Danau itu bening jernih. Bisa kau buat minum orang sekampung. Dikobok berkali-kali, dilempari sampah terus-menerus, tetap saja terlihat biru menakjubkan.
Danau itu amat dalam. Tak terbayang bila kau menyelam, pasti kau ber-wah keheranan. Menyadari, kalau yang kau anggap remeh ternyata sehebat itu.
Danau itu menampung banyak binatang. Tidak termasuk singa memang. Tapi yang berada di dalam air itu adalah makhluk-makhluk kuat yang mengesankan.
Dunia tambah maju. Jadilah danau itu keruh. Dibuatnya pulau-pulau. Airnya tidak lagi putih bening. Hitam kecokelatan, amis. Seperti hatimu sekarang, yang sudah hitam apek amis penuh kebencian
Di mana rasa itu dulu, Sayang?
Apa sudah kautelan?
Ah, sayang
“Bukan hitam bukan putih. Tapi siapa yang sanggup memadukan di antara keduanya, dialah kebijaksanaan sejati.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Turun yang Tak Seharusnya Turun
PoetryAda hujan yang hadirnya dinanti-nantikan Tidak jarang pula yang datangnya dimaki habis-habisan Ada seorang yang kau dekap penuh sayang Ada pula yang hanya sekadar mendengar namanya pun kau muak Inilah sajak-sajak perihal hujan Bukan menyuruhmu untuk...