Benci Yang Abadi

19 4 0
                                    

Sekarang jam 9 malam dan Jovan sedang berada di tepi jalan untuk membeli sate madura kesukaannya, dia tidak lupa membawa earphone nya.

Saat sedang duduk, tiba-tiba ada seseorang yang tidak asing lagi bagi Jovan.

"Loh Jo lagi ngapain?" Tanya suara serak itu.

Jovan melirik sesaat kembali menatap sate.

"Lagi ngemis" Jawab Jovan dengan ketus.

Orang yang sekarang disampingnya itu adalah Rival.

"Masa cantik-cantik ngemis hahaha" Jawab Rival dengan cengengesan.

"Menurut lo?" Cuek Jovan sambil menghadap ke Rival dengan tatapan tajam.

"Lagi beli es cendol ya Jo?" Kini Rival agak canggung ditatap Jovan.

"Lagi beli kain kafan buat lo" Jovan sudah kesal.

Kini Rival terus duduk menemani Jovan sampai satenya mateng, niatnya ingin mengantar pulang secara diam-diam, dasar kuman.

Kini mereka sedang berjalan di trotoar, tidak ada yang bersuara dan membuat Rival salah tingkah.

"Lo tadi mau kemana?" Jovan membuka percakapan.

Rival menoleh kaget karena biasanya dia yang selalu membuka suara duluan.

"Gue lagi jalan aja Jo nyari angin" Jawabnya dengan sedikit gugup, nggak kaya biasanya.

"Oh" Timpa Jovan yang terus berjalan.

Kini mereka sudah sampai di depan rumah Jovan. Jovan menawarkan si kuman itu untuk masuk sebagai tanda terimakasih karena sudah mengantar walaupun dia ngga minta.

"Masuk dulu gak lo?" Tanya Jovan cuek.

"Ngga deh Jo, gue langsung cabut aja" Kata Rival sambil senyum.

Kini Jovan sedang menikmati sate itu di dalam kamarnya, dengan fokus dia terus menikmati sate itu. Tanpa sadar ada yang mengirim pesan WhatsApp.

0839xxxx
[Hi Jo,]
[Gue bakal jawab gue siapa, kalo lo nanya]

Jovan mengernyit lalu membalas.

                       

                               Bodoamat, peduli apa gue.

[Gue Aji, anak kelas sebelah]

                                                                               
Jovan langsung mematikan ponselnya dan memilih untuk tidur. Selalu begitu jika ada yang ingin lebih dekat dengannya, harus ekstra sabar.

Jovan selalu menghindar jika ada cowok yang mendekatinya, kecuali hanya untuk berteman. Dia cukup tenang sekarang dan tidak mau jatuh lagi seperti yang dialaminya beberapa tahun lalu.

Ada pesan masuk di ponselnya, tapi Jovan tidak menghiraukannya dia pikir si Aji anak kelas sebelah itu. Dia lihat layar ponselnya ternyata Bundanya.

Bunda.
[Jo, bunda pulang 2hari lagi]

Jovan malas untuk membalasnya dan mengabaikan pesan dari bundanya.

[Bunda tau kamu marah, tapi ini untuk kamu Jo]

                     Terserah mau pulang atau ngga

Jovan membalas pesan itu. Agar tidak terlalu memenuhi kriteria anak durhaka aja, dasar anak ini.

[Mau dibeliin apa Jo?]

Adolescence whit IgnoranceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang