Gua puyeng
Mulmed : Akiko
###
Author POV
"Aku tahu!" Kata Michiko dengan senyuman liciknya.
"Hei, kalian! Mirako! Midoka! Cepat kesini!" Kata Michiko dengan angkuh.
Kedua anak yang ku ketahui satu bernama Mirako dan Midoka itu menghampiri Michiko
"Ada apa Michiko?" Kata Mirako sambil berkacak pinggang.
Michiko menarik pergelangan tangan mereka berdua.
Michiko membawa mereka pergi ke pohon sakura yang tak jauh dari tempat Ruri dan Aiko memetik tulip.
"Kalian liat anak yang bersama Ruri itu?" Tanya michiko pada kembar tidak identik itu.
"Ya. Kalau tak salah dia anak baru itu yah? Siapa lagi namanya? Aru? Aiga? Aoka?" Kata Midoka.
"Namanya Aiko, baka (bodoh)" kata Mirako sambil menoyor kepala adiknya. Yang berbeda 32 detik.
"Sudah kalian berdua diam! Aku ingin meminta kalian untuk melakukan sesuatu." Kata Michiko.
"Apa sesuatu itu?" Tanya Mirako.
Michiko tersenyum licik.
"Sini ku beri tahu."
###
Michiko POV
Aku mengikuti Michiko dan kedua temannya itu. Sepertinya mereka berencana untuk menjahili Aiko.
Kriiinggg.. kringggg
Eh? Bel istirahat!
Semua murid yang ada di taman bunga segera menuju ruang makan. Eh? Apa itu yang mereka pegang? Sebuah buket? Ohh.. jadi mereka disuruh membuat buket yah.. i see..
Aku melihat Ruri dan Aiko berjalan berdampingan sambil memegang sebuah buket tulip yang indah. sepertinya mereka sudah bekerja keras untuk menyelesaikan buket itu
mereka semua berbaris rapi dan mengumpulkan buket-buket itu di suatu ruangan khusus. ketika semua murid telah pergi, aku melihat Michiko, Midoka, dan Mirako masuk ke dalam ruangan itu. tunggu, jangan-jangan..
tanpa berpikir panjang, aku berlari mengikuti mereka bertiga kedalam ruangan tersebut. Mirako memegang sebuah gunting kecil. Midoka memegang sebuah gunting rumput yang sangat besar, sementara Michiko memegang sebuah buket bunga. buket milik Aiko dan Ruri.
"Mirako, berikan guntingnya kepadaku." kata Michiko sambil mengulurkan tangannya. mereka semua memakai sarung tangan. agar tidak ketahuan yah? pintar juga. Mirako memberikan gunting yang dipegangnya ke Michiko. Michiko menggunting buket indah itu. "rasakan kau." katanya.
Michiko menatap Midoka sambil mengangguk pelan. Midoka mengangguk. Ia mengangkat guntingnya dan menggunting semua buket disitu. bagaimana mereka bisa sangat kejam? semua buket disitu telah hancur. Midoka meninggalkan gunting rumputnya disitu. mereka bertiga pun meninggalkan ruangan itu. mereka bersembunyi di balik sebuah tembok karena ada yang datang. Aiko. Aiko masuk kedalam toilet. tak lama kemudian ia keluar. ia menatap pintu ruangan buket - buket ditaruh. pintu itu tidak tertutup rapat. Aiko memasuki ruangan itu. Michiko segera berlari dan menutup pintu itu. kemudian ia dan kedua temannya menuju ruang makan melewati pintu belakang. saat mereka sampai di ruang makan, teman - teman mereka sudah berjalan menuju ruang buket. Michiko, Mirako, dan Midoka mengambil susu dan kue lalu mengikuti gerombolan siswi - siswi tersebut. ketika mereka sudah menghabiskan makanan, mereka menerebos kerumunan dan melihat apa yang dikerumuni. saat mereka sudah di barisan paling depan, ada Ruri yang memandang Aiko dengan terkejut. Aiko duduk dilantai sambil memegang gunting rumput dan semua buket sudah hancur. siswi - siswi lain mulai berbisik - bisik tentang Aiko. Michiko memandang Mirako dan Midoka bergantian dengan senyuman liciknya.
"A..Aiko? apa yang kau lakukan?" tanya Ruri.
"a..a..aku, ini tidak seperti kelihatannya! saat aku masuk kesini ruangan ini sidah begini! aku tidak melakukannya!" kata Aiko dengan mata berkaca-kaca.
"usotsuki (pembohong)! kalau bukan kau? siapa lagi? semua murid berada di ruang makan kan?" Kata Michiko pada seluruh murid disitu. semuanya mengangguk setuju.
"Mungkin aku, Mirako dan Midoka memang tidak ada diruang makan. kami pergi ke toilet karena Mirako yang tiba - tiba sakit perut." Michiko berkata lagi. Mirako mengangguk setuju. Murid - murid yang lain juga sepertinya percaya. mereka mulai berbisik - bisik lagi.
"mengaku sajalah, Yamara Aiko. tidak ada gunanya berbohong. kau mau di cap sebagai pembohong disekolah ini yah?" Kata Michiko sambil tersenyum meremehkan.
"Fujimoto-san, benar - benar bukan aku yang melakukannya, sungguh! aku tidak akan pernah melakukan hal keji seperti ini." jawab Aiko. Michiko menatap Aiko dengan tatapan tidak suka. Michiko menghampiri Aiko lalu menarik kerah bajunya.
"KAU TIDAK USAH MENYANGKALNYA TERUS PEMBOHONG! SUDAH JELAS KAU YANG MELAKUKANNYA!" Teriak Michiko di depan wajah Aiko. Aiko menatap Michiko dengan air mata yang jatuh. "Sungguh Fujimoto. bukan aku." katanya sambil menangis. Michiko melepas genggamannya di kerah baju Aiko. Aiko langsung jatuh tersungkur. Aiko duduk di lantai sambil mengusap air matanya. Michiko menatapnya dengan pandangan kesal. "Hei, Yamara Aiko." kata Michiko pelan. Aiko mendongkakkan kepalanya untuk menatap Michiko.
PLAK!
satu tamparan melayang mulus di pipi Aiko. Aiko tersungkur lagi. Michiko menatapnya dengan pandangan jijik. "usotsuki no yaro (dasar pembohong)." katanya. Aiko menatap MIchiko sambil memegang pipinya yang merah karena tamparan Michiko yang cukup keras. air matanya turun semakin deras. Ruri masih berdiri disitu. ia menatap kepergian Michiko lalu menatap Aiko dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. diantara kecewa dan kasihan. Ruri baru saja ingin membuka mulutnya ketika tiba - tiba seseorang datang.
"apa yang terjadi disini?"
seseorang itu adalah Abe Fumika - sensei. Abe-sensei adalah guru pengetahuan alam. bagaimana aku mengetahuinya? ia memakai tanda pengenal hehe..
Abe-sensei melihat isi ruangan yang telah hancur lebur itu. ia melihat Ruri dan Aiko adalah orang yang berda di dalam ruangan itu.
"Yamaguchi Ruri dan Yamara Aiko ikut aku sekarang."
*TBC*
makasih semua yang udah nungguin crita ini nyan~ maaf yah kalo aku lama update hu..hu..
aku mau nanya nih~ cuma buat minta pendapat sih tapi belum tentu aku kabulin ;p kalian mau crita ini Sad ending ato Happy ending?
udah dlu yah bhayy <3
~Sica
KAMU SEDANG MEMBACA
3rd Room (ON HOLD)
Misterio / SuspensoHalo. namaku Michiko. aku cewek biasa yang punya orang tua yang selalu sibuk sama pekerjaan mereka. aku jadinya kurang perhatian. akhirnya karena katanya kasian sama aku, mama papa masukin aku ke sebuah asrama. hidup aku berubah setelah masuk arama...