Prang!!!
Ferens bergegas keluar kamar mendatangi sang ibu yang terduduk lemas di kursi "kalo gamau makan gausah dibuang" sindirnya pada sosok lelaki yang menjabat sebagai anak tertua di rumah itu.
"Bangsat! enek gue makan bubur tiap pagi" ucapnya sambil meninju dinding.
"Tiap hari juga kelakuan lo kaya gini ke kita bang!" balas Ferens yang sudah kesal dengan tingkah laku abangnya ini.
"Anjing lo gausah bacot masih kecil juga, gue tampar pasti diem" lelaki itu berbicara sambil menatap tajam ibu dan adiknya yang sedang duduk di kursi.
"Gue udah besar ya brengsek! benci gue sama lo!" abangnya bernama Alan itu maju menjambak rambut Ferens kuat hingga bunyi teriakan dari Erna membuat Alan berhenti lalu pergi masuk ke kamar dengan membanting pintu hingga berbunyi keras. Ferens memejamkan matanya, menatap sang ibu yang mulai berderai air mata.
"Mati lo berdua bangsat!!!!" Teriak Alan didalam kamar disusul bunyi pukulan dinding.
"Habis pulang sekolah aku bersihin, kita berangkat dulu ma nanti telat" Ferens mengusap punggung belakang orang tuanya lalu bersiap mengambil tas serta kunci motor. Wanita paruh baya itu mengangguk sambil berdiri mengambil tas, menutup pintu utama rumah mereka dan berjalan menuju anak perempuannya.
"Ma, nanti kalo aku dapat kerjaan aku bakalan bawa mama jalan-jalan ke pantai" ia mencoba mengalihkan perhatian mamanya yang melamun di jok belakang.
"Ngapain de?"
"Biar mama aku yang tersayang ini bahagia, senang dan lupain masalah yang terjadi walaupun cuma sebentar hehe" ucapnya ketika motor itu telah sampai didepan sekolah mamanya bekerja. Erna turun dan memeluk sang anak yang masih berada di atas motor.
"Nanti aja cari kerjanya de, sekarang pun mama bisa ngajak kamu kepantai. Makasih ya udah jadi supportsytemnya mama" Ferens mengangguk membalas pelukan mamanya lalu mencium tangan wanita itu dan berlalu pergi menuju sekolahnya.
"Makasih juga udah jadi hero dihidup peyyen ma"
SMA Bina Nusantara
07.45 WIBSudah satu tahun ia mendapatkan beasiswa pindahan ke SMA Bina Nusantara ini, sekolah yang terbilang wah dikarenakan bukan hanya untuk kaum kelas atas tetapi semua kalangan yang pastinya berprestasi, juga beduit lah ya.
Ferens tidak sadar bahwa lonceng telah berbunyi nyaring dari lima belas menit yang lalu hingga suara ketuk sepatu mendekat ke arah pintu kelas menyadarkannya dari keheningan ruangan itu. Ibu Susi berperawakan tinggi gemuk masuk kedalam kelas membawa setumpuk buku.
"Selamat pagi semua, hari ini kita akan membahas mengenai sistem pemerintahan di negara kita. Tetapi sebelum itu, Ferens kamu sudah tahu kan?" tanyanya sembari mengambil sebuah buku dan menyodorkannya pada gadis itu.
"Dua minggu lagi kamu dan Abimanyu akan ikut olimpiade di Surabaya, jadi sekarang susul ke perpustakaan dan pelajari buku referensi lainnya termasuk buku yang kamu pegang" Ferens mengangguk, ia sudah tahu informasi ini dari tiga hari yang lalu, dan ini yang kedua kalinya ia akan belajar bersama Abimanyu.
Sepanjang lorong sepi banyak kelas yang terisi oleh guru pelajar dikarenakan ini jam pertama, setiap gadis itu lewat pasti akan ada siswa yang menengok ke arahnya dari dalam kelas, dan ia berusaha untuk tidak menengok balik.
Kakinya sudah sampai didepan perpustakaan, ia melihat sepasang sepatu Abimanyu sudah ada disini. Masuk kedalam sembari mencari partnernya itu ia juga mencari buku referensi lain seperti yang dikatakan ibu Susi.
Mencari di berbagai rak buku akhirnya ia melihat sebuah buku matematika rumus lengkap di pojok kanan atas. Dengan tubuh yang semampai ia mudah mengambil itu namun siswi lain tak sengaja lewat dan menyenggol punggung belakangnya hingga ia hampir terjungkal kedepan menubruk rak buku.
Namun tidak jadi ada kejadian rubuh karena Bima alias Abimanyu yang kebetulan hendak memcari buku dengan cepat menarik tubuh gadis itu merapat ketubuhnya. Refleks Ferens melirik wajah Bima sebentar lalu mengambil buku itu secara kasar dan duduk sembarang.
"Bilang makasih kek" sindir cowok itu.
"Ya makasih" balas Ferens seadanya.
Hening beberapa menit hingga akhirnya Ferens jengah menatap cowok didepannya ini yang sedari tadi asyik bermain handphone "lo mau mulai dari mana dulu?"
"Terserah"
"Lah anj!" suara gadis itu hampir terdengar keras "gue juga terserah kalo begitu" ia memelankan suaranya seraya mendorong buku dari bu Susi.
Bima menggeleng samar, kemudian menarik buku di depannya dan mulai membaca isinya serta mencoba beberapa rumus. Ferens yang melihat soal yang sudah ia kerjakan tadi malam mengangkat kedua bahu, lalu mengeluarkan ponsel di saku.
Menekan tombol instagram dan membuka akun isntagram suaminya 'Park Chanyeol'. Rupanya Chanyeol membuat Account Youtube sendiri, dengan senang hati ia menonton video suaminya hingga lima belas menit berlalu.
Bima melirik sekilas kegiatan yang dilakukan Ferens, ia menarik ponsel gadis itu lalu menyimpannya di kolong meja perpus.
"Belajar dulu, tadi lo gasuka gue main handphone sekarang lo juga main" gadis itu mendengus kesal tak ayal juga mengambil buku yang disodorkan Bima.
"Oke biar impas" ketusnya. Mereka berdua fokus satu sama lain mengerjakan soal-soal dengan berbagai rumus.
"Lo ngerti gak yang ini?" sepintar-pintarnya gadis itu terkadang juga ia kurang mengerti. Bima mengangguk lalu mendekat ke arahnya.
"Ini lo tinggal cari x nya berapa terus pindahin ke sisi sebelah kiri, dan angka yang ini pindah kanan terus lo hitung nanti akhirnya lo pindahin aja yang x kurang hasil ini" gadis itu terlihat mengetuk pensilnya ke meja, dan mengangguk cepat setelah dapat cahaya pemahaman.
"Oh gitu, gue coba dulu"
"hm, kalo ada yang lain tanyain lagi" tak ada jawaban dari cewek di depannya ini, lalu ia menarik ponselnya di bawah kolong meja. Terdapat notifikasi masuk dari Vhina.
~Vhina Imut
udah belajarnya? kantin bareng yuk, bentar lgi bel. aku jemput yaa?~Anda
Hari ini aku bareng Ferens kekantin, km dluan aja brg anak2"Vhina?" tanya Ferens yang melihat cowok itu senyum melihat ponsel lalu mulai merapikan bukunya. Bima mengangguk, juga ikut menutup bukunya ketika bel istirahat berbunyi.
"Kantin bareng?" ujar Bima dengan senyum mengembang. Ferens berpikir sejenak meredakan rasa bahagianya di dalam hati.
"Bimakuu! yuk kekantin, eh ada Ferens" tiba-tiba Vhina masuk kedalam perpus menggandeng tangan Bima santai. Ferens melihat itu hanya bisa tersenyum kecut, ia tak bisa menampilkan raut sedih hanya wajah datar saja.
"kamu ga baca WA aku Vhin?" yang ditanyai menggeleng samar seraya terkekeh.
"Hehe, aku tadi sambil ngobrol sama Ucup terus langsung kesini. Maaf yaa" balas cewek itu dengan nada lembut membuat Bima gemas dengan kebiasaan sahabatnya ini lalu mengacak rambutnya pelan.
"Ayo Bim, udah di tungguin anak-anak di depan, kita duluan ya Rens!" tanpa sepatah kata Bima ditarik oleh Vhina. Cowok itu pun tak bereaksi apapun. Memberikan seberkas harapan yang entah hilang kemana, lagi dan lagi.
'baru aja gue pingin bilang mau bareng ke kantin, lo udah pergi ninggalin gue lagi Bim'
KAMU SEDANG MEMBACA
Putus atau Terus
Teen Fiction"Sebenernya siapa orang yang paling lo anggap spesial? gue atau sahabat lo itu?" lirih Ferens yang kini terduduk dan berteriak histeris ditengah hutan menyesali perasaannya terhadap Bima yang telah menjalani hubungan dengannya selama 1 tahun terakhi...