Tujuh | ShakaRadiva

28 7 4
                                    

Selmat membaca kisah ShakaRadiva.

"Aku berhak menentukan apa yang aku mau dan apa yang aku rasakan bukan urusan kamu."

******

Hari ini Diva bangun lebih awal dari pada biasanya. Seperti janjinya ke Shaka bahwa hari ini dia akan membuat kan kue brownis buatannya sendiri. Setelah selesai membuatkan kue tersebut, Diva langsung bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Saat ini Diva sedang memandang wajahnya di depan cermin. Diva melihat wajahnya yang tidak berseri - seri seperti biasanya. Kini Diva teringat lagi dengan kejadian semalam, bahwa mamah dan papahnya akan pisah. Apalagi ini hari dimana mamahnya harus pergi dari rumah ini.

Diva memaksakan bibirnya untuk tersenyum. Dia tidak boleh terlihat bersedih didepan mamahnya dan teman - temanya apa lagi kalau didepan Shaka dia harus terlihat ceria.

Setelah siap dengan semuanya, Diva langsung turun kebawah untuk sarapan bersama dengan Lena. Karena ini adalah hari terakhir mereka sarapan bersama dirumah ini. Diva sedih bila mengingatnya. Sebisa mungkin Diva harus terlihat tegar dan ceria.

"Good morning mamah," sapa Diva kepada Lena yang sedang menghidangkan makanan dimeja makan.

Lena tersenyum kearah putri sematawayangnya, "Pagi sayang. Sini kita sarapan dulu."

Diva mengangguk, kemudian duduk didepan Lena. "Mah, mamah beneran bakalan pergi?" tanya Diva sendu.

Lena menghela nafas dan tersenyum."Iya sayang. Nanti kalau mamah udah pergi dari rumah ini kamu jangan bandel ya sama mamah baru kamu nanti. Kamu juga harus bisa nerima Lita sebagai mamah baru kamu," ucap Lena memaksakan senyumnya. "Satu lagi, kamu harus nurut sama mamah baru kamu dan kamu nggak boleh ngelawan."

Diva mengangguk dan tersenyum. "Mah, Diva boleh nggak tinggal sama mamah aja?" tanya Diva.

Lena berpindah tempat duduk menjadi disebelah Diva. "Kamu tinggal disini aja ya, karena kalau disini kebutuhan kamu lebih terjamin. Kalau kamu tinggal sama mamah belum tentu kebutuhan kamu bisa terjamin sama mamah, karena mamah juga belum tahu mau kerja apa nanti," ujar Lena lembut.

Diva menoleh ke arah mamahnya, "Diva pasti bakal nemenin mamah dari awal. Diva janji. Diva tinggal sama mamah ya?" mohon Diva.

"Nggak sayang. Kamu tinggal disini aja ya. Nanti kalau kamu kangen, kamu bisa ketemu sama mamah atau kamu bisa hubungin mamah," ujar Lena mengelus puncak kepala Diva.

"Udah sekarang kamu lanjutin sarapannya ya, nanti telat loh," lanjutnya.

Diva mengangguk dan melanjutkan sarapannya. Setelah selesai, Diva berpamitan untuk berangkat ke sekolah.

****

"Diva!" panggil Febri, saat melihat Diva yang baru saja memasuki gerbang sekolah.

Diva yang merasa terpanggil menoleh kearah sumber suara tersebut. "Ngapain lo lari-lari gitu?" tanya Diva yang heran melihat Febri sedang berlari.

Febri berdecak. "Gue ngejar lo tahu! Dari tadi gue panggil lo nggak nengok."
Diva menyengir, "maaf gue kan nggak denger."

"Pagi girls!" teriak Aleta dari arah belakang seraya merangkul kedua sahabatnya.

"Anjir kuping gue," ujar febri menutup sebelah telinganya.

Aleta menyengir. "Yuk kelas, gue mau ngerjain tugas Pak Andi," ajak Aleta, menarik kedua sahabatnya.

"Pantesan lo berangkat cepet, biasanya kan mepet sama bel masuk," ujar Diva.

"Hehehe, gue lihat punya lo ya div," cengenges Aleta.

ShakaRadiva Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang