Chapter 5 : Red Message

3.5K 149 1
                                    

"Siapa yang melakukan ini?!" Teriakku frustasi.

Di langit-langit kamar kami terdapat tulisan yang aku rasa ditulis dengan cat merah bertuliskan '死んだ!' (mati)

Aku menatap kearah Yueji yang menatapku dengan pandangan takut. Ternyata teman-temanku yang lain telah berada di kamar dan masih mematung sambil melihat tulisan itu.

"Michiko, kau tahu? Tulisan ini ditulis menggunakan darah. Dan kau harus melihat apa yang ada di atas tempat tidurmu." Kata Acchan sambil memberiku jalan.

Aku berjalan ke arah tempat tidurku dan melihat apa yang ada di kasurku. Ya Tuhan..

"KYAAAAA!!!"

###

Esok harinya...

Aku masih memikirkan kejadian kemarin. Setelah aku melihat tulisan di dinding kemarin, ada sesuatu yang berbeda padaku.

Aku mulai merasa diikuti kemanapun aku berada. Makanya sekarang aku selalu menempel pada Ruka kemana pun kami pergi. Aku dilanda ketakutan.

Bagaimana aku tidak takut kalau aku terus-menerus di teror seseorang secara tidak jelas?

Mulai dari tulisan merah itu, coretan-coretan bertuliskan sama hampir di semua buku pelajaranku, makanan busuk yang di taruh dalam lokerku yang baunya tak kunjung hilang sampai seminggu, anak panah yang melesat kearahku entah dari mana, lukisan diruang kesenian yang hampir menimpaku, bangku-bangku yang ambruk tiba-tiba hampir mengenai kepalaku, dan serangkaian kejadian lain yang membuatku hampir gila.

Aku dan teman-temanku sudah melapor pada guru. Mereka juga sudah melakukan penyelidikan. Tapi nihil. Tak ada yang mengetahui siapa pelaku sebenarnya.

###

Pelajaran Sejarah.

Kelas favoritku sejak dulu.

Tetapi entah mengapa aku merasa tidak bersemangat sama sekali. Mungkin karena teror yang tidak berhenti sampai sekarang. Aku mulai mengeluarkan buku pelajaranku dan kawan-kawannya. Tapi tiba-tiba..

"AAKKHH!!!" ada cairan hijau kental dan berbau menjijikkan turun dari langit-langit. Tunggu. Sepertinya ada yang bergerak-gerak di atas kepalaku. Aku menyentuh puncak kepalaku yang dilumuri cairan menjijikkan itu. Sesuatu yang kenyal. Aku mengambil 'sesuatu' itu.

"KYAAA MIMIZU!! (cacing tanah)" teriakku. Seluruh murid di kelas menatapku yang berteriak histeris. Mereka terlihat kaget dan segera menghampiriku.

"Fujimoto-san apa yang terjadi?"

"Michiko-san cairan apa itu?"

"Fujimoto dikepalamu banyak cacing tanah!"

Aku tidak dapat menjawab mereka satu persatu. Tetapi dari nada bicara dan tatapan mereka menggambarkan bahwa mereka khawatir. Khawatir terhadapku. Baru pertama kali aku di khawatirkan. Di sekolah lamaku aku selalu di bully dan dikucilkan. Malangnya nasibku dulu.

Sepertinya ada yang datang. Aku dan teman-temanku sererentak menoleh ke arah pintu. Acchan dan beberapa murid disertai Nijimako-sensei, guru sejarahku, datang menambah kerumunan.

"Michiko!! Apa yang terjadi padamu?" Tanya Acchan kepadaku. Aku hanya bisa tersenyum masam. Acchan mendesah pelan. Lalu mengangguk mengerti.

"Fujimoto, apapun yang terjadi padamu, kau harus mengganti bajumu sekarang." Tegas Nijimako-sensei.

Aku berdiri dan berjalan gontai menuju toilet yang lumayan dekat dari kelas kami.

"Kau tak ingin ku temani Michii??" Tanya Ruka.

Aku menghela napas dan menggeleng pelan. Ia menganggukkan kepalanya maklum. Aku melanjutkan langkahku. Setelah sampai di toilet, aku melirik kaca sebentar. Melihat keadaanku yang hancur lebur saja membuatku makin pusing. Aku masuk ke bilik khusus untuk siswi yang ingin mandi. Aku membuka seragam kotorku dan mulai membasuh badanku perlahan. Aku sangat kesulitan membersihkan rambutku yang sudah lengket, kusut, dan dipenuhi cacing-cacing yang menggeliat dengan menjijikkan diatas kepalaku.

Setelah aku selesai, aku memakai seragam bersihku, dan menaruh seragam kotor dalam plastik. Aku keluar dari bilik itu. Alangkah kagetnya aku menemukan apa yang terdapat di depanku. Mengerikan. Terlalu mengerikan untuk di deskripsikan dalam kata-kata. Aku hanya membeku disitu lalu otakku memerintahkan untuk berlari. Aki berlari sekuat mungkin menuju ke kelas. Keringat dingin mengucur deras di tubuhku. Aku tidak berani lagi melihat kebelakang. Aku Takut. Sangat takut.

###

Bel istirahat telah berbunyi tanpaku sadari. Indra-indraku seolah terkunci rapat setelah kejadian tadi. Aku tidak menghiraukan panggilan teman-teman dan guruku.

Kosong.

Perasaanku saat ini.

Nyawaku hilang.

Rohku pergi entah kemana.

Ragaku beranjak dari tempatnya.

Jiwaku kosong.

Kosong.

Menyisakan tubuhku yang duduk terpaku di kursiku.

"MICHIKO!!"

Suara yang memanggil namaku mengembalikan jiwaku yang tadi entah kemana.

"A..ada apa?" Tanyaku lirih pada Ruka yang masih memegang bahuku.

"Michii..." nadanya melembut. "Apa yang terjadi?" Tanyanya yang membuatku kembali ketakutan setengah mati. Aku kembali gemetar. Kejadian itu kembali terputar di kepalaku. Badanku limbung karena tidak kuat dengan semua ini. Aku menangis sejadi-jadinya membuat Ruka panik sekaligus bingung karena sikapku.

Ada yang ingin membunuhku.

Berkat pesan merah sialan itu aku tahu.

Aku tahu itu. Pasti.

Tapi...

Siapa?!

###

Hey hey hey...
Sica is back.. pasti banyak yang kangen kan?? *ngedip centil*

Gaada? Okeh cukup tau ajah *jilet ingus*

Btw... maap bru apdet!! Ini bru author sempurnain jga si... maap php untuk kesekiankalinya... maaf banget yah :')

Author mw bilang trimakasih jga yah readers ud nympe 7k...

Nih. Sekarang author gmw php lgi. Ini udh pasti gue bakal apdet chapter 6. Tapi abis itu puasa bentar yakk lelah saya. Lagi di manado susah sinyal.

Udh deh gitu ajah.

Makazehh

Love,

Sica

3rd Room (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang