Diatas roftoof terdapat ruangan tersembunyi yang dijadikan basecamp oleh geng Bima. Ruangan yang serba hitam putih. Disudut ruang ada single bed. Sofa panjang cukup untuk menampung lima manusia. Meja kursi sekolah. Ac yang menyala 24 jam.
"sok jago bet lu! kalo lo kalah, spp tiga bulan gratis" ujar Indra menantang nyali Ucup. Mereka main Dum dengan masing-masing tangan memegang rokok.
"Halah, tiga bulan doang miskin banget hidup lo" sindir Ucup membuat Indra tertawa.
"Gue juga sedekah liat manusianya kali. Kalo modelan kayak lo mah gak dulu" Mereka saling mengejek satu sama lain. Memulai permainan dengan serius adakalanya tertawa. Sedangkan Alder hanya menonton dua rakyat jelata itu bermain. Oh ya ia tak bisa merokok.
Diantara mereka ber-empat, Alder yang paling tampan. Ia memiliki lesung pipi dikedua pipinya. Namun rahangnya tegas. Mata yang tajam. Bulu mata panjang lurus. Bola mata coklat terang. Berkulit putih bersih. Tinggi 182cm sama seperti Bima. Badan berisi. Sisi kurangnya ialah, cuek. Tak terlalu peduli terhadap jenis wanita. Ucup, Indra dan Bima kadang berpikir bahwa Alder ini gay.
Posisi kedua ada Bima. Abimanyu Syailendra. Nama yang bagus. Keturunan keluarga terpadang yang menjunjung tinggi martabat keluarga. Wajah gantengnya mempunyai ciri khas. Mata seperti elang dengan bola mata hitam pekat. Postur tubuh seperti ajudan presiden. Tinggi setara Alder. Kulit agak sedikit coklat namun terlihat bersih, Eksotisnya bule. Wajah jangan ditanya, semuanya menunjukan kesempurnaan.
Indrapriawan. Anak pemilik sekolah Bina Nusantara. Ia termasuk jajaran incaran kaum wanita selain ketiga temannya. Mempunyai banyak mantan dimana-mana. Kelebihannya sangat friendly. Wajah juga SNI.
Selain mereka diatas, ada Yusuf Mahardika atau biasa dipanggil ucup. Orang yang gentle, humoris. Sedikit tampan selebihnya manis. Wajahnya seperti orang jawa namun campuran. Suka sekali makan manis. Terlahir dari keluarga sederhana, kedua orang tuanya PNS.
Baik mari kita lanjut!
"Kalah lo Cup! jongkok cepet" suruh Indra yang tertawa melihat wajah sengit dari Ucup.
"Kali ini lo yang gue bikin gak bisa jalan! jongkok sampe dua jam!" balas Ucup dongkol.
"Yakin nih gamau join Der?" Indra melirik Alder sebentar yang terlentang di atas kasur dengan mata terpejam.
"Bilang aja lo pengen nyerah! gausah basa-basi kalee" ejek Ucup lalu mendapat tendangan pelan dari Indra.
"Sorry ya monyet! Gue gak kalah!" ketus Indra. Berselang lima menit Bima datang dengan wajah ditekuk. Duduk dikursi setelah melempar tas sembarangan.
"Jancok! kenapa sih lo Bim? datang-datang begitu kelakuannya" Ucup terkejut, tas Bima mengenai kakinya. Sedikit menggeser tas itu kesamping.
"Bingung" ucapan Bima mendapat tatapan bertanya dari temannya.
"Kenapa?" tanya Indra seraya menaruh kartu. Ucup menggeleng. Berpikir keras kartu apa selanjutnya yang akan ia balas.
"Gue suka cewek" Indra tertawa keras. Membalas ucapan cowok itu "Hahaha! yaiyalah masa lo gay. Bagus juga suka cewek. Btw Siapa?" setelah itu ia mengambil putung rokok. Menghisapnya sampai asap mengepul.
"Ferens" ujar Bima jujur. Alder sigap berdiri. Keluar dari ruangan itu tanpa berbicara.
"Kalah lo Cup! emang lagi sial aja nasib lo" Indra menggoyangkan pinggulnya. Mengejek wajah Ucup yang sedang menahan kesal. Ucup beralih menatap Bima.
"Terus apa yang lo bingungin?"
"Lusa gue kepikiran buat nembak dia" Bima menatap serius wajah kedua temannya. Indra mengangguk seperti mendapat ide. "Itu mah gampang Bim!"
"Yang pertama!" Indra menunjuk Ucup. Bima menunggu ucapan Indra yang sedang terlihat berpikir.
"Karna lo kalah, selama tiga bulan bekal dari ibu lo buat gue" finalnya, cowok itu tersenyum puas seraya bertepuk tangan. Tak sabar memakan bekal buatan mama Ucup yang sangat enak diluar nalar. Bima menimpuk wajah indra dengan bantal.
"Sabar dong!" Indra dengan wajah cengengesan membisikan sesuatu pada kedua temannya. Sedangkan Alder diluar hanya bisa mendengarkan tanpa ikut berbicara. Seakan tak perduli.
Bunyi dering telpon mengganggu diskusi mereka bertiga. Ucup dan Indra memberi kode ke Bima bahwa ponselnya berbunyi di dalam tas. Segera cowok itu beranjak mengambil tasnya. Mengangkat telpon dari Vhina.
"Kamu dimana?"
"Aku lagi diroftoof sama anak-anak"
"Masih lama ya"
Bima melihat kedua temannya. Wajah tengil mereka malah seakan mengusirnya.
"Enggak Vhin. Bentar lagi turun"
"Yaudah aku tungguin yaa"
Pip
Sambungan telpon dimatikan oleh Vhina. Bima mengambil tas. Ingin pergi menyusul sahabatnya itu.
"Jadi.. lo beneran suka Ferens atau Vhina?" kata Ucup hati-hati pasalnya ini menyangkut perasaan perempuan. Bima diam. Kenapa kedua temannya ini bertanya hal aneh? Sudah jelas ia dan Vhina hanya bersahabat.
"Gue sama Vhina cuma sahabatan. Gak lebih" tanpa menunggu jawaban mereka Bima segera pergi. Melewati Alder yang berdiri menghadap luar di tembok pembatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putus atau Terus
Novela Juvenil"Sebenernya siapa orang yang paling lo anggap spesial? gue atau sahabat lo itu?" lirih Ferens yang kini terduduk dan berteriak histeris ditengah hutan menyesali perasaannya terhadap Bima yang telah menjalani hubungan dengannya selama 1 tahun terakhi...