*Aku bersujud lima kali dalam sehari, sedangkan kau sembahyang tiga kali sehari. Tak masalah kita tetap sama, seorang hamba*
****
Ketika bunyi bel dibunyikan, seluruh siswa segera bergegas untuk kembali kerumah. Siang ini cukup terik. Tak ada awan sratus apalagi kumolonimbus menghiasi cakrawala.
Setelah beberapa menit dari sekolah, kini aku dan teman-teman ku sudah berada di depan rumah Dita. Terlihat rumah yang khas bali, sangat kontras dengan rumah-rumah disampingnya yang bergaya lebih modern. Disamping gerbang terdapat patung singa yang sedang terduduk. Seakan menjadi simbol penjaga rumah ini. Gaya arsitektur bali makin kental setelah melewati gerbang. Terdapat pura kecil disamping kanan halaman rumah ini. Lengkap dengan aksesoris khas bali, mulai dari kain poleng (kain hitam putih khas bali), tanaman bunga kamboja putih, dan lainnya yang tentu bergaya bali.
"Ayo masuk ngga usah malu-malu yaa..." Ucap Dita sambil mempersilahkan kami masuk. "Rumah kamu bali banget ya dit" ujar rian sambil melihat ke sekeliling. "Hahaha ya begitulah ayah ku masih sangat suka yang bergaya tradisional gini" jawab dita.Kami pun masuk kedalam rumah Dita. Nampak beberapa foto menyambut kami dari dinding-dinding ruangan yang cukup luas itu.
"Duduk aja dulu ya, aku buat kan minum dulu"
"Ah ngga usah repot-repot dit" ucap rian sungkan.
"Iya gausah repot-repot dit, kalo ada sama camilannya hahaha" sahut eko sambil tertawa.
Buk! Satu pukulan telak diatas kepala eko dari rian.
"Huss kamu ini ko, ga sopan tau!" Ucap rian. Eko hanya cengengesan sambil memegangi kepala yang abis kena pukul.
"Ehh ada tamu..." Terdengar suara perempuan dari balik ruangan dalam rumah dita, sontak kami pun menengok kearah sumber suara.
"Ahh mamah, kenalin temen-temen dita mah" kami pun bersalaman dengan wanita yang dita panggil mamah ini.
"Mau pada ngapain nih? Kerja kelompok?"
"Iya tante" serempak kami menjawab.
"Ya sudah betah betah ya disini. Maaf tante ga bisa nemenin, mau ada urusan diluar"
"Oh iya tante gapapa hehee" jawab anita
"Yasudah tante pergi dulu ya"
"Byee mahh hati-hati yaa" ujar dita sambil melambaikan tangannya.Sepeninggalan mamah Dita kami pun memulai mengerjakan tugas kelompok kami. Hingga tak terasa langit jingga milik seja telah datang menyapa. "Udah sore nih kita pulang dulu ya dit" ucap anita.
"Iya hati-hati yaa dijalan nya" jawab dita. Satu persatu dari kami mulai pergi dari rumah Dita. "Zain..." Terdengar suara memanggilku dari belakang, membuat ku refleks menengok ke belakang. "Ada apa dit?" Tanyaku menjawab panggilan dita.
"Besok sibuk ngga?"
"Ngga ko, ada apa?"
"Anterin aku ke toko buku yuk"
"Oh boleh"
"Nanti aku kabari lewat chat yaa"
"Oke, kalo gitu aku pulang dulu ya"
"Yahh... Hati-hati yaa zain...". Dengan anggukan kepala jawab ku mengiyakan. Dan ditemani senja aku pun pulang kerumah.***
"Tringg" satu pesan masuk ke telepon seluler ku.
"Zainn... Besok jadi ya ke toko buku nya... Jam 9 aku tunggu dirumah yah... Jangan lupaa okee..." Isi pesan itu. Sudah pasti itu dari Dita. Sejenak ke mengingat wajahnya yang cantik, kulitnya yang putih, mata nya yang bulat, hidungnya, "astaghfirullah mikir apa aku ini" batin ku menyadarkan lamunanku. "Oke" ku balsa singkat pesan itu. Beberapa detik kemudian pesan baru masuk kembali. "Sip hehee selamat malam zain" dan ku jawab dengan mengiyakan. "Hahhh" suara lenguhan nafas berat sesekali ku hembuskan. "Mengapa Dita selalu ada dalam pikiran ku?" Batinku bertanya. Mungkin ini hanya rasa kagum. Ya hanya kagum takan lebih. Sebaiknya segera sholat isya dan bergegas untuk tidur. Hari ini cukup melelahkan.TBC
Haloo gaes apa kabar kalian? Seneng banget akhirnya bisa up zaindita. Maaf ya minggu kemarin ngga sempat buat up karena ya lagi ngga ada mood aja kali ya hehee*jangan ditiru ya gaes*. Tapi semoga cerita kali ini bisa buat nemenin kalian pas lagi #dirumahaja ya. Tunggu terus kisah selanjutnya dan jangan lupa vote, coment, dan share ke temen-temen kalian agar baca zaindita juga ya. Terimakasih:*
Salam pemula
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaindita
RomanceKita tahu perbedaan terbentang jelas antar kita. Meski demikian kita tatap melangkah bersama. Aku yakin, hakikat cinta adalah menyatukan semua perbedaan. Kita setuju akan hal itu. Karena bagi ku, Tuhan tak akan pernah membuat perbedaan jika hanya de...