Hari ini Ayah dan Bundanya pulang, Jovan memilih untuk dikamar menonton tv dengan pikiran kemana-mana, bukan memikirkan tentang kepulangan orang tuanya melainkan ada hal lain.
Jovan melamun dan tidak sadar bahwa dari tadi Bi Sumi mengetuk pintu kamarnya, saat Jovan akan ke toilet yang didekat pintu kamarnya barulah dia sadar dan membukanya.
"Tuk...tuk...tuk…Jo…" Panggil Bi Sumi dibalik pintu kamar.
Sekitar 2menit belum juga ada yang merespon ketukannya. Saat akan kembali ke dapur, pemilik kamar itu membuka pintu.
"Ada apa Bi?" Tanya Jovan sambil menguncir rambutnya.
"Ayah sama bunda udah pulang Jo, temuin mereka dulu ya" Perintah Bi Sumi dengan senyuman tulus.
"Iya Bi" Jovan akhirnya menurut dan menemui orang tuanya di ruang tengah.
Jovan tidak membenci orang tuanya, dia sangat sayang dan sangat berarti bagi Jovan. Sikap Jovan yang cuek kepada mereka itu supaya mereka mengerti apa yang Jovan butuhkan di usia sekarang.
Saat Jovan berjalan ke ruang tengah, dia tersenyum melihat kedua orang tuanya pulang. Saat akan menghampiri mereka, senyum itu hilang dan digantikan dengan wajah dingin.
"Apa kabar Jo, sini duduk" Sapa bundanya dengan menarik pelan tangan Jovan.
"Kamu agak kurusan" Kini ayahnya berkomentar, ck ngebatin nih.
Jovan bingung harus ngomong apa, rasanya canggung karena udah lama gak ngumpul kaya gini. Sebenarnya didalam hatinya, Jovan senang akhirnya bisa berbincang dengan orang yang sangat dia sayangi, tetapi dia terlalu gengsi untuk mengakui itu.
"Kebiasaan kalo kami pulang, kamu pasti diem" Cerca bundanya dengan wajah kesal yang dibuat-buat.
"Ayah sama bunda sehat?" Tanya Jovan basa-basi dengan wajah sedikit senyum.
"Alhamdulilah ayah sama bunda sehat selalu" Jawab ayah Jovan sambil menggulung lengan kemejanya.
"Syukur deh" Senyuman yang manis yang dikeluarkan Jovanka yang jarang orang lihat, mungkin tidak pernah.
Mereka bertiga kini sudah larut dalam kebahagiaan yang jarang sekali terlihat, kini Jovan yang tertawa bahagia dengan mendengarkan cerita kedua orang tuanya, dia ingin suasana ini terjadi lama tapi waktu yang berkuasa saat ini.
"Jovan pengen kaya gini terus" Ucap Jovan di sela tawa nya sambil melirik kedua orang tuanya.
"Doakan kami sehat selalu ya sayang" Jawab ayah Jovan sambil mengecup keningnya.
"Bunda seneng kamu udah bangkit lagi Jo, kamu udah ngelewatin semuanya sendiri tanpa kami, maaf ya Jo…" Lirih bundanya sambil menangis dan memeluk Jovan.
"Jovan punya alasan, yaitu kalian" Sebelum berucap Jovan memeluk keduanya dengan hangat.
Jovan berharap semuanya tidak cepat berlalu, dan sekarang Jovan tidak akan marah jika kedua orang tuanya bekerja dan harus meninggalkan dia sendiri dirumah dan para pekerja.
Jovan sudah lebih dewasa sekarang, dia tau orang tuanya begini karena untuk dia dan demi dia, hanya saja Jovan selalu sensitif jika menyangkut pekerjaan yang harus meninggalkan seorang anak, ckk berperasaan amat.
***
Saat akan bermain basket didepan halaman rumahnya, Jovan sekilas melihat seseorang yang pernah ia temui waktu itu di taman, cowok yang pernah bilang kalau Jovan sedang bersemedi.
Saat Jovan memastikan lagi, cowok itu menghampiri nya dan memanggilnya di balik gerbang yang tidak terlalu tinggi itu.
"Tanding sama gue mau ngga?" Ajak si cowok itu dengan wajah super dinginnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescence whit Ignorance
RomanceMungkin di masa remaja setiap orang mempunyai sahabat atau seperti geng. Berbeda dengan Jovanka Lovita yang lebih suka teman daripada sahabat, dia tidak ingin pertemanannya terbatas sehingga disekolah orang-orang ingin berteman dengannya.