"Bagaimana?" tanya Jessy.
"Masih belum ada kabar," jawab Aldrick.
Mereka mengirim burung phoenix milik Bella untuk melihat kondisi di sana sebelum Jessy tertidur tadi, tapi hingga saat ini hewan itu belum juga kembali.
"Berapa lama lagi kita berada di sini?"
Rasa bosan melanda Jessy sejak bangun tidur, entah sudah berapa jam mereka berada di loteng. Bersyukur Aldrick berada di sini, sehingga wanita itu tidak terus-terusan mengatup bibir karena tak ada lawan bicara.
"Bersabarlah!"
Sesuai apa yang dikatakan, Aldrick juga bersabar agar bisa keluar dari tempat ini. Ia hampir kehausan, tapi di sini tak ada setetes pun cairan kental berwarna merah. Tidak mungkin dirinya meminta kepada Jessy, wanita itu sedang hamil dan membutuhkan banyak darah.
"Ada apa, Aldrick?" tanya Jessy.
Ternyata tingkah yang sengaja ditutupi Aldrick disadari oleh Jessy, wanita itu cukup peka dalam menyadari situasi. Namun, ia tak ada niat untuk menceritakannya.
"Tidak, aku juga bosan."
Senyum dilemparkan Aldrick agar Jessy percaya jika dirinya tidak apa-apa, tapi gejolak dalam dada terus memberontak agar dipuaskan.
Laki-laki itu merebahkan diri di lantai, menopang kepala dengan kedua tangannya. Jessy ikut berbaring, menghadapkan tubuh pada Aldrick.
Tangan wanita itu terangkat, mengelus rahang Aldrick yang mengeras. "Kau tidak baik-baik saja," tunding Jessy.
"Apa? Aku jauh dari kata tidak baik," elak Aldrick.
Jemari Jessy yang semula mengusap dagu Aldrick berpindah ke bibir, satu tangannya menyelusup masuk ke sana. Mata mereka saling menatap, melempatkan tatapan yang berbeda.
"Hisap, Aldrick!" perintah Jessy.
"Tidak," tolak laki-laki itu.
Secara sengaja Jessy mengarahkan jari telunjuknya ke gigi taring Aldrick, mengusapnya perlahan hingga menjadi wujud yang sebenarnya. Ia segera melukai diri dengan menusukkan jemari di sana, menimbulkan luka dan tetesan darah meski tak banyak.
Wanita itu terus memaksa agar Aldrick menelan darahnya yang sudah menetes, tapi pertahanan laki-laki itu cukup kuat.
"Minum! Aku tahu kau kehausan," ujar Jessy.
"Jangan menggunakan cara licik, Jessy!" geram Aldrick saat tubuhnya tak bisa digerakkan.
"Apa pun bisa kulakukan hingga kau meminum darahnya," balas Jessy dengan senyuman remeh.
Ia menggunakan sihir untuk mengunci pergerakan Aldrick. Jika tidak begitu, Jessy yakin dirinya tak akan bisa menang.
Darah yang menetes dari jari telunjuk Jessy semakin banyak di mulut Aldrick, bahkan laki-laki itu hampir tak mampu untuk menampungnya.
"Jangan keras kepala!"
Pertahanan Aldrick langsung runtuh ketika setetes darah Jessy melewati tenggorokan, laki-laki itu dengan sigap menarik jari Jessy agar tak menjauh dari mulutnya setelah sihir dilepaskan.
Napas Aldrick memburu, mata laki-laki itu menggelap sehingga tak sadar objek yang menjadi korbannya.
Kesadaran Jessy juga ikut menipis, sudah terlalu banyak darah terhisap. Wanita itu jatuh pingsan setelah merasa tidak kuat lagi, tubrukan wajahnya yang menimpa badan Aldrick membuat laki-laki vampir tersebut langsung tersadar.
"Sialan!" maki Aldrick.
Ia menyalahkan diri karena tak bisa menahan gejolak nafsu, apalagi darah tersebut dari Jessy. Wanita itu sudah terikat dengannya, membuat rasa yang berbeda ketika menghirup apalagi sampai menghisap.
"Maaf."
Tubuh Jessy ditarik agar berhimpitan dengannya, di belakang wanita itu terdapat dinding loteng. Sebelah tangan Aldrick mengelus jari telunjuk yang tadi dihisap, sedangkan satu lagi menjadi bantalan.
"Kenapa kau merelakannya untukku?"
Meminum darah Jessy bisa membuat Aldrick tidak merasa haus dalam waktu lima belas hari, berbeda jika harus menghisap cairan kental milik manusia atau hewan.
Namun, risiko yang harus diterima jika menghirup darah Jessy terlalu besar. Wanita itu selalu pingsan setelah ia menghilangkan dahaga, apalagi dalam keadaan hamil seperti ini.
Jari Jessy yang digenggamnya di letakkan, tangan Aldrick beralih pada perut wanita itu. Sama seperti tadi, hanya ada aliran darah yang terasa. Tak ada detakan jantung sedikit pun.
"Apa dia akan menjadi vampir?"
Pikiran Aldrick berkelana dengan kehidupan anaknya nanti, menjadi sosok seperti apa dan bagaimana kehidupannya. Setelah diteliti lebih dalam, baik Jessy dan ia berada dalam silsilah keluarga terpandang.
Kedua orang tua Jessy pernah menjabat sebagai King Of Werewolf dan Queen Witch, sedangkan dirinya sebentar lagi akan menaiki tahta klan vampir.
Wanita yang berada dalam pelukannya itu juga sempat cerita akan diangkat sebagai Queen Witch karena Nio tak bisa memegang dua pack sekaligus, otomatis suatu saat nanti ia yang akan menggantikan.
Mereka berasal dari keluarga yang memiliki jabatan tertinggi di klan masing-masing, lalu akan menjadi apa anaknya?
"Keluarga Wilkinson juga tak sepenuhnya murni, mereka menjadi half meski memiliki dominan yang berbeda-beda," gumam Aldrick.
Jika dilihat dari keturunan pertama Xander dan Bella, Nio lebih mendominan ke arah werewolf. Laki-laki itu nyaris sempurna dengan kekuatannya, bahkan lebih kuat dari Xander.
Namun, di dalam tubuh anaknya terdapat tiga darah. Ada vampir, serigala, dan penyihir. Apa semua klan akan bersatu dalam dirinya? Bukankah itu terlampau mustahil?
"Apa pun klanmu nanti, Daddy akan selalu mendukungnya," tutur Aldrick sambil mengelus perut Jessy.
Sebuah kecupan didaratkan Aldrick di dahi Jessy, menyalurkan rasa sayang pada wanita yang mengandung anaknya itu. Berlama-lama dengan posisi ini membuat ia mengantuk, lalu tak lama kemudian menyusul Jessy yang terlelap terlebih dahulu dalam konteks berbeda.
Baru akan memejamkan mata, Aldrick terbatuk hebat. Buru-buru ia mengangkat kepala Jessy dari tangannya agar bisa duduk, batuk dalam posisi berbaring sangat menyiksa.
Mata Aldrick terbelalak ketika melihat darah keluar dari mulutnya, dicecapnya sedikit untuk memastikan sesuatu. Ternyata darah Jessy tak diterima, ada campuran dari cairan lain yang masuk di sana.
"Kau terlalu posesif, Son. Bahkan di saat belum lahir sudah menjaga mommy-mu," ucap Aldrick.
Kali ini keyakinan Aldrick jika anaknya berada di klan vampir semakin kuat, ia pernah melihat kejadian seperti ini ketika mommy-nya mengandung si gila Fedrick.
"Tumbuhlah dengan baik, Son."
Tak ada kata bosan bagi Aldrick untuk mengusap perut Jessy, apalagi menunggu kehadiran buah hati mereka. Ia yakin berita itu akan meledak jika diumumkan, tapi mereka sudah sepakat untuk menutupinya.
Kehadiran anak mereka bisa saja memancing lawan dan menjadi taktik baru, sekaligus mimpi buruk dan kelemahan bagi keduanya.
Jessy kembali sadar bertepatan saat Aldrick mengusap perutnya, tapi ia masih enggan untuk membuka mata. Wanita itu juga ingin tahu apa yang dikatakan atau dilakukan daddy dari anak yang sedang dikandung.
Setelah merasa tak mendapatkan apa yang diinginkan, Jessy mulai membuka mata. Pendangannya terjatuh pada bibir Aldrick, di sana terdapat jejak darah. Saat menoleh ke sebelah kanan, ia terkejut melihat genangan darah di sana.
"Kau kenapa lagi, Aldrick?"
****
Halo, maap telat🙃
.
Aku mau cerita
.
Jadi, aku keasikan nonton sampai lupa waktu. Jam 20.44 baru mulai nulis part ini, pas jam 21.00 aku dapet 200 kata doang. Terus sempat terjeda karena hp aku lowbat dan sekarang baru selesai☺
.
Sekian
.
See you👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen [END]
Werewolf(Sequel I'm Back) Terlahir dari King Of Werewolf dan Queen Witch tidak membuat Jessy Wilkinson betah berada di pack. Ia lebih menyukai hidup di dunia manusia, hidup bebas tanpa ada aturan apa pun. Walaupun begitu, Xander tetap mengawasi pergerakan a...