Satu

1.9K 54 7
                                    

Senja dibalut oleh si jingga tampak dalam bingkai jendela kantor di lantai dua. Di sebuah sofa dekat jendela Sheren duduk dengan memakai dress warna peach, kemudian disebelahnya duduk Aluna dengan mengenakan kemeja biru penuh motif bunga. Sesekali mereka berbincang, selebihnya sunyi menemani duduk mereka sore itu, duduk menanti Pradika. Seseorang yang dikagumi oleh mereka berdua, namun bagi Sheren ini lebih dari kagum. Ia menyukainya.

Pria dengan perawakan tegap itu telah berdiri di sana, tepat di pintu masuk ruangan, ia menatap dua gadis belia yang duduk menyamping di hadapannya. Senyumnya merekah kala berjalan menghampiri mereka dan saling berjabat tangan. Ada debaran yang berbeda di hati Sheren.

"Ini, tadi sebelum ke sini kita sempatin beli brownies," Sheren menyodorkan sekotak brownies cokelat kepada Pradika.

"Kenapa brownies? Kemarin katanya pancake durian," Pradika mengambil brownies cokelat tersebut dan mengamankannya sesegera mungkin.

"Ya, itu karena aku suka brownies cokelat, dan ngga suka pancake durian." Jelas Sheren.

"Tapi kan ini buat aku, aku suka pancake durian," bantah Pradika.

"Siapa bilang buat kamu doang? Orang buat semua yang di kantor ini kok, dibagiin yaaa, hehehe...," Sheren tersenyum, begitu pula dengan Aluna yang sedari tadi hanya diam mendengarkan dialog dari sepasang manusia yang sedang menahan rasa debar di dada mereka masing-masing.

"Sebagai gantinya kamu mau apa nih?" Tanya Pradika yang duduk tepat di depan Sheren dan Aluna.

"Mau ice cream!"

"Traktir ihh!"

"Traktir aku dan Aluna ya?" Sheren tak pernah semanja ini sebelumnya, mungkin ini yang pertama kalinya ia manja pada pria yang bukan satu ikatan darah dengannya.

"Siap! Kapan nih? Besok aku kosong,"

"Jangan besok, selasa aja gimana? Kita bisanya selasa,"

"Okeee," Pradika dengan cepat mengiyakan permintaan Sheren.

"Janji?" Sheren menjulurkan jari kelingkingnya, Pradika merangkul jari kelingking Sheren dengan miliknya.

Cekrek!

Sebuah kilatan dari kamera mengagetkan mereka bertiga. Tepat di pintu itu ada Darman, salah satu team partner Pradika.

"Dapat deh momment nya, hahaha...," Darman tertawa puas melihat hasil potretannya.

"Ehhh, apaan sih, Darman!" Pradika bangkit dari duduknya dan berjalan cepat ke arah Darman, berusaha mengambil kamera yang oleh Darman dipertahankan agar tak sampai ke tangan orang lain. Perebutan kamera layaknya anak kecil yang berebut mainan membuat Sheren dan Aluna tertawa.

Tawa riang menghiasi senja kali itu, Sheren tersenyum bahagia kala melihat orang-orang yang ia sayangi ada di hadapannya, ia menatap senja di dalam bingkai jendela.

Ini senja yang manis, bersama debaran jantung dan kalian♡


Halo! Ini part pertama buku DDS (Dandelion Dalam Senja), terima kasih karena sudah baca, jangan lupa berikan vote dan komentar yaaa!

Oh iya sekedar info tulisan ini sudah di post lebih dulu di storial, untuk yang ngga sabar nunggu update di sini, boleh cek di storial dengan judul yang sama ^^

Dandelion Dalam SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang