Satu.

76 9 2
                                    

Whatsapp.

"Iqbal?."
20.13

"Kita putus."
20.13

"Hah!? Putus?."
20.15

"Iya, putus."
20.15

"Tapi, kenapa Putus?."
20.15

"Mau fokus belajar dulu."
20.16

"Bener nih kita putus?."
20.16

"Ya."
20.17

"Ya udah."
20.17

-🐢.

Benar kah ini aku memutuskan nya. Kenapa aku harus melakukan ini, berbohong? Kamu sangat bodoh Azzura. Tidak seharusnya kamu melakukan nya. Ya Tuhan kenapa aku harus seperti ini.

Iqbal, itu lah namanya. Dia adalah orang yang baik, sabar bahkan lebih jauh dari kata sabar. Kenapa aku memutuskan nya? Karna banyak sekali kesalahan kesalahan ku dengan nya. Coba kalian fikir, apa orang seperti ku pantas untuk nya? Setelah banyak kesalahan yang aku perbuat. Menyesal... Itulah yang sedang ku rasakan. Mengapa aku harus melakukan nya!? Jika waktu dapat diputar kembali, aku tidak akan melakukan ini semua dengan nya.

Tiba tiba seorang perempuan menghampiri ke kamar ku, dan menepuk pundak ku. "Hei." Ya, dia adalah Ibu ku, perempuan yang sangat aku sayangi dan selalu mendukung ku.

Aku tersentak kaget dan terbangun dari lamunan ku. "Eh, dari kapan Ibu ada disini?."

Ibu hanya menggeleng kan kepalanya. "Kamu kenapa melamun? Ada masalah?."

"Eumm, nggak kok. Cuma lagi pusing aja banyak tugas tugas." Ucap ku dengan kikuk.

"Ini Ibu mu sayang, masih mau berbohong?. Ibu mengandung mu 9 bulan, dan membesarkan mu sampai sebesar ini. Jadi Ibu tau semua tentang mu."

Tau saja jika aku sedang berbohong dengan nya. "Bu."

"Iya?."

"Ibu pernah gak, bikin kesalahan atau bikin Ayah sakit hati pas lagi pacaran?."

"Hmm." Ibu menaikan sebelah alis nya.

"Aku putus sama Iqbal. Karna aku mikir, aku banyak banget salah sama dia, masa iya sih cewek kayak aku pantes buat dia, jadi aku putusin dia karna aku takut dia jadi sakit hati terus karna aku."

Ibu yang tadi nya berdiri disamping ku, pindah menjadi duduk didekat ku. "Putus? Kenapa harus putus, semua orang pernah melakukan kesalahan sayang... Kalau kamu berfikir lebih dewasa, kamu bisa berubah dan enggak mutusin gitu aja."

"Tapi..." Ibu memotong ucapan ku.

"Dulu, Ibu pernah kayak kamu. Suka bikin Ayah kamu sakit hati. Dan banyak juga kesalahan kesalahan Ibu sama Ayah mu. Tapi Ibu mikir, kalo masih bisa merubah sikap kita kenapa enggak. Dari situ Ibu berubah menjadi lebih baik lagi. Kamu sama Iqbal berapa tahun."

"Dua tahun Bu." aku menundukkan kepala ku.

"Tuh kamu udah dua tahun. Kenapa kamu gak mikir buat berubah."

"Percuma Bu, Azzura udah banyak banget salah sama dia."

"Kamu masih sayang kan sama dia? Kamu mutusin dia cuman karna, kamu sadar kamu banyak salah sama dia."

Aku mengangguk, iya.

"Semua orang pernah melakukan kesalahan. Kamu aturan berubah bukan mutusin dia gitu aja." Aku kembali melamun dan melihat chating ku tadi dengan nya.

'Ya Tuhan kenapa aku tidak berfikir seperti Ibu... Kenapa aku langsung memutuskan nya? Tidak berfikir lebih panjang lagiii.' Batin ku.

"Azzura..." Ibu kembali menepuk pundak ku.

"Eh, iya Bu?."

Ibu menggelengkan kepalanya. "Sudah sekarang kamu tidur."

"Iya, Bu."

Saat Ibu beranjak dari tempat duduk nya tadi. "Bu..." Panggil ku.

"Hmm"

"Thank you, I've always supported Azzura, advised Azzura, and unfortunately Azzura." Ibu hanya tersenyum dan keluar dari kamar ku.

-🐢.

Aku terbangun dari tidur ku. Dan melihat jam weker yang berada di samping ku. "Ha... Masih jam 1."

Aku mengambil handphone di meja. Ketika aku membuka whatsapp, tidak sengaja aku terpencet chatan ku dengan nya.

'Semesta, kenapa aku harus seperti ini. Pasti dia sangat marah dengan ku, dan tidak ingin lagi mengenal ku. Tuhan... Aku ingin memutar waktu. Aku ingin memperbaiki nya.'

"Woe!." Caroline mengejutkan ku. Dia adalah kakak perempuan ku satu satunya. Aku biasa memanggil nya Oline.

Aku terbangun dari lamunan ku. Dan langsung mematikan hp ku. "Belom tidur lo."

"Lo gak liat, gue masih melek."

"Enggak..."

"Eh, lo masih sama si tiang listrik?."

"Hah?." Kak Oline sedikit bingung saat ku sebut tiang listrik. "Tiang listrik siapa."

"Itu loh, pacar lo siapa tu namanya. Eumm, o iya Samuel."

"Yeh, lo tiang listrik tiang listrik aja."

"Hahaha. Abisan dia tinggi banget kaya tiang listrik, heran gue."

"Itu mah lo nya aja, bogel. Hahaha" Ledek Kak Oline

"Udah ah sana." Usir ku.

Saat ia ingin keluar dari kamar ku. "Eh iya, gue putus tau sama Iqbal."

Mendengar itu, Kak Oline langsung menghampiri ku. Ya gitu lah, Kepo. "Lo putus? Lah kenapa? Kapan putus nya? Terus gimana terus?." Sudah ku duga, pasti dia akan banyak tanya.

"Ihhh. Kepo banget sih lo. Udah sana gue mau tidur." Aku mendorong Kak Oline ke luar kamar ku.

Kak Oline terus saja bertanya tanya. "Tapi Ibu udah tau?."

"IYAAA. udah sana, gue mau tidur." Aku langsung menutup pintu ku.

—🐢.



Hati Yang Tidak Dapat Dibohongi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang