Part 7

6K 479 97
                                    

Udara segar memasuki penciuman seorang gadis yang sedang berdiri di balkon kamarnya, ia menatap ke arah hutan yang berada di area selatan pack. Mata abu-abu itu menyorot tajam, seolah ada sesuatu yang mengintai dari kejauhan.

Tangan Karin bergerak pelan mengikuti arah angin, lalu tak lama sebuah pohon besar tumbang akibat ulahnya. Senyuman sinis tersungging di wajah gadis itu, ia puas dengan kekuatan yang baru pertama kali digunakan.

"Karin, ada apa? Kenapa kau menumbangkan pohonnya?" tanya Nio.

Jelas laki-laki itu tahu bahwa kekacauan kecil yang terjadi adalah ulah istrinya, siapa lagi yang bisa melakukan hal tersebut dalam hitungan detik dan jarak hampir mencapai setengah kilo itu.

Padahal tadi ia sedang membahas sesuatu dengan beberapa tetua pack dan keluarga besarnya, tapi laporan dari warior yang mengatakan ada kejadian aneh di hutan area selatan membuat Nio bergegas melesat ke kamar dan menemui Karin.

"Tidak ada apa-apa," jawab Karin santai.

Mata Nio memicing, ia tahu jika ada hal aneh terjadi tadi. Tidak mungkin Karin bertindak tanpa ada sesuatu hal yang mencurigakan, entah apa yang pasti tapi laki-laki itu mulai memupuk kepercayaan pada istrinya.

"Lanjutkan pekerjaanmu, Nio!" perintah Karin.

"Baiklah," balas Nio. Sebelum laki-laki itu beranjak untuk melanjutkan rapat yang tertunda, ia menyempatkan diri untuk memberikan ciuman di dahi Karin.

"Jangan melakukan hal yang aneh lagi, aku tidak ingin kau terluka!" Peringatan dari Nio membuat senyum kecil timbul di bibir Karin, laki-laki itu selalu mengetahui apa yang sedang dipikirkannya.

"Hanya sesuatu yang kecil, tidak masalah." Tangan Karin mengelus lengan Nio, menenangkan laki-laki itu agar tidak merasa khawatir atas dirinya.

Mata amber Nio terus menatap gadis itu dengan intens, menyelami apa yang dipikirkan istrinya. "Jaga diri baik-baik," ujar Nio.

Setelah Nio menghilang dari pandangannya, Karin kembali melihat ke arah hutan sebelah selatan. Dari jarak sejauh itu, ia bisa melihat ada abu yang berhamburan di tanah tak jauh dari pohon yang tumbang tadi.

"Vampir bodoh," maki Karin.

Ketika baru bangun tidur, penciuman Karin menangkap sesuatu yang asing di daerah pack suaminya. Ia bergerak untuk mencari tahu dan pura-pura menghirup udara segar di balkon, tentu saja semua itu agar musuh merasa tertipu.

Beberapa saat setelah ritual berlalu, kekuatan Karin satu persatu muncul. Ia sendiri juga masih tidak mengerti, tapi selama kekuatan tersebut memudahkannya dalam melakukan segala hal, mengapa tidak digunakan?

Gadis itu memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu, mungkin dengan berendam sebentar bisa membuatnya semakin relaks. Tak membutuhkan waktu lama, Karin sudah selesai dengan ritual bersih-bersihnya.

Secepat mungkin Karin menuju walk in closet yang disediakan Nio di samping kamar mandi, ia memilih gaun berwarna hitam yang bercampur merah di beberapa sisi.

"Sempurna," ucapnya sambil bercermin.

Dalam kedipan mata, gadis itu sudah menghilang dari sana. Hanya tersisa ruang kosong yang dipenuhi pakaian dan perlengkapan lainnya, juga beberapa senjata yang Nio punya.

****

Suara burung yang berkicauan menyambut Karin yang baru saja menginjakkan kakinya di tempat lain, ia baru saja berteleportasi dari Silvermoon pack ke perbatasan hutan.

Gadis itu menatap portal yang sudah kembali aktif setelah ia membaca mantra tadi, ada sesuatu yang harus diambil di tempat asalnya. Cahaya merah pekat langsung memancar di sekitar hutan itu saat Karin memasuki portal, bahkan burung-burung terdiam kala merasakan ada kekuatan besar yang baru saja berlalu.

Bangunan-bangunan yang berdiri kokoh menyapa penglihatan Karin, tidak ada perasaan ragu ketika gadis itu berjalan saat makhluk-makhluk di sekitarnya menatap intens.

Karin pikir mereka adalah makhluk yang sama. Jadi, untuk apa merasa takut? Hanya saja sekarang statusnya sudah berbeda. Beberapa dari mereka yang tidak menyukai klan werewolf tentu menganggap Karin sebagai pengkhianat, tapi tak jarang juga ada yang mendukung hubungannya dengan Nio.

"Ah, Karin. Ada apa? Kenapa kau kembali ke sini?" Robert menyambut kedatangan Karin di rumahnya, ia memeluk gadis itu sebentar.

"Dad, aku ingin mengambil cibilum milikku," jawab Karin.

"Kau? Apa yang ingin kau lakukan, Karin?" tanya Robert murka. Wajah laki-laki itu terlihat semakin memerah dan mengeluarkan dua tanduk di kepalanya, hingga sentuhan di lengan kekar itu membuat Robert menoleh ke samping.

"Tenanglah, Sayang. Karin tidak mungkin melakukan hal yang membahayakan dirinya," ucap Brita menenangkan suaminya.

Perlahan tanduk di atas kepala Robert mulai menghilang, emosinya berangsur-angsur menurun. "Ambillah, tapi jangan lakukan hal berbahaya!" perintah Robert.

"Aku janji."

Karin melangkah menuju kamar yang di tempatinya di rumah besar ini, beberapa makhluk yang tidak sengaja berselisih langsung menunduk ketika melihat gadis itu.

Ah, betapa Karin merindukan kamar ini. Tapi ia tidak bisa berlama-lama, ada sesuatu yang harus diurusnya secepat mungkin. Tangan gadis bermata abu-abu itu membuka lemari yang memiliki ukiran aneh, di dalamnya terdapat beberapa alat yang juga tak kalah aneh dengan tempat penyimpanannya.

Cibilum adalah senjata khas klan mereka, benda itu memiliki mata lebih tajam dari pedang. Di dunia yang sedang diinjakinya saat ini, hanya ada tiga buah cibilum dan tidak mungkin dimiliki oleh sembarangan makhluk.

"Aku pergi dulu," pamit Karin.

Jubah kebesaran milik Nio segera dipakainya sebelum melangkah keluar, ia menyembunyikan cibilum di sana agar tidak ada yang melihat jika senjata itu dibawa keluar dari dunia mereka.

Portal kembali diaktifkan oleh Karin, buru-buru ia keluar dari sana dan menjalankan segala rencana yang sudah disusunnya. "Sudah cukup bermain-mainnya, hidupmu sangat menyusahkan!" Karin bermonolog ketika sudah keluar dari portal.

Gadis itu kembali menghilang dan terlihat kembali di daerah yang lain, ia mengedarkan pandangan dengan saksama. Mendengar suara yang mendekat, Karin segera bersembunyi agar tidak ketahuan.

Meskipun ia tahu jika kekuatannya dengan mereka tidak akan sebanding, tapi Karin tidak ingin membuat kekacauan. Apalagi kini keberadaannya sudah membawa nama klan werewolf, gadis itu terus berhati-hati supaya tidak terjadi peperangan antara klan.

"Ketemu," ucapnya.

Setelah memastikan keadaan sudah kembali aman, Karin segera bergerak mendekati pasangan yang sedang bermesraan itu. Tanpa ragu, ia menarik tangan Jessy hingga langsung terlepas dari rengkuhan Aldrick.

"Sudah cukup, Jessy! Kau membuat seluruh pack heboh karena mencari keberadaanmu," ujar Karin.

Jessy masih belum sadar dengan apa yang terjadi, beberapa detik kemudian barulah gadis Wilkinson itu paham setelah mengerjapkan matanya berkali-kali. "Kakak, apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya.

"Tentu saja menjemputmu, Gadis nakal! Kau membuat mom dan dad khawatir beberapa hari ini," jawab Karin.

Karin menatap Aldrick yang berdiri tak jauh darinya, gadis itu menatap nyalang pada pria vampir itu. "Jika memang kau mencintainya, temui keluarga Wilkinson. Bukan membawanya kabur dan mengurungnya di sini," tutur Karin.

Dalam sekejap keduanya sudah menghilang dari pandangan Aldrick, mereka kembali ke Silvermoon pack.

*******

Hello
Gimana setelah baca part ini?
Ada sedikit pencerahan? Wkwkwk
.
Aku bawa kabar
Karena cerita ini masuk program owop atau one week one part, jadi buat dua minggu kedepan cerita The Queen gak update dulu ya😊
.
Sampai bertemu tiga minggu yang akan datang, bubay👋👋

The Queen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang