Hujan Haru Entah Pilu

15 0 0
                                    

Jiwa-jiwa perindunya mulai melantunkan puasa-puisi, puja-puji. Mengucap salam, mengharap berkah. Dua belas Rabiul Awal, sosok itu tumbuh membawa sejuta cahaya.

Mulutan. Begitu orang kami menyebutnya. Perayaan semacam memperingati hari penting umat ini. Ya walaupun masih ada beberapa orang yang menganggapnya angin, tidak penting.

Langit di atas tidak mendung, tidak ada bulir yang turun. Namun tengoklah di kanan-kirimu, air terjun mereka menetes satu-dua mengingat jasa-jasanya. Mengingat sosok yang paling sempurna sejagat raya. Sebaik-baik hamba-Nya.

Entah dengan orang di pojok itu, apa tangisnya karena haru mengenang Nabi, atau hanya justru karena patah hati?

Entahlah, malam ini benar-benar syahdu

(12 Rabiul Awal 1441)





“Jika kita hendak mencari idola yang baik, selalu perhatian pada fans-fansnya, tidak menjadikan kita pangsa pasar, malah kita yang berhutang banyak, menyelamatkan kita dari jalan sesat, memberi kita cahaya terang, maka sosok idola itu adalah Nabi kita; Nabi Muhammad SAW..”


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan Turun yang Tak Seharusnya TurunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang