Part 16

2.4K 314 21
                                    

Buku beratus-ratus halaman yang semula terletak di dalam laci khusus sudah berpindah ke pangkuan Jessy, wanita itu kembali mempelajari mantra sihir didampingi oleh Bella.

"Fokuskan konsentrasimu, Jessy!" perintah Bella.

Sudah berkali-kali Jessy mencoba untuk tetap fokus, tapi bayangan Aldrick selalu melintasi pikirannya. "Tidak bisa, Mom," adu wanita itu.

Apalagi mengingat ketika terakhir kali mereka bertemu, keadaan Aldrick bisa dibilang sangat buruk. Setahu Jessy, membutuhkan waktu berhari-hari agar kondisinya kembali seperti semula.

"Kau bahkan baru bertemu dengannya," ucap Bella.

"Mom tahu?" tanya Jessy.

"Karin yang memberitahukannya," jawab Bella.

Sejak awal, seharusnya Jessy juga mewanti-wanti istri Nio itu agar tutup mulut. Namun, rasa senang ketika bisa bertemu dengan Aldrick membuat wanita hamil ini melupakan hal tersebut.

"Benar-benar tidak bisa diajak kerja sama," erang Jessy.

Baru saja Bella ingin membalas perkataan anaknya, pintu ruang bawah tanah dibuka secara paksa oleh Xander. Raut wajah laki-laki yang tak lagi muda itu tampak khawatir dan gelisah, belum lagi napasnya yang memburu.

"Bella, kita harus pulang sekarang," ucap Xander.

"Kenapa, Dad?" tanya Jessy.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Jessy, kedua orang penting di Crystal pack dan Silvermoon pack segera bergegas mencapai daun pintu keluar.

"Jessy, pastikan dirimu aman. Saat ini, keadaan sudah tidak kondusif. Keselamatanmu adalah hal yang paling penting, jadi jangan berusaha untuk keluar dari sini," pesan Xander.

"Mommy akan menyuruh para binatang untuk menjaga rumah ini. Kau segera sembunyi di loteng sampai Mommy dan daddy kembali!"

Jessy hanya mengangguk meskipun masih belum bisa mencerna perkataan orang tuanya, otak gadis itu mendadak blank karena kejadian itu terlalu tiba-tiba.

Selepas kepergian kedua orang tuanya, Jessy segera menutup akses keluar masuk di rumah putih itu dan menguncinya. Gorden-gorden juga dipasang agar tidak ada yang bisa mengintip.

Buku-buku berisi mantra dibawa Jessy ke loteng, ia takut ada sesuatu yang buruk menghampiri rumah itu meskipun terdengar sedikit mustahil.

Ketukan di jendela kamarnya membuat Jessy terlonjak kaget, ia mengintip dari celah gorden terlebih dahulu untuk mengetahui pelaku perbuatan tersebut.

"Phoenix milik mommy?" tanya Jessy.

Buru-buru Jessy membuka jendela kamarnya untuk menjadi akses masuk phoenix tersebut, wanita itu juga menyempatkan diri melihat keadaan di luar rumahnya.

Seluruh binatang penghuni hutan putih berada di halaman rumah Jessy, mereka membentuk lapisan seperti benteng pertahanan. Setiap pintu atau jendela dijaga oleh kawanan harimau putih, begitu pula pohon-pohon yang terdapat kera putih di atasnya.

Jessy menatap burung phoenix di depannya, ada segulung kertas yang dikalungkan di leher phoenix milik Bella itu.

"Apa ini dari mommy?" tanya Jessy.

Phoenix tersebut mengangguk singkat, lalu terbang menuju jendela penghubung loteng yang ada di kamar Jessy.

Jessy, keadaan pack memerlukan mommy dan daddy. Kakakmu tidak bisa mengatasinya sendirian, sedangkan Karin saat ini sedang berada di neraka. Mommy mengirimu phoenix itu untuk berjaga-jaga, kau bisa mengirimnya kembali ke sini jika ada sesuatu yang berbahaya dan darurat.

Hewan-hewan yang berjaga di luar memiliki kekuatan besar, Mommy harap mereka bisa melindungimu karena kunci hutan putih sudah hampir terbuka.

Ingat pesan kami, jangan keluar dari loteng apa pun yang terjadi karena hanya tempat itu yang aman untukmu. Tidak perlu mengkhawatirkan kami, semua akan cepat ditangani.

Jaga dirimu, Sayang.

Setelah membaca surat dari Bella, Jessy segera memanjat tangga yang menjadi perantara naik ke loteng. Wanita itu juga langsung memenggulung tangga tersebut serta menutup jendela loteng.

Tempat yang awalnya gelap kini sudah merubah menjadi terang benderang, entah dari mana pencahayaan tersebut berasal. Phoenix milik Bella juga sudah mengambil tempat di pojok dan memejamkan matanya.

"Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kenapa mommy dan daddy sampai harus turun tangan? Apakah keadaan pack benar-benar dalam bahaya?" tanya Jessy tanpa mampu dijawabnya.

Jessy cemas dengan kondisi keluarganya, ia tidak tahu harus berbuat apa selain berdiam diri di sini. Wanita itu berharap Karin cepat kembali dari neraka, adanya istri Nio itu lebih memudahkan mereka dalam melawan musuh.

Suara benda jatuh dari luar membuat Jessy menatap waspada, burung phoenix yang sempat tertidur langsung bangun dan terbang mendekati Jessy.

"Apa itu?"

Napasnya memburu, perasaan wanita itu bercampur aduk, dan kepalanya tiba-tiba sakit. Jessy berpegang pada burung phoenix di sampingnya, berharap bisa bertahan di tempat yang mulai redup pencahayaan.

Pandangan Jessy mulai menggelap, lalu ia tidak sadarkan diri di atas tubuh burung phoenix milik Bella.

Kepulan asap putih muncul di sisi lain loteng, aroma wangi yang menyusuk langsung tercium ke seluruh sisi loteng.

"Anak kembar keturunan Wilkinson satu ini memiliki garis takdir cukup rumit, mate yang diberikan oleh Moon Godness menjadi petaka untuk semua orang. Dendam, benci, pengkhianatan kembali terulang."

Usai mengatakan hal tersebut, wanita itu kembali menghilang. Lampu yang redup langsung menjadi terang benderang.

Jessy melenguh karena merasakan kepalanya masih berat untuk bangun, wanita itu dapat mendengar suara tersebut meski dirinya di bawah alam sadar.

Air mata phoenix yang berada di atasnya langsung masuk ke mulut Jessy, burung itu memberikan penawar rasa sakit. Ketika kesadarannya kembali, ia dapat mengingat sesuatu yang sempat dikatakan oleh salah satu kawanan harimau putih.

"Orang terdekatku? Apakah yang dimaksud oleh harimau putih itu adalah mate? Bagaimana mungkin? Kondisi Aldrick yang cukup parah tidak mustahil bisa melakukan penyerangan, tapi bisa jadi laki-laki itu memerintahkan bawahannya," ujar Jessy.

"Tapi untuk apa? Klan vampir tidak pernah memiliki masalah dengan klan werewolf dan aku juga memilihnya daripada Paman Evan."

Semua bagaikan teka-teki bagi Jessy, bahkan kepalanya sudah dipenuhi berbagai macam pertanyaan yang tidak bisa dijawab sendiri.

"Apa mungkin Paman Evan? Tapi rasanya mustahil karena dia bekerja untuk daddy dan Kak Nio. Penyesalannya pada aunty pasti membuat laki-laki itu terus berada dalam rasa bersalah," tutur Jessy.

Angin tiba-tiba bertiup dengan kencang, Jessy dapat merasakannya meskipun mendapat dampak sedikit. "Kak Karin," gumam wanita hamil itu.

Ia sangat meyakini jika angin besar itu berasal dari istri Nio, tidak ada seseorang pun yang bisa membuat keadaan sekuat itu selain iblis keturunan Lucifer.

Rasa cemas kembali menyelinap dalam hati Jessy, angin itu menjadi pertanda bahwa pack dalam kondisi yang kacau. Karin tidak mungkin berbuat sesuatu yang mengeluarkan energi besar jika emosinya stabil.

Emosi?

"Kak Nio," gumam Jessy.

Tidak ada alasan lain bagi Karin selain keselamatan Nio, pasti laki-laki itu terancam bahaya. Gadis itu selama ini terkesan cuek untuk urusan pack meskipun jabatannya adalah Queen of Werewolf and Darkness.

*****

Halo, aku kembali setelah nyaris dua bulan🤣🤣
Apa masih ada yang baca cerita ini?
Udah pada kabur, ya?
Aku berharap masih ada yang bertahan🙃
See you next part👋

The Queen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang