9

179 11 0
                                    

3 Minggu kemudian...


Jaehyun kini berada di apartemen sambil menatap kosong layar ponselnya.


Biasanya ia selalu mendengar kata-kata dari Hana yang lembut. Yang selalu menyuruhnya untuk sarapan, namun ia selalu menolaknya.


Ia kemudian menggelengkan kepalanya untuk melupakan Hana. Ia kini harus berfokus pada Jennie.

Sudah hampir 2 minggu Jaehyun terlihat seperti orang depresi karena hal yang ia alami sejauh ini.
Ponsel Jaehyun berdering.


Jaehyun langsung mengangkatnya tanpa melihat nama si penelepon.

"Hai Jaehyun? Masih inget aku?"

Jaehyun menatap kembali layar ponselnya dan nama "Jennie" membuatnya sedikit tersenyum.

"Jennie? Kamu dimana? Aku minta maaf! Aku mau kita ketemu! Aku kangen sama kamu! Aku bakal kasih apapun buat kamu! Aku harap kita ketemu dan aku-"

"Jae, kita putus. Dan maaf kita gabisa ketemu lagi! Aku di Paris. Aku... menikahi orang lain. Maaf Jae."


"...sayang? Ngapain disitu yuk..." terdengar suara lain yang sedang bersama Jennie.


Jennie mematikan panggilannya secara sepihak. Jaehyun mengacak rambutnya kasar. Ia terlihat berantakan.


Jennie telah menghianatinya. Ia membanting ponselnya ke lantai. Kemudian Jaehyun bangun dan menuju ke kamar mandi.


Ia menenggelamkan dirinya di shower. Namun, ia mendengar suara bel dari apartemen.


Ia mengabaikannya, tapi kemudian ia bangun dari shower dengan keadaan nafas yang tersenggal.


Ia membuka pintu setelah berganti pakaian. Ia mendapati mama mertuanya yaitu ibunya Hana.


"Hana dimana? Mama bawain makanan buat kalian berdua."

Jaehyun tidak menjawab. Mamanya Hana masuk tanpa izin dari Jaehyun.

"Hana mana Jae? Lagi keluar ya? Apa lagi mandi?"


"Ma..."

"Oh, ini nih favorit Hana kamu mau nyoba."



"Hana pergi Ma." Ucap Jaehyun.


"Kemana? Dia kemana?" Sahut mamanya Hana dengan panik.


"Ma, aku harus ngomong semuanya. Tapi harus ada papa sama mama aku." Ucap Jaehyun.


"KEMANA HANA, JAEHYUN!" bentak mamanya Hana.

.
.
.

Hana selama seminggu ini badannya panas. Entah karena apa.


Tapi Taeyong dengan sabar merawat Hana.


"Jaehyun... jae..." gigau Hana.


"Jaehyun gak ada! Adanya aku Hana." Ucap Taeyong sambil memberi kompresan pada dahi Hana.


Hana terlihat gelisah namun Taeyong memeluk Hana agar Hana sedikit tenang.

Dan benar saja, Hana tersenyum tipis sambil menutupkan matanya



"Hana plis kamu jangan sakit, aku khawatir." Lirih Taeyong.


Keesokan paginya Hana terlihat mual-mual dan sesekali pingsan saat membereskan sesuatu.

Dan pada akhirnya Taeyong membawa Hana menuju ke rumah sakit untuk mengecek kesehatan Hana.


"Bagaimana keadaan Hana dok?" Tanya Taeyong khawatir.


"Mari ikut saya masuk dulu." Ucap sang dokter.


"Ada apa dok? Apa dia demam parah atau semacamnya?"

"...atau dia harus dirawat di rumah sakit? Separah itu dok dia sakit? Dok bilang sama saya dia sakit apa."

Taeyong terlihat semakin panik. Dokter berusaha sabar dan tersenyum.

"Dok? Kok malah senyum? Dokter main-main sama saya? Dokter niat gak sih? Dia itu sakit loh! Dia pingsan sesekali! Penyakitnya bakal separah itu kan? Kenapa dokter nyepelein sih? Coba dokter ada di posisinya dia."

Taeyong terlalu banyak berbicara hingga dokter sulit untuk menjelaskan apa yang dialami Hana.

"Maaf ya Tuan sebelumnya, saya tahu anda panik tapi tolong saya akan menjelaskan tapi tuan bicara terus sampai saya bingung mau bilang apa." Sahut sang dokter samai terkekeh.


"Maaf dok tapi bagaimana Hana?"


"Selamat anda akan menjadi seorang ayah. Dan saya mohon, agar nyonya Hana tidak terlalu banyak aktifitas. Ah, saya pamit duluan ya, saya sedang ada urusan lain."





Taeyong diam tak berkutik saat mengetahui Hana hamil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sorry || Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang