"Bagaimana mungkin aku bisa bangun ke siangan seperti ini. Oh Tuhan, aku harap tidak akan berhadapan dengan guru killer yang mengajar hari ini dan semoga dia jatuh sakit ketiban nyamuk atau apa yang penting dia tidak hadir!"
Seorang gadis cantik dengan tinggi 160 cm dengan rambut hitam lebat sedikit bergelombang yang tengah mengomel di tengah jalan karena terlambat datang ke kampus hari ini.
Maharani Putri nama gadis itu. Ia keturuna Indonesia dan Amerika. Ya, dia blasteran dari ayah yang berasal dari Indonesia dan Ibunya yang berasal dari Amerika.
Sekarang dia berada di Now York, menginjak pendidikan kuliah sejak setahun yang lalu.
Jika kalian bertanya dia berasal dari keluarga yang kaya? Maka jawabannya dulu! Dulu dia memang berasal dari keluarga yang kaya sebelum orang tuanya meninggal dunia dan kekayaan mereka di rebut oleh orang kepercayaan ayahnya sendiri.
Kematian ayah dan Ibunya terjadi akibat kecelakaan yang direncanakan. Dia baru menginjak umur 16 tahun harus berusaha mati-matian menghidupkan dirinya sendiri dengan bekerja menjadi pelayan di salah satu restoran di Now York.
Memang anak yang baru menginjak remaja seharusnya tidak diperbolehkan bekerja. Namun, karena dia memohon dengan wajah memelas mencerita hidupnya membuat dia diterima. Terlebih yang memperbudahkannya adalah lelaki yang bernama Mike temen sekelas sekaligus anak dari pemilik restoran.
Sekarang dia tinggal sendiri di sebuah apartement kecil yang hanya memiliki satu kamar dengan ukuran kasur tidak terlalu besar.
***
Maharani terus saja berjalan dengan sedikit berlari, sial! Di mana uangnya bulan ini menipis sehingga dia tidak berani memesan sebuah taksi.
Walaupun tahu mata pelajaran hari ini diajaran Bu Elsa guru killer yang ditakuti oleh siswa-siswi kampus favorit di Now York. Namun dia tetap tidak memesan taksi.
Jika kalian ingin mengetahui bagaimana dia bisa masuk kampus favorit? Maka jawabannya karena kepintarannya sehingga dia mendapat beasiswa di kampus tersebut.
Saking tergesanya Maharani berlari hingga tidak sengaja dia menabrak seorang pria yang baru saja ke luar dari dalam mobil.
"Bisa jalan tidak sih, main nabrak aja. Apa matamu itu buta!?" Rani memaki orang yang dia tabrak.
Okay, sebenarnya di sini Rani yang salah. Namun karena kesal akan keterlambatannya dia melampiaskan amarahnya kepada pria yang dia tabrak.
"What!? Jelas-jelas kau yang menabrakku bagaimana mungkin kau bisa menyalahkan aku? Kau saja tidak punya mata menabrak orang sebesar ini!" Pria itu balas mengomel.
"Heh kau! Pria cerewet banyak omong! Hah sudahlah gara-gara kau ... aku makin terlambat saja!" maki Rani menunjuk pria itu lalu berpaling dan berjalan dengan tergesa meninggalkan pria tadi dengan wajah yang sudah memerah menahan marah.
"Dasar gadis gila! Tunggu aku mengatakan gadis? Kurasa dia sudah menjadi wanit karena zaman sekarang banyak yang sudah tidak p*****n lagi terlebih ini di Now York bukan di negara seperti Indonesia."
"Lihat saja. Jika aku bertemu dengan dia akan aku beri dia pelajaran. Dia pikir dia siapa? Berani melawan keturunan Anderson!" Setelah mengatakan hal itu pria itu memasuki sebuah perusahan besar yang tertera di depannya dengan tulisan besar "ANDERSON" perusahaan yang termasuk besar di kota Now York.
***
Rani sudah sampi di kampus dengan jam 08:30 am. Sial! Dia terlambat 1 jam. Karena dia bangun sudah pukul 07:00 am dan berangkat 07:30 am sementar mereka masuk jam 07:30 am dan yang menambah keterlambatannya pria cerewat itu akibat berdebat membuat waktunya terbuang sia-sia.
"Awas saja pria itu. Jika aku bertemu dengannya lagi akan aku buat perhitungan karena telah membuatku sangat-sangat terlambat!" maki Rani di tengah-tengah dia berjalan di koridor kampus menuju kelasnya yang berada di lantai dua.
Setelah menaiki tangga dan sedikit berjalan ke samping kiri Rani berhenti di depan kelasnya.
Dengan keberanian yang penuh, Rani mengetuk pintu kelas dengan degup jantung yang melaju seperti rollicoter saja.
Saat pintu mulai terbuka nyali Rani mulai menciut seperti punguk merindukan bulan saja!
'Aku harap Dewi keberuntungan berihak padaku!' batin Rani
"Rani!"
Mendengar namanya dipanggil membuat Rani langsung mendongak dan menunjukkan cengiran khasnya.
"kenapa kamu bisa terlambat?" tanya Bu Elsa mengintimidasi Rani yang masih berdiri di depan kelas.
"Saya ke siangan Bu, maaf." cicit Rani dengan suara yang hampir tidak terdengar.
"Kamu ini sudah termasuk siswi yang berprestasi malah terlambat. Yasudah cepat masuk." perintah Bu Elsa.
Mendengar hal itu Rani tersenyum lega.
"Tapi setelah jam pelajaran Ibu selesai kau akan mendapat hukuman dan tidak ada toleransi hari ini!"
Pyarr!!!
Bagai gelas kaca retak senyum Rani langsung hilang. Dia mendadak lemas memasuki kelasnya.
Sepertinya Dewi keberuntungan tidak berpihak untuknya!
Rani langsung duduk di kursinya. Dia melihat tatapan penuh tanya dari dua sahabatnya yaitu Sela dan Mike. Tapi Rani mengacuhkan mereka bukan saatnya untuk bercerita dan menjelaskan kenapa dia hari ini begitu sial!
Rani dengan semangat yang menurun berusaha memahami pelajaran yang Bu Elsa berikan.
Sudah satu jam lamanya. Akhirnya yang ditunggu-tunggu yaitu waktu istirahat akhirnya berbunyi juga.
Tapi tidak untuk Rani, kali ini dia bersedih di jam istirahat karena dia akan mendapatkan hukuman yang dia sendiri tidak tahu hukuman apa yang akan dia dapatkan.
"Baiklah, kita seduhi pelajaran hari ini. Kalian semua boleh keluar terkecuali Rani. Ibu mau bicara denganya."
Semua siswa-siswi langsung ke luar kelas termasuk mike dan Sela yang sempat memandang Rani dengan kasihan.
"Rani!"
Mendengar namanya Rani langsung berjalan menuju depan kelas di mana Bu Elsa sedang berdiri di depannya.
"Iya, Bu?" tanya Rani dengan wajah cemas.
"Kau bersihkan semua toilet siswa-siswi kecuali toilet guru." perintah Bu Elsa.
Rani menganga, toilet? Yang benar saja! Bahkan membayangkan masuk ke dalam wc siswa lelaki saja sudah membuat dia mual apalagi membersihkannya?
Oh no! Ini hukuman terberat dari pada membersihka perpustakaan seorang diri.
"Apa tidak ada hukuman selain membersihkan Wc Bu?" Rani berusah bertoleransi dengan Bu Elsa.
"Tidak ada! Jika kau berani membantah siap-siap hukumannya bertambah."
Mendengar hal itu Rani cepat-cepat menggeleng.
"Tidak, Bu. Terima kasih, membersihkan Wc saja sudah cukup untukku." ucap Rani dengan tersenyum paksa.
"Kalau begitu cepat kerjakan. Ngapain masih berdiri di sini." ucap Bu Elsa dengan suara tegasnya.
"Baik, Bu," jawab Rani mengangguk patuh dan bergegas pergi meninggalkan kelas.
"Dasar guru killer, guru kejam, tidak ada perasaan belas kasihan sesikit pun. Tidak tahu apa dia? Aku tuh belum makan." Rani terus menggerutu di setiap jalan menuju Wc.
"Ini juga gara-gara cowok rese itu. Jika saja dia tidak berdiri di situ aku tidak akan menabraknya."
Rani benar-benar kesal hari ini. Dengan perlahan dia mengambil pel dan sapo untuk memberasihkan Wc siswi putri terlebih dahulu.
Bersambung ....
Biasakan vote setelah membaca!

KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda Rese (On Going)
RomanceAku tidak pernah menduga bagaimana hidupku bisa bertemu dengan pria yang kaya raya tapi sayang tingkahnya yang rese membuat aku ilfil padanya. Aku bahkan sangat-sangat membencinya. ~Maharani Putri~ Aku senang bertemu dengan gadis itu, setiap...