Jingga

29 1 0
                                    

Pertemuan denganmu begitu sederhana. Aku bahkan tak pernah berpikir akan menemukan orang yang benar-benar mirip denganku. Kini, kau menjelma seseorang yang penting bagi hidupku. Orang yang menemani langkah-langkahku. Jiwa bagi semangatku mengejar impianku. Penyemangat saat lesunya ambisiku. Kau kini adalah segala yang semesta kirim untuk melengkapi diriku.

Tetaplah begitu, berdiri di sampingku. Ikuti langkahku. Kita hadang segala halang yang merintang dalam langkah rencana kita. Terima kasih kamu, seseorang yang kini memenuhi hariku dengan penuh tawa.

Pada suatu hari "cinta" datang menghampiriku. Aku tidak tahu harus berbuat apa kala itu. Tapi, hatiku berkata "beritahu saja dia apa yang kau rasakan saat ini" namun terbesit tanya di hati ku. apakah dia akan pergi meninggalkanku?. saat itu aku tidak terlalu peduli dan langsung saja kuberi tahu dia tentang apa yang kurasakan kala itu. Aku yang naif ini berfikir bahwa kau juga merasakan "getaran" yang serupa denganku. Tapi realitanya berbanding 180 derajat dari ekspektasi ku.

Saat itu matahari mulai membakar langit yang tadinya berwarna jingga dengan hangatnya mentari senja, perlahan berubah menjadi ungu kehitaman. Persis seperti perasaan ku waktu itu. bagaikan anak kecil yang baru saja dibelikan mainan oleh orang tua nya, namun seketika dia mendengar teriakan dari arah dapur, dan yang dia lihat adalah pertengkaran orang tuanya yang memorak porandakan keadaan rumah di malam yang sunyi itu. si kecil menangis di pojok kamarnya dia berharap akan terjadi sebuah keajaiban di malam itu. Sayangnya keajaiban itu tidak pernah datang menghampirinya, si kecil tersadar bahwa realita yang dia hadapi sekarang itu sangat kejam, pahit, dan tidak seindah film-film kartun yang dia tonton. 

Hidupku yang tadinya tersusun secara sistematis yang hanya diisi serangkaian repitisi yang membosankan. Namun semuanya berubah ketika kamu menorobos masuk kedalamnya. Dan dengan mudahnya kau mengacak-acak hidupku yang sudah tersusun rapih dan pergi begitu saja tanpa mau merapihkannya kembali.

Kau pergi begitu saja, dan hanya meninggalkan luka, tanpa rasa bersalah. Bodohnya, aku menginginkanmu kembali. Bukan untuk bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada duniaku. melainkan untuk menjadi teman yang bersedia untuk setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Sampai rambut memutih, dan sampai otot-otot tidak bisa digerakkan lagi.

Tapi aku masih tidak mengerti mengapa aku tidak bisa menghapusmu dari ingatanku. Perasaanku campur aduk antara senang,sedih, dan kecewa. Ini semua salahmu... kau yang telah membuatku terjebak dalam euphoria. Seandainya semesta tidak pernah mempertemukan kita mungkin, ini semua tidak akan pernah terjadi dan kita hanyalah sepasang insan yang asing.

Sakit rasanya ketika aku mengingat mu kembali. Mungkin semesta mengirimkan rasa sakit ini sebagai penebus dosa, dari insan yang durhaka.

Hari kian gelap ditambah awan kelabu yang mulai menaungi ku di jalanan yang mulai sepi. tak lama kemudian awan yang tadinya menaungi ku menangis dengan sangat kencang sampai-sampai tangisannya itu mampu menyambar tiang listrik yang berdiri kokoh itu sampai tumbang. "ahh... cuaca ini terlalu mendukung," kataku sambil tersenyum sembari menahan air yang mulai membanjiri kelopak mata.


"aku masih tidak mengerti

mengapa aku begitu mencintaimu

dari pertama kita berjumpa

hingga kita tak lagi bertegur sapa"

------------------------------------------------------------------------------------------------

terima kasih untuk pembaca yang sudah membaca cerita gabut ini sampai akhir. buat yang bingung untuk alur ceritanya ini dibaca dari yang jingga, iya terbalik, saya memang sengaja membuat alur ceritanya jadi seperti flashback hehe. 

Move onTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang