26

123K 8.8K 1K
                                    

"Pak Angkasa—"

"Apalagi? Udah gak ada pekerjaan kan? Ngapain kamu manggil saya lagi?" Angkasa membalikkan badannya menatap kearah sekretaris pribadinya itu.

"Maaf Pak, Bu Reva menunggu di lobby."

Angkasa menaikkan sebelah alisnya, "Reva? Di lobby?"

Jennifer mengangguk mengiyakan, "Iya Pak."

"Ngapain dia?"

"Saya kurang tau Pak, Bu Reva tak mengatakan apapun kepada saya."

Angkasa mengangguk singkat, "Oke." Ia pun masuk kedalam lift, setelah itu ia pergi ke lobby untuk menemui Reva.

"Hay," sapa Reva dengan senyuman dibibirnya saat melihat Angkasa datang menghampirinya.

"Ada apa?" tanya Angkasa.

"Gue pengen makan ramen—"

"Terus?" Angkasa menaikkan sebelah alisnya.

"Tapi lo yang temenin," sambungnya.

Angkasa tak habis pikir dengan ucapan Reva, ia melirik kearah jam tangannya, "Maaf, gue harus jemput Keysheva."

"Sa, please, sekali ini aja, ini kemauan baby gue, lo tau sendiri kan suami gue udah gak ada, gue pengen lo temenin gue, sekali ini aja," pintanya.

"Tapi gue harus jemput Keysheva."

"Lo bisa minta tolong supir lo kan? Ayolah Sa, sekali ini aja," bujuknya.

Angkasa membuka roomchat nya dengan Keysheva dan mulai mengetik disana.

Angkasa
Sayang, aku gak bisa jemput
Nanti aku minta tolong supir buat jemput kamu
Kamu hati-hati ya, love you

"Pak jemput Keysheva di Rumah Sakit tempat dia bekerja ya," ucap Angkasa kepada seseorang yang bertelponan dengannya.

"..."

"Baik terima kasih."

Tut.

Angkasa kembali menatap Reva," Hanya sekali ini."
Reva mengangguk semangat mengiayakan ucapan Angkasa, "Yes," serunya.

"Ayok." Angkasa berjalan mendahului Reva, Reva berjalan dibelakang Angkasa dengan senyuman di bibirnya.

🏀🏀🏀

"Lo gak mau makan juga, Sa?" tanya Reva sebelum kembali memakan ramen yang dipesannya.

Angkasa menggeleng pelan, "Gak, gue mau makan dirumah aja ntar sama Keysheva dan Mama gue."

Reva mengangguk paham, "Oh gitu, gimana kabar Keysheva sama Mama lo?"

"Baik."

"Lama deh gue gak ketemu Keysheva."

"Kerumah aja," sahut Angkasa.

Reva menatap Angkasa, "Gak papa?" tanyanya.

"Gak papa, tapi Keysheva jarang dirumah sih."

"Kemana?" tanya Reva.

"Kerja."

"Masih kerja?" tanya Reva lagi.

Angkasa mengangguk pelan, "Iya, padahal dia lagi hamil, gue udah suruh udahan atau cuti dulu, tapi dia kekeh mau kerja, ya udah gue iyain aja selama dia gak kenapa-kenapa," jelas Angkasa.

"Keysheva hamil? Wah." Reva ikut senang saat mendengar kabar bahwa Keysheva hamil, "Udah berapa bulan?" tanyanya.

"Sekitar kurang lebih dua bulan."

"Congrats ya Sa, bilang juga ke Keysheva selamat, dan sampein salam gue ke dia juga ya," ucap Reva diiringi senyuman manisnya.

Angkasa tersenyum canggung, "O-oke."

"Keysheva kapan ambil cuti?," tanya Reva.

"Gue kurang tau, tapi kayaknya nanti pas udah sekitar 5 bulan gue bakal suruh dia cuti," sahut Angkasa.

"Sa, gue mau nanya deh," ucap Reva dengan nada lebih serius.

Angkasa menaikkan sebelah alisnya, "Ya? Nanya apa?."

"Jawab dengan jujur ya."

Angkasa mengangguk.

"Lo bahagia sama Keysheva?," tanya Reva tiba-tiba.

Angkasa diam saat mendengar pertanyaan dari Reva, ia tak habis pikir Reva akan menanyakan hal tersebut, padahal hal seperti itu tidak perlu ditanyakan lagi.

Jelas Angkasa bahagia.

"Iya," sahut Angkasa dingin.

Reva mengangguk lalu ia tersenyum canggung, "Maaf dulu gue gak jujur sama lo, harusnya gue gak bohong—"

"Sssttt... udah, gak usah dibahas."

"Tapi gue minta maaf beneran Sa, gue gak seharusnya bohong sama lo. Gue bener-bener bingung pas itu, keluarga gue punya banyak hutang dengan keluarga almarhum suami gue. Gue gak ada pilihan lain selain nikah sama dia, karena keluarga gue gak ada uang buat bayar semua hutangnya." Reva mulai meneteskan air matanya.

Angkasa mengusap air mata Reva, "Sabar."

"Gue nanya kayak tadi gak bermaksud apa-apa kok. Keysheva wanita baik Sa, jangan sakitin dia, dia gak pantas untuk disakiti," ucap Reva serius.

"Iya," sahut Angkasa, ia bingung harus menjawab apa, karena jujur ia tak pernah berpikir untuk menyakiti istri cantiknya itu.

"Sa, udah selesai ni, pulang yok."

"Ayok." Angkasa membayar terlebih dahulu makanan dan minuman yang dipesan tadi, setelah itu ia mengantarkan Reva pulang, lalu ia pulang menuju kerumahnya.

🏀🏀🏀

"Assalamualaikum." Angkasa nyelonong masuk kedalam rumahnya, kebetulan pintu tidak ditutup, jadi ia tak perlu mengetuk pintu.

"Waalaikumsallam." Suara yang tak asing ditelinganya, suara yang mampu membuatnya tersenyum cerah, suara siapa lagi jika bukan suara Keysheva.

Angkasa mengusap puncak kepala Keysheva, "Maaf tadi gak jemput."

Keysheva tersenyum manis kearah Angkasa, "Gak papa, emangnya tadi ada apa Sa? Meeting mendadak ya?" tanya Keysheva, bibirnya masih senantiasa tersenyum manis.

"Aku tadi nemenin Reva makan ramen." Lebih baik jujur, Angkasa tidak mau mengambil resiko.

Senyum Keysheva perlahan memudar, "Hah," beonya.

"Jangan marah dulu ya, aku cuman nemenin dia makan kok, bahkan aku gak ikutan makan atau minum, tadi ga aku nolak dia, tapi dianya maksa—eh gak maksa sih."

Keysheva menghela nafasnya, "Mandi sana."

"Key, jangan marah lagi."

"Mandi Sa, udah sore banget ini, ntar mau makan malam." Keysheva mengambil tas yang dibawa oleh Angkasa, ia berjalan menuju ke kamar mendahului Angakasa.

Angkasa menghembuskan nafasnya kasar, ia yakin Keysheva pasti marah kepadanya, lagi.

Sesampainya dikamar, Angkasa melihat Keysheva sedang memilihkan pakaian untuknya. Ia duduk di tepi kasur sembari memperhatikan Keysheva yang tampak sibuk itu.

Setelah mendapatkan pakaian Angkasa, Keysheva menghampiri suaminya itu, ia melepas dasi yang dikenakan Angkasa, "Mandi sana."

"Kok dasi doang," komen Angkasa.

"Ya terus apa," sinis Keysheva.

"Kamu suruh aku mandi pakai baju?."

Keysheva memutar kedua bola matanya malas, "Buka sendiri lah, sana." Ia pergi meninggalkan Angkasa sendiri didalam kamar.

"Sabar Sa sabar," gumam Angkasa.

Keysheva [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang