"menentukan sebuah pilihan, harus berani mengorbankan sesuatu demi menyelamatkan sesuatu, serta siap menghadapi segala konsekuensi dari apa yang sudah diputuskan."
-Ummu Ghaniya, 2019-
.Menjadi anak rantauan, terlebih lagi seorang diri apalagi aku seorang perempuan. Pasti sudah sangat-sangat dikhawatirkan keadaanya, tapi Alhamdulillah aku merasa terlindungi karena memakai cadar dalam keseharianku, aku bahagia sekali sebab banyak sahabat disini yang mereka juga mengenakan cadar sama sepertiku. Tapi, bukan berarti yang tidak bercadar tidak kutemani bahkan mereka juga berteman akrab denganku. Di kampusku, mahasiswi bercadar diperbolehkan saja selagi tidak mengganggu. hmmm! Kalo dipikir-pikir sih yang mengganggu itu yang berpakaian tidak sopan kan hehe.
Singkat cerita, tiba-tiba beredar sebuah surat yang menyatakan bahwa, "Mahasiswi dilarang menutup wajah." Sontak peraturan itu membuat semua terkejut, apalagi kami mahasiswi yang mengenakan cadar. Aku bingung dan mulai menghubungi mahasiswa-mahasiswa yang berperan penting di kampusku, seperti Presiden Mahasiswa, ketua Dema fakultas, lalu kemudian aku dan 9 orang teman lainnya yang juga bercadar memberanikan diri menghadiri undangan pak rektor mengenai kegemparan ini, sebab semenjak surat itu beredar banyak sekali keluhan mahasiswi bercadar yang merasa dilecehkan oleh para dosen di kampus kami. Dalam kesempatan bertemu pak Rektor itu, aku juga ikut memberikan pendapat tentunya pendapat yang mewakili dari sebagian teman-teman bercadar satu pengajian denganku. Alhamdulillah, respon pak rektor sangat-sangat baik kepada kami, beliau juga ikut mencari solusi agar kami tetap mengenakan cadar namun tetap bisa ikut serta dalam kegiatan perkuliahan. Selang satu bulan, surat pernyataan dari hasil kami berunding pun keluar, kami tetap diperbolehkan mengenai cadar dengan syarat dan ketentuan jika berhadapan dengan dosen wajib membuka cadar, ya Alhamdulillah setidaknya masih bisa menjaga diri di lingkungan kampus.
Detik-detik setelahnya, kelegaan pun kami rasakan, berjalan seperti biasanya. Namun ketika kami berada di tempat umum untuk membeli barang-barang keperluan kos misalnya, kami selalu ditatap dengan tatapan sinis, kami juga sering diamati ketika kami makan dan ketika kami minum, seakan-akan kami adalah makhluk dari planet lain yang datang ke bumi. Hahaha, aneh sih awalnya aku merasa sangat risih sekali. Ya jelas risih, bayangin aja diamati ketika kita makan, gimana rasanya? Berasa kaya jadi tahanan penjara yang harus diamati keadaannya selama 24 jam haha. Tapi lama-kelamaan aku menikmati keadaan ini, terkadang yang menatapku dengan sinis kuberikan senyuman yang mungkin memang hanya nampak pada mataku saja, tapi mereka mengerti bahwa aku sedang tersenyum dan mereka pun membalas senyumanku. Disitulah aku mulai tahu, bagaimana harus mengatasi mereka yang sering mengamati ketika kita mengenakan cadar di tempat umum tapi tak jarang ada juga yang membalas senyumanku dengan tatapan aneh. Pengalaman terparah ketika aku mengenakan cadar adalah pada saat aku ke salah satu market dekat kampus, ada seorang anak kecil lucu aku pun memberikannya sebuah coklat untuknya, lantas ayahnya langsung mengambil anak itu dan membawanya keluar dari market untuk menghindar dariku. hmmm, rasanya sakit namun tidak berdarah, hehe. Pernah juga suatu ketika, aku ikut saudara laki-lakiku ketempat dia ditugaskan, aku ikut makan di kantin dan seketika pegawai yang sedang beristirahat menatapku dengan sinis, pikiran usilku pun mendadak muncul, kuhempaskan sebuah kursi hingga menghasilkan suara yang nyaring dan mengejutkan semua yang ada di sana. Hahaha, betapa kagetnya mereka dan mengira itu bom. Hmmm, walau bagaimana pun keadaanya, sesinis apapun mereka yang melihat, aku harus tetap bersemangat untuk mengubah pandangan orang-orang tentang sehelai kain bernama cadar ini, mereka hanya belum mengetahui saja. Lambat laun, semakin banyak sahabatku yang mengenakan cadar, aku bahagia dan sangat bersemangat sekali. karena, Mengejar akhirat lebih aku utamakan sedangkan urusan dunia biar dia mengikuti, begitulah prinsipku saat ini.
Aku memulai perjalanan hijrah yang tidak mudah, apalagi orangtua yang tidak suka melihatku mengenakan cadar membuatku agak kesulitan di sini dan membuatku harus lebih ekstra berjuang sendirian. Hal-hal yang dijalani semakin rumit ketika kita memutuskan untuk tetap istiqamah, seakan-akan semuanya baru akan berakhir ketika kita sudah sampai ketujuan, yakni syurga-Nya Allah. Hmmm.. Aku merasakan kesulitan apalagi tatkala imanku mulai melemah, rasa futur malas beribadah pun menerpa. Namun kukuatkan kembali tekat untuk tetap istiqamah, hingga pada akhirnya aku merasa bahwa tidak akan selamanya aku merasa aman di kota perantauan ini, terlebih lagi ketika setiap semester aku merasa perubahan yang drastis bisa saja ada pada diriku jika kubiarkan imanku melemah, tambah bimbangnya lagi ketika mendengar serta melihat kakak-kakak yang berangkat KKN melepas cadar mereka karena mentaati sebuah peraturan. seketika itu aku berfikir, "Memang ada apa dengan cadar kami? Kenapa orang-orang seakan-akan menganggap bahwa yang kami kenakan ini mengganggu, merusak pemandangan, dan tidak sopan. Padahal ini adalah kain yang dapat melindungi diri dari syaitan yang bisa saja memperindah wajah kami, ketika kami keluar dari rumah." Aku melihat kakak-kakak mahasiswi yang berangkat tanpa cadar, dua bulan kemudian mereka kembali dengan cadar mereka namun berbeda sifat dari yang dulunya bercadar tertutup tanpa upload selfi sekarang upload selfi bahkan bermudah-mudahan dengan laki-laki. hufft... di situ aku berfikir panjang untuk tetap melanjutkan kuliahku ini, malah takut jika aku yang mudah melemah imannya ini bisa kembali ke masa-masa jahiliyah jika aku tetap meneruskan kuliahku. Disitu aku terus berfikir panjang dan dengan penuh air mata aku memutuskan untuk resign dari kampusku, yang bagiku kampus ini hanya soal dunia dan dunia hanya sementara.
Kemudian, setelah aku berfikir panjang. Aku memberanikan diri berkata kepada kedua orang tuaku lewat telepon bahwa aku ingin berhenti saja dari perkuliahan ini. Aku juga meminta maaf kepada mereka karena mungkin keputusanku ini pasti akan mengecewakan mereka dan juga semua keluargaku. Tapi aku tetap yakin bahwa, jika Allah ridha dengan setiap keputusan kita maka akan Allah permudah Setiap jalannya. Setelah menerima telepon dariku, ibuku nampak terdengar shock disana dan saudara serta saudariku bergantian menghubungiku satu persatu seakan-akan aku sudah memutuskan sesuatu yang salah. Aku tidak ingin menggubris pertanyaan demi pertanyaan mereka, aku memilih untuk diam terlebih dahulu. Aku kembali berfikir, jika aku memutuskan untuk berhenti kuliah, maka apa yang akan aku lakukan? Aku menghubungi teman-temanku yang juga ingin resign kuliah dan mereka memilih untuk menikah. Dari situlah, aku berfikir kuat untuk memantapkan hatiku agar menikah dengan laki-laki yang sholeh. Alhamdulillah atas izin Allah, aku pun menemukannya. Seketika itu pula aku langsung mengabarkan alasanku kenapa aku bersikeras ingin berhenti kuliah. Aku tidak ingin mengatakan yang sebenarnya aku hanya mengatakan bahwa aku siap menikah dan hanya ingin menikah. Karena menikah menyempurnakan separuh agama dan aku bisa lebih terjaga, aku juga bisa mengenakan cadar full time bahkan di kotaku sendiri (di kotaku aku memang wanita setengah cadar dimana kadang aku mengenakan cadar dan ketika bersama keluarga dan dilingkungan rumah aku melepaskannya) . Orang tuaku tentu tidak langsung menyetujui, mereka marah dan sangat kecewa dengan keputusanku yang seakan-akan bertubi-tubi sudah menyakiti hati mereka, tapi aku tetap bersabar. Dan ya, ketika calon suamiku datang pertama kali kerumah, ibuku sudah sangat terkesan dengannya. Akhirnya, ibuku pun menyetujui, walau terkadang masih suka me-replay kesalahanku dengan pilihan yang cukup mengejutkan ini dan aku bisa memahami itu. Kelak, dia akan tahu bahwa apa yang aku putuskan ini untuk menyelamatkan ibuku serta ayahku dari api neraka yang akan menyiksa mereka jika aku melakukan dosa.
.
.
.Segitu dulu ya gais, singkat padat dan jelas, maafkan jika banyak kesalahan dalam penulisan. Jika ada kritik dan saran, silahkan tulis dikomentar. InsyaAllah lanjutannya menjadi akhir dari kisah ini ditunggu ya,
Semoga Allah selalu melindungi kita semua, Aamiin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ada apa dengan cadarku? (SELESAI)
Short StorySemua berawal dari kisah seorang remaja perempuan bernama amaliya bisa dipanggil "Yaya" yang memulai hijrahnya ditahun 2017, dia adalah remaja yang gemar memposting segala kehidupannya di sosial media. Hingga pada akhirnya, dia bercadar dan meni...