4. Dekat

68 8 0
                                    


Hari minggu. Hari dimana citra ingin tidur sepanjang waktu sampai ia benar-benar bosan merebahkan tubuh mungil di ranjang kesayangannya itu.
Kini penghuni perutnya mulai mendemo meminta agar segera diberi asupan 4 sehat 5 sempurna kedalamnya

Citra berjalan menuruni tangga perlahan karena mendengar keributan di bawah.

Plak

Terdengar tamparan yang sangat kuat dari arah kamar yang tak lain adalah kamar ayah dan bundanya

"Kamu liat ini evalin. Liat!! "  Andi. Ayah citra melemparkan 3 lembaran foto yang memperlihatkan ibunya dengan seorang laki-laki muda

Evalin hanya menunduk tak menjawab. Karena tamparan dari sang ayah yang membuat evalin takut untuk mengangkat kepalanya

Namun ia mencoba mengumpulkan sisa keberaniannya dengan mengangkat kepala dan mulai menjelaskan. Ralat. Maksudnya mengelak kenyataan yang ada

"Mas. Itu bukan aku. Bisa saja ada yang mau menjatuhkan karir aku mas" Dengan bibir bergetar evalin memberanikan diri untuk bicara

"Kali ini saya maafkan evalin. Jika sampai saya tau itu benar terjadi. Kamu tau akibatnya! "  Andi mencoba berjalan menghindari evalin agar emosinya sedikit menurun.

"Bagaimana bisa. ? Bunda kan selalu mendampingi ayah bekerja?. Kemanapun ayah pergi bunda selalu setia menemani di sisinya . " Beribu pertanyaan muncul di benak citra

Ketika keluar dia melihat anak semata wayangnya tengah mematung di tangga rumahnya.
Andi merasa bahwa citra telah mendengar semua yang terjadi .

"Nak.kamu ngapain disitu sayang? " Andi mencoba berjalan mendekati anaknya. Namun citra menggeleng kepala samar dan berlari menuju kamarnya

Matanya mulai perih . Citra tidak bisa menahannya lagi. Dalam hitungan detik, air mata mengalir deras di permukaan pipinya. Perut yang awalnya kosong telah terisi penuh dibuat kenyang oleh kejadian yang barusan di lihatnya.

"Kenapa? Kenapa kalian tega"  Citra memukul mukul kepalanya dengan keras. Menyesal telah melihat kejadian yang sangat mengiris hati kecilnya itu.

..

Citra tidak sadar kalau dirinya tertidur waktu menangis tadi.
Ketika bangun, waktu menunjukan pukul setengah sembilan malam.

" Lapar banget" . Memegang perutnya dan berjalan sangat pelan . Takut kalau ayah dan bundanya masih di rumah .

"Bi. Bunda sama ayah kemana? " Citra bertanya kepada bi mirna yang dilihatnya sedang bersih2 di ruang tamu

"Tuan tadi katanya ada bisnis di luar kota. Kalau ibu gak tau non. Tadi sore juga berangkat gak bilang-bilang sama bibi"

Air wajah citra berubah menjadi masam ketika mendengar ucapan bi mirna barusan. Citra hanya berdehem dan kemudian memakai slop pink miliknya .

Bi mirna yang tak tega melihat wajah anak majikannya itu meneteskan air matanya mengingat perihal terjadinya pertengkaran antara tuan dan nyonya tadi siang

"Bi, citra ke supermarket depan komplek . Gak lama kok. Hanya beli stok coklat sama susu" Citra berjalan menuju ruang depan

"Iya non hati-hati ya. Gak mau di antar mang asep? " Bi mirna terlihat khawatir

"Gak usah bi. Deket kok"  Citra berusberusaha meyakinkan bibinya itu

Sekarang citra berjalan menuju supermarket untuk membeli stok coklat dengan susunya yang habis . Sekitar 300meter jarak antara rumah ke tempat tujuannya. Dengan kaos biru yang agak kebesaran di badan mungilnya tetapi digulung kedua lengan dan celana pendek hitam di atas lutut , ia berjalan dengan sedikit rasa takut karena hari sudah semakin larut.

TRAKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang