Goodbye Winter, 1998

31 1 0
                                    

"That day was like a warm dream in the middle of the winter" - Goodbye Winter, DAY6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"That day was like a warm dream in the middle of the winter" - Goodbye Winter, DAY6

Malam itu salju turun sangat lebat dan lagi-lagi ramalan cuaca di televisi gagal memprediksi cuaca hari ini.

Tadi pagi, mereka bilang salju akan turun di Busan namun masih aman untuk para warganya melakukan aktivitas di luar rumah asalkan menggunakan baju yang hangat ; namun nyatanya malam itu pukul 7 malam salju turun tak terkendali dan suhu diluar mencapai minus 25 derajat celcius.

"Kamu dimana? Hati-hati nyetir nya ya. Gausah terburu-buru. Anak-anak udah tidur kok" seorang wanita tampak sedang melakukan panggilan telepon sambil menyebarkan pandangan nya ke luar jendela apartement nya.

Dari jendela apartement nya wanita berumur 30 tahunan tersebut dapat melihat dengan jelas pantai yang terbentang luas dan bagaimana kondisi di jalan raya kala itu.

Salju menutupi jalanan raya dan sesekali mobil patroli pembersih salju membersihkan jalanan agar tidak membahayakan warga.

Daritadi, terlihat rasa khawatir yang menyelimuti wajah wanita cantik tersebut. Wanita itu tidak berhenti melihat ke arah luar apartementnya , terlihat gusar seperti tengah menunggu kedatangan seseorang.

Tidak hanya disitu, wanita itu juga sesekali berjalan dari jendela ke arah salah satu pintu kamar yang sudah dimatikan lampunya ; hanya dua lampu tidur berbentuk bulan berwarna ungu dan kuning yang masih menyala di dinding kamar.

Di dalam kamar tidur tersebut terlihat sebuah kasur besar yang tidak memiliki ranjang, namun memiliki area pembatas di setiap sisi tempat tidurnya.

Di kasur itu pula, terlihat 2 orang anak berumur 5 dan 6 tahun tengah tertidur pulas berdampingan di satu kasur.

Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Anak laki laki tampak tertidur pulas memegang salah satu tangan anak perempuan, sementara anak perempuan tersebut memeluk boneka beruang di tangan nya yang lain.

Melihat pemandangan tersebut, wanita itu tersenyum dari pintu tanpa mengeluarkan suara sedikitpun terlihat hati-hati karena tidak ingin kedua anaknya terbangun karena suara yang tidak sengaja ia timbulkan.

"Mamaaaaaaaaa" beberapa menit kemudian, ketika sedang mempersiapkan makanan di dapur, wanita tersebut mendengar panggilan setengah menangis dari kamar sang anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mamaaaaaaaaa" beberapa menit kemudian, ketika sedang mempersiapkan makanan di dapur, wanita tersebut mendengar panggilan setengah menangis dari kamar sang anak.

Dengan terburu-buru wanita tersebut langsung menghampiri anak perempuannya yang tengah menangis, dengan matanya yang masih tertutup.

"Yerim-a bunda disini nak" tanpa banyak fikir lagi, wanita yang menyebut dirinya sebagai Bunda-nya Yerim tersebut langsung memeluk Yerim erat dan memeriksa suhu tubuh anak perempuan berkulit putih tersebut.

"Demam nya naik lagi" gumam wanita tersebut pelan. Dia terlihat berbicara sendiri, namun tanpa disadari ternyata anak laki-lakinya yang tidur tepat di sebelah Yerim terbangun.

"Bunda, dek Yerim demam lagi ya?" tanya anak laki-laki tersebut.

"O, jagoan bunda kok ikutan bangun?" Alih alih menjawab pertanyaan sang anak laki-laki, wanita tersebut malah balik bertanya dan mencoba memasang senyum yang tenang ke anak laki-lakinya.

"Aku mau peluk, supaya dek Yerim cepet sembuh" ujar anak laki-laki tersebut dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya.

"Abang tidur lagi aja, biar bunda yang peluk dedek. Pokoknya begitu abang bangun besok, dek Yerim udah sembuh" jelas Bunda kepada sang anak laki-laki setengah berbisik agar Yerim yang kini dipelukannya tidak ikut terbangun dan menangis lagi.

"Dedek mau peluk abang. Dedek ga sakit" tanpa disadari Bundanya, ternyata Yerim sudah terbangun. Bukan nya mempererat pelukan dengan Bunda nya, Yerim justru melepaskan pelukannya dan beralih memeluk sang kakak yang berada di sebelahnya.

"Oke deh kalau gitu, Bunda ambilin obat dulu ya." Bunda tersenyum dan beranjak pergi keluar kamar menuju ke kotak obat yang berada tidak jauh dari dapur.

Ketika sedang menuangkan sirup penurun demam dari botol ke gelas obat kecil, pandangan wanita tersebut terhenti ke arah foto bayi anak laki-laki yang di tempelkan di lemari pendingin rumahnya.

"Kamu juga sehat-sehat ya dek" lirih wanita tersebut.

***

"Tadi Yerim demam lagi mas" ujar Bunda kepada lelaki tampan berumur 30an yang terlihat baru pulang dengan pakaian kerja dan tengah melepas coat tebalnya.

"Aku udah duga, setiap akhir musim dingin demam itu pasti datang lagi. Gak apa-apa, besok kalau masih demam biar aku bawa Yerim ke dokter" lelaki tersebut terlihat lebih tenang merespon berita yang baru di terimanya, seakan kejadian anak perempuannya yang demam sudah sering terjadi.

"Iya mas, tapi tadi aku udah kasih dia obat yang biasa kamu kasih. Barusan aku cek, demam nya udah turun" lapor bunda yang kini tengah mengekori suaminya berjalan ke arah pintu kamar kedua anaknya. "Jangan masuk, nanti mereka kebangun lagi mas" cegah bunda ketika suaminya hendak masuk ke kamar.

"Iya sayang" mendengar cegahan istrinya, bukannya kesal sang suami justru langsung memeluk istrinya erat dan tersenyum lebar.

"Ih mas, kamu itu belum ganti baju, mandi dulu ah"

"Makasih yah, kamu udah jadi bunda yang baik buat Yerim.... buat jagoan aku juga" tersirat suara haru dan bahagia terdengar dari suara laki-laki tersebut.

"Apasih kamu tuh, Yerim tuh anak aku juga. Yuk ah makan dulu"

"Kamu tau gak, kamu itu kayak selimut tebal yang dikirim sama Tuhan ketika aku lagi kedinginan di musim dingin"
terdengar aneh memang, namun begitulah cara Lee Hangeul meng-gombali wanita yang sudah di nikahinya 3 tahun belakangan ini.

"JADI MAKSUD MAS BADAN AKU TEBEL?" protes sang istri dan langsung disambut tawa oleh suaminya.

"Itu namanya personifikasi sayang, jangan di artiin gitu dong"

"Penulis tapi kok gombal nya ga romantis" sungut sang wanita melepas pelukannya. Lagi lagi sang suami tertawa, dan memeluk istrinya kembali dari belakang.

***

LIFE POEMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang