Chapter 3 : A little brother

1.9K 194 340
                                    

Hola!

I'm back

Sebelum membaca bolehlah klik bintang di pojok kiri bawah sebagai bentuk apresiasi kalian dengan tulisanku.

Karena nulis sebuah cerita itu tidak semudah yang dibayangkan. Otak harus diotak-atik dulu baru bisa update🤧

Jadi jangan jadi sider yah:')

Dan don't forget to follow me for more information









Suara dentuman musik terdengar bergilir, tercampur oleh suara orang-orang yang saling beradu cakap membahas pekerjaan atau sekedar meninggikan derajat di depan orang yang lebih rendah. Yang dipentingkan hanyalah  Ego dibanding dengan hati nurani. Seakan semuanya hanya masalah kekuasaan dan uang lalu yang berada di atas piramida tinggi yang menang. Topeng terpasang dibalik wajah yang tersenyum, direkatkan dengan perekat yang sulit untuk dilepas dengan lantunan pujian. Cara yang sering dilakukan untuk mendapat seorang rekan atau hanya sekedar untuk mendapatkan umpan balik. Cara yang sudah tidak asing bagi para konglomerat.

Lupakan tentang mereka.

Sekarang semua netra fokus kepada dua insan yang baru saja masuk, saling menautkan tangan juga berjalan beriringan. Mereka hanya berjalan lurus, tak peduli dengan semua perhatian yang mereka dapatkan.

"Terima kasih sudah datang ke acaraku, Nam." Seorang pria berjas coat menghampiri sambil memamerkan senyum kotaknya.

"Tentu saja aku harus datang, Roe."

Setelah menyapa Jimin, dia beralih menatap Eui. "Malam nona. Kau sungguh cantik malam ini."

"Seperti biasa, anda juga sangat tampan Taehyung-ssi, " ujar Eui diselingi dengan senyum.

"Akh---" Taehyung meringis kala seorang wanita mencubit perutnya, "Jaga matamu sayang." Wanita itu menautkan lengannya, masih mempertahankan wajah tersenyumnya.

Cubitan yang diberi sungguh menyakitkan. Kulit Taehyung serasa akan terkelupas dibuatnya.

Baru saja Taehyung ingin merengek pada Yejin, anak yang berada di gendongan wanita itu berbicara.
"Benci appa." Anak itu menunjuk Taehyung dengan Tajam. "Mata kelanjang."

Taehyung agak panik setelah mendengar penuturan anaknya, "Taejun-ah, kau tidak boleh bicara seperti itu."

Netra anak itu kemudian beralih menatap Eui dengan jengkel. "Walaupun appa sepelti itu, ahjumma jangan belani ambil appaku. Appa cuma milik eomma dan Taejun." Anak itu mengerucutkan bibirnya. "Jika belani, Ahjumma halus belulusan dengan Taejun. Taejun tidak akan segan untuk menyakiti Ahjumma." Tak lupa ia menodorkan pedang mainannya ke Eui.

"Kalau begitu berarti Taejun harus melawan Ahjussi dong," balas Jimin, memberikan candaan pada Taejun.

"Taejun tetap akan menang. Ahjussi dead."

"Lose, Taejun-ah," ujar Yejin membetulkan.

"Ah, benal. Makasih eomma." Taejun tersenyum ke arah Yejin lalu kembali menatap Jimin. "Ahjussi akan lose kalau melawan Taejun. Taejun punya pedang sedangkan ahjussi tidak punya."

Melihatnya membuat Eui gemas sendiri. Sejujurnya Eui sangat suka dengan anak-anak. Apalagi anak seusia Taejun. Ingin rasanya ia mencubit pipi gembul itu. Eui membungkukkan tubuhnya sedikit agar bisa mengusap kepala anak itu.

What Happen With J?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang