kapankah berakhir?

102 7 0
                                    

"Ternyata ini tidak mudah, sulit dan tak sesuai yang diharapkan. Tapi, aku percaya pada ketetapan Allah dan aku sangat yakin bahwa rencana Allah lebih indah dari apa yang kita rencanakan."

...
Aku pikir semuanya akan berjalan sesuai rencana, ternyata tidak! Semua kacau karena ada sesuatu dan lain hal. Akupun terpuruk dengan  keadaan, bahkan tidak hanya satu tapi ribuan masalah menimpa semenjak aku memutuskan untuk 'bercadar hingga berhenti kuliah', aku sadar ini salah tapi tidak selamanya hal itu selalu dipermasalahkan! Inilah takdir dan inilah perjalanan hidup serta inilah pilihanku. Aku mengatakan pada diriku sendiri,  "yaya, kamu adalah manusia payah!" ketika aku merasa semua seakan tidak mendukung apa yang sudah ditakdirkan untukku. Sedih dan kecewa, tapi semuanya kembali lagi kepada kesepakatan diawal bahwa, "Apapun yang aku putuskan, aku harus siap menerima semua risikonya."

Disini aku akan menceritakan permasalahan pertama. Aku mulai goyah dengan keputusanku tentang cadar, semenjak seseorang yang sudah kuanggap sahabat hijrah mengkhianati dengan melontarkan ribuan fitnah pada orang lain tentangku, padahal dia bercadar! Tidak hanya dia, bahkan banyak yang menggunjingku dengan kondisi mereka yang bercadar. Hingga pada akhirnya akupun merasa bahwa, aku takut seperti mereka! Bercadar tapi mulut masih suka membicarakan aib orang lain bahkan berlebihan dan terkadang masih banyak yang pandai menasihati tapi enggan menerima nasihat seakan-akan paling benar, seakan-akan surga miliknya. Bahkan, saat mereka tidak tahu yang sebenarnya namun seakan mengerti apa yang sebenarnya sudah terjadi.
Setelah mempelajari semuanya, persis dengan penjelasanku diawal, "apa yang dipakai, belum bisa menjadi ukur keshalih/shalihah an seseorang." Benar kan? Meskipun seseorang itu sudah mengenakan burqa pun belum tentu bisa dipandang baik atau shalihah!. Tapi semoga mereka yang bertahan dengan pakaiannya bisa menyesuaikan apa yang mereka kenakan dengan akhlak mereka. Sedangkan Aku, hanya ingin fokus menjadi  'Amaliya yaya' yang lebih baik dari sebelumnya, dan dapat dipastikan bahwa Allah yang akan membalas semua yang kita lakukan dibumi ini dan memberikan ganjaran yang setimpal bagi manusia yang bertaqwa.
.
Singkat cerita, permasalahan kedua. Di slide ke 3 aku menceritakan bahwa aku ingin menikah. Tapi ternyata belum berpihak padaku, ada suatu masalah yang tidak bisa kuceritakan disini. Tapi aku akan menjelaskan alasan sesungguhnya, aku ingin menikah bukan berarti karena semua temanku menikah atau karena aku sering mengikuti  seminar pra-nikah, tapi aku ingin menikah karena ibadah. Hanya saja, mungkin Allah menginginkan diriku untuk memperbaiki diri hingga aku siap untuk ketantangan selanjutnya lebih baik lagi.
Sempat terpuruk, bahkan aku sempat menyalahkan pakaianku, pengajianku  hingga aku tidak ingin menegur sahabat hijrahku di masa kuliah dan juga tidak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi  pada mereka. Hingga mereka salah paham sampai saat ini, apapun yang aku lakukan seakan-akan canggung dan aku bingung ingin menjelaskannya dari mana. Masalahku disini hanya aku dan Allah saja yang tahu, namun karena memiliki masalah terkadang sikapku juga bisa berubah pada orang lain hingga sahabat hijrah semasa kuliahku menjauhiku satu persatu. Itulah, sikap terburuk seorang yaya dan aku menyesalinya.

Permasalahan ketiga sebenarnya ini termasuk alasan terbesar kenapa aku berhenti kuliah. Semenjak ayah pensiun, gaji dari pensiunan tidak bisa mencukupiku kuliah karena lumayan besar hingga perekonomian keluarga turun karena itulah aku sedih melihat orangtuaku yang berutang kesana kesini untuk menguliahkanku hingga aku berpikir untuk mencari kerja namun aku bingung  kerja apa dan bagaimana aku menjalani hidup? Sedangkan orangtuaku semakin lama semakin menua dan tak mungkin aku selalu membebani mereka, meminta pada abangku bukanlah cara yang efektif sebab dia juga punya keluarga. Di sana aku memberanikan diri untuk bekerja secara online sambil kuliah, yang sebenarnya sudah pernah kulakukan sebelumnya. Tapi kali ini beda buatku, karena aku benar-benar mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupku tanpa meminta pada orangtua meskipun saat masih kuliah mereka tetap mengirimkan uang untukku. Untungnya sejak awal, aku memang dibiasakan berdagang karena keluargaku hampir semua adalah pedagang untuk sampingan mereka dan untuk keseharian mereka. Masalahnya, bekerja dengan cara  berdagang ini bagaikan air yang mengalir di sungai, 'pasang surut'. Namun aku tetap berusaha bahkan hingga saat ini, karena aku yakin usaha yang dilakukan sungguh-sungguh akan menciptakan hasil akhir yang sempurna.

Permasalah ke empat,  terkadang aku juga mendapati diriku dalam kesunyian ditengah keramaian. Dalam artian, dengan semua masalahku terkadang aku terjebak dan terbelenggu dalam pikiranku sendiri. Semakin lama Hingga aku menemukan sebuah komunitas, yang didalamnya aku mendapati banyak pelajaran lewat 'mendengar dan menyaksikan mereka yang lebih susah dari kita' tidak perlu waktu lama ikut komunitas itu  kebangkitanku dan semua masalah seakan bukan beban berat bagiku.  Karena kutemukan sudah bagaimana caranya agar tetap bersyukur terhadap pemberian Allah. Dan benar saja, ketika kita memandang langit tidak akan ada habisnya namun ketika kita memandang kebawah kita akan merasakan bahwa ada yang lebih sulit dibandingkan kita.

...
Kembali ke topik pembahasan, sebenarnya aku sangat rindu bercadar. Terkadang, aku curi-curi waktu mengenakannya bahkan terkadang aku juga membawanya lalu memasangnya di pinggir jalan. Aku sangat rindu berkumpul dengan sahabatku, sejak dulu aku sulit mengenakan cadar dikampung halamanku ini, karena masih terasa tabu dikeluargaku. Tapi tak apa pikirku, yang terpenting aku tidak mengupload foto wajahku di sosial media seperti diriku yang sebelumnya.

Aku juga ingin menceritakan, bahwa aku pernah bertemu dengan sahabat masalaluku. Dia mengatakan padaku, "yaya, kenapa sekarang kamu berubah? Dekil, gendut, dan seperti hantu hitam-hitam." akupun kaget dengan pernyataannya, seakan-akan karena aku berhijrah lalu merubah semua yang ada pada diriku. Namun, aku hanya bisa diam tak seperti biasanya yang selalu melawan. Sebab aku hampir menyetujui apa yang dia katakan, hingga akhirnya aku merenungi diriku dan bertanya benarkah pilihan hidupku saat ini? Ataukah salah? Tapi seakan-akan aku mendapatkan jawabannya dari dalam hatiku bahwa sebenarnya, "ini tidak salah, hanya kurang istiqomah".
Dan aku berusaha berubah lagi, memulai semuanya dan aku yakin rezeki, jodoh serta maut sudah dipersiapkan Allah bahkan sebelum manusia diciptakan. Akupun menjalani kehidupan dengan santai tanpa beban, dari awal aku mulai goyah soal kuliah hingga bergalau ria soal menikah tp aku mencoba untuk tetap tenang dan tetap melakukan hal yg lebih positif lagi.
.


.
.
Yakin bahwa Allah akan selalu memberikan akhir cerita yang indah bagi setiap hamba yang bersabar.
Kapankah berakhir?
Akupun tidak tau, jalani saja kehidupan.


....
Hay gais, sorry baru bisa update sekarang.
Bagaimana puasanya?
Lancar?
Kritik dan saran dikolom komentar ya
=)

ada apa dengan  cadarku? (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang