnya tertinggal di ruangan inap Hinata.

"Terjadi sesuatu?"

"Ya," merasa tidak nyaman dengan situasi saat ini, ia tidak akan bisa membuat gadis itu semakin khawatir karena merasa telah direpotkan. "Begini, ponselku tertinggal di kamarmu. Sementara ini jadwal makan siang dan kau harus makan, aku akan segera kembali setelah mencari staf, bagaimana?"

Mendapati raut wajah murung di sana, membuat ia merasa bersalah. Sesuai dengan dugaan bahwa gadis itu pasti akan merasa khawatir, "Kau harus segera makan dan ̶ ̶"

"Baiklah," Hinata menyela dengan cepat, "Aku juga harus beradaptasi, kau sudah menolongku. Tidak apa, pergilah dan cepatlah kembali." ia tersenyum, tidak ingin membuat pria itu khawatir. Bagaimanapun pria itu sudah banyak membantu.

Meskipun sudah mendapatkan persetujuan, namun Naruto tiba-tiba merasa khawatir pada Hinata. "Aku akan segera kembali." ia menyempatkan diri untuk mengusap lembut kepala gadis itu. Kemudian mengambil langkah mundur untuk segera pergi, namun niatnya tiba-tiba diurungkan karena seseorang menghampiri.

"Permisi..." seorang wanita menepuk pundak Naruto. "Ternyata benar kalau itu kau."

Hinata sedikit kesulitan untuk melihat siapa wanita itu karena tubuhnya ditutupi punggung Naruto. Belum lagi cara bicaranya yang terdengar asing di telinganya, wanita itu tidak berbahasa Jepang.

Pria itu tersentak, salah satu wanita yang pernah dijodohkan oleh ibunya ada di sini sekarang. "Ms. Park?" ia benar-benar tidak kalah terkejut saat ini. Ia pun kemudian menyempatkan diri untuk melihat Hinata yang begitu penasaran.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Mr. Park berbahasa Korea, mengambil langkah ke depan untuk melihat siapa yang ada di belakang pria itu. "Siapa?" ia mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arah wajah Hinata.

"Hentikan! Dia tidak nyaman denganmu." Naruto sebaliknya, pria itu lebih memilih menggunakan bahasa Jepang, karena tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman. Tangannya menepis Ms. Park yang hendak menyentuh Hinata.

"Kau menolakku hanya karena dia?" tunjuk wanita itu ke arah Hinata, kali ini dia menggunakan bahasa Jepang untuk berbicara. "Mrs. Uzumaki mengkhawatirkan anaknya karena beliau pikir kau seorang gay. Ya... kau memang tipeku, tapi aku tidak menyangka kalau kau tenyata menggilai anak kecil. Dasar pedo!"

Pria itu mendadak syok, perempatan siku muncul di dahinya. Melihat Ms. Park yang sedang mengotak-atik ponsel, tentu ini membuatnya semakin curiga dengan apa yang akan dilakukan wanita itu. "Hei, apa yang sedang kau lakukan? Kalau kau mencoba menghubungi ibu, aku tidak peduli!"

HOLCYON :The Place of Peacful [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang