Sebelas

345 21 1
                                    

Hari semakin gelap, angin mulai tak bersahabat kala menyapa kulit mereka. Sheren menengadah ke langit, mata sendunya membulat dengan sempurna. Langit jingga telah hilang ditutup gelap menuju malam, awan-awan terbang dibawa angin dengan kasar, hujan akan turun sebelum mereka sampai ke rumah. Rintiknya jatuh di pangkal hidung Sheren, membuat jemarinya menyapu rintik itu. Motor masih melaju membelah jalanan yang mulai sepi, beberapa orang menepi karena tak ingin terkena hujan, beberapa yang lain mulai membuka payung mereka. Adnan menepikan motornya pada halte yang tak ramai, hanya ada seorang wanita dengan usia senja yang menjual gorengan sedang berteduh pada halte itu.

"Kenapa nepi?" Sheren masih duduk di bangku belakang motor Adnan, tidak ada tanda-tanda ia akan turun dari tempat itu.

"Mau hujan," kali ini Adnan tak banyak bicara, ia menjawab sekenanya saja sebab ingin cepat-cepat berteduh sebelum hujan mengguyur tubuhnya.

"Tapi aku pakai baju dalam, nggak bakal kenapa-napa kalau basah,"

"Tapi aku nggak mau penumpang motorku sakit," jari telunjuk Adnan yang panjang mencolek hidung Sheren, membuat gadis itu tak bergeming dalam beberapa detik.

Adnan melangkahkan kakinya masuk ke bawah payungan halte disusul oleh Sheren di belakang. Keduanya duduk dengan jarak yang cukup jauh, Sheren tak memperdulikan Adnan yang sibuk mengobrol dengan seorang wanita berusia senja yang berdagang gorengan. Rintik hujan terbawa angin, menyebabkan Sheren yang duduk di ujung bangku halte sedikit basah, Adnan yang menyadarinya lekas mendekati perempuan yang sibuk menggesek kedua telapak tangan untuk menciptakan kehangatan.

"Dingin?" Adnan berkacak pinggang, beberapa detik namun tidak ada jawaban dari Sheren.

"Sini!" Adnan menggapai kedua telapak tangan Sheren, menyelipkannya di dalam kedua telapak tangannya yang besar, mendekatkan bibirnya untuk memberi nafas hangat pada telapak tangan Sheren.

"Lumayan, kan? Maaf aku nggak bisa kasih jacket kayak di film-film drama, aku nggak bawa jacket, hehehe," Sheren menatap wajah Adnan yang bersemu merah, lesung pipinya terbentuk jelas, matanya yang bulat berubah menjadi garis tipis.

Tak ingin larut dalam rasa yang asing bagi Sheren, ia lekas menetralkan pikiran dan perasaannya, berusaha menyelaraskan keduanya. Ia memejamkan mata sembari menggelengkan kepala, berusaha melempar jauh perasaan itu dari dalam hatinya, kini logika telah kembali mengambil kemudi pada hati Sheren, semua sudah normal lagi. Ia merasa harus lebih waspada untuk hal-hal berikutnya, harus lebih bisa untuk menepis semua yang berusaha masuk dan menguasai hati dan mengambil alih pikirannya yang normal.

Sheren melepaskan genggaman tangan Adnan, dilihatnya ibu penjual gorengan yang duduk di bangku ujung satunya, takut jika beliau berpikir yang tidak-tidak. Ia bangkit dari duduknya, berjalan ke depan menatap hujan yang masih turun sementara langit senja telah berubah gelap, kini malam telah tiba. Lampu-lampu jalan sudah menyala, kerlap-kerlip lampu kendaraan menemani keramaian jalanan bersama rintik-rintik hujan yang tak juga berhenti, seolah memaksa Sheren dan Adnan untuk duduk berdua dalam waktu yang lama.

"Aku harus pulang, sekarang." Sheren mengeluarkan payung dari dalam tasnya, dengan satu tekanan dan tarikan, payung telah terbuka lebar.

"Ehh, ini udah malam," Adnan menarik tangan Sheren, membuat langkah gadis itu terhenti.

"Tapi aku harus pulang," Sheren melepaskan tangan Adnan dari pergelangan tangannya.

Langkah kaki pria itu besar, menerobos hujan yang deras. Pakaiannya berhias titik-titik air hujan, air dingin mengalir dari kepala ke wajah, dan setitik menetes ke ujung hidungnya. Ia berdiri di atas motor yang telah menyala, tersenyum menghadap Sheren yang masih diam di bawah payung jingganya. Panggilan pertama dari Adnan tertelan oleh gemuruh, ia mengusap wajahnya yang terguyur hujan.

Note! Hari ini aku update dua cerita yaitu part sepuluh dan part sebelas! ^^ dengan itu aku berharap ada vote dan comment dari para readers
Buat apa sih vote dan comment? Iya buat aku nambahin ide cerita atau ngubah jalan ceritanya 😂 atau bisa juga malah masukin nama readers aku jadi tokoh dalam cerita, kritik dan saran dari readers sangat diperlukan
Terima kasih

Dandelion Dalam SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang