Hari ini adalah ulang tahun seorang Rival Fahreza yang ke-18. Mungkin sebagian anak remaja akan sangat senang dengan hari kelahirannya karena akan ada sesuatu yang istimewa dari orang-orang terdekatnya. Tetapi Rival si kuman ini tampak biasa saja, bahkan saat teman-temannya dikelas mengucapkan 'happy birthday' pun iya hanya membalas dengan senyuman saja.
"Hbd bro" Ucap Ranti didalam kelas. Dengan memberikan kotak mini kepada Rival.
"Ini buat lo njeng, semoga suka!" Rival sangat senang menerima hadiah itu, dan dia sudah menebak pasti isinya jam tangan, dasar kuman.
"Wih anjir, thanks Ran" Rival berterimakasih sambil melihat-lihat kotak itu.
"Yoi" Ranti menepuk pundak Rival lalu pergi untuk ke kantin.
Di pojokan kelas ada seseorang yang memperhatikan Rival dengan tenang dan dibarengi dengan senyum. Sebenarnya orang itu ingin sekali memberi hadiah untuk Rival namun dia tidak terlalu berani, bahkan dikelas pun dia tidak dekat dengan siapapun.
Seorang cewek yang sangat pendiam namun sangat cerdas pula, dia bernama Puji Cahyati. Anak-anak kelas lebih sering memanggilnya dengan Yati, katanya biar sinkron sama muka aja. Tapi jika dilihat dari dekat, Puji sangat manis dan cantik hanya saja penampilannya terlihat sangat kuno. Dengan kacamata minus dan rambut kepang dua juga kancing baju seragam selalu iya masukkan semua.
Sudah lama sosok Yati ini mengagumi Rival, sebenarnya si kuman lumayan tampan dengan badannya yang tinggi dan rahangnya yang terlihat cowok sungguhan haha.
Yati memberanikan diri untuk sekedar mengucapkan happy birthday kepada Rival, dengan tangan yang dingin dan keringat yang bercucuran, sesekali dia memejamkan matanya untuk mengumpulkan keberanian, santai mba bro.
"Mmm selamat ulangtahun Val" Yati menemui Rival yang sedang asyik membuka kado dari Ranti.
Rival kaget dan langsung menoleh.
"Eh kaget gue mbak nya, btw makasi yattt" Rival memegang kunciran Yati dengan gemas, dan membuat Yati tersipu malu, baperan si Yati mah woy.
"Hehe i-iya, kado nya nanti ya nyusul" Ucap Yati dengan gugup.
"Etdahhh santei aje yat" Lagi-lagi Yati baper dengan Rival yang menepuk pundaknya.
Yati kembali ke tempat duduknya lalu dia menyembunyikan wajahnya yang dihalangi tangannya yang bertumpu pada meja.
"Hbd nyet!" Ucap Guntur yang baru datang dengan membawa sebuah plastik besar yang kemarin sempat Jovan lihat di toko sepatu bang Ciko.
"Wih kado lo gede bener sob" Wajah Rival nampak sumringah melihat plastik yang dibawa Guntur.
"Lo mau?" Tawar Guntur dengan nada menyebalkan.
"Ya mau lah njeng, mana mungkin Adidas gue tolak" Rival dengan cepat menjawab pertanyaan Guntur dan akan mengambil plastik itu dari tangan Guntur tetapi tidak berhasil.
"Eits… kalem ngapa nyet" Guntur menyingkirkan plastik besar itu kebelakang.
"Apalagi si, ngasih kado aja ribet amat lu" Rival sudah tidak sabar dan memasang wajah cemberut.
"Yaudah nih" Guntur memberikan plastik besar itu kepadanya Rival lalu menoyor kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak.
Di ambang pintu ada Jovanka yang sedang memperhatikan kekonyolan mereka tadi. Dia akan memberikan kado itu nanti malam saat Rival kerumahnya.
Jovan juga akan membuat pesta kecil-kecilan untuk si kuman itu bersama orangtuanya.
Jovan tau jika Rival sangat ingin merayakan ulang tahun bersama ibu bapaknya, tetapi itu tidak bisa dilakukan karena jarak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescence whit Ignorance
DragosteMungkin di masa remaja setiap orang mempunyai sahabat atau seperti geng. Berbeda dengan Jovanka Lovita yang lebih suka teman daripada sahabat, dia tidak ingin pertemanannya terbatas sehingga disekolah orang-orang ingin berteman dengannya.