Menakjubkan, itulah kesan pertama saat memasuki area kampung majapahit yang beralamatkan di desa Bejijog Kec. Trowulan Kab. Mojokerto. Kampung majapahit adalah salah satu wujud budaya yang memiliki nilai estetika, sejarah, arkeologi, dari peninggalan kerajaan Majapahit. Maka dari itu, tidak mengherankan jika kampung majapahit menjadi daya tarik wisata yang cukup banyak mengundang pengunjung. Letak perkampungan majapahit sendiri sangat strategis dan tidak sulit karena untuk menuju desa bejijong yaitu berada persis dipinggir jalan utama yang menghubungkan perbatasan kabupaten Jombang - Mojokerto. Desa Bejijong menjadi pusat perkampungan majapahit, karena desa ini terdapat tiga peninggalan sejarah kerajaan Majapahit yaitu Candi Brahu, Candi Gentong dan Makam Siti Inggil yang merupakan makam sang raja Majapahit yaitu Raden Wijaya. Dan desa ini juga terdapat Maha Vihara Majapahit. Saat melewati gapura Kampung Majapahit, wisatawan akan disuguhkan sebuah rumah - rumah warga yang bergaya kuno, yang menunjukkan wajah dari kampung Majapahit tempo dulu.
Rumah Majapahitan merupakan wujud fisik dari kebudayaan kerajaan Majapahit. Wujud kebudayaan fisik desa Bejijong inilah berupa rumah – rumah warga yang dibuat bernuansa Majapahitan sehingga dikenal dengan sebutan Kampung Majapahit. Sebenarnya rumah Majapahit, merupakan proyek pemerintah daerah untuk desa Bejijong - Trowulan yang mencoba menghidupkan kembali suasana tempo dulu melalui akulturasi arsitektur jawa kuno pada rumah – rumah warga yang disesuaikan seperti rumah majapahit namun diadaptasi dengan rumah zaman sekarang. Ratusan rumah kuno di desa Bejijong - Trowulan ini menjadi ikon baru wisata sejarah. Sehingga tidak mengherankan, Trowulan semakin mempesona dan mampu memikat para wisatawan baik lokal maupun mancanegara setelah munculnya keberadaan kampung majapahit. Yaitu sebuah kampung yang di desain mirip zaman kerajaan. Terlihat bagian depan rumah warga didirikan rumah kuno berdinding batu bata merah dengan pagar rumah yang berhiaskan ornament khas Majapahit.
Desain rumah kampung Majapahit yang dibuat saat ini merupakan hasil modifikasi dari rumah kawula (rakyat biasa) majapahit pada kala itu. Untuk desain rumahnya tidak jauh berbeda, hanya saja atap rumah yang ada sekarang sudah menggunakan desain modern, sementara untuk rumah majapahit zaman dahulu modelnya menggunakan atap dari rumbia atau alang-alang, ijuk dan sirap. Bahkan bangunan rumah majapahit sekarang dibuat tertutup dengan tembok batu bata merah dan dengan dua daun pintu kembar yang terbuat dari kayu. Selain itu terdapat dua buah jendela pada sisi kiri dan kanan bangunan. Rumah – rumah itu dibangun guna mengembalikan kampung majapahit sesuai penelitian – penelitian para arkeolog, bahwa kerajaan majapahit berada di Trowulan.
Kini rumah – rumah dengan arsitektur jawa kuno sudah bisa dilihat disepanjang jalan disekitar desa Bejijong Trowulan. Rumah – rumah kecil dan sederhana, mampu menyuguhkan para wisatawan kepada sebuah kenangan historis wajah perkampungan dari ibu kota kerajaan Majapahit. Desain awal bentuk rumah yang dibangun itu berdasarkan hasil rekonstruksi para arsitek dan arkeolog terhadap sebuah rumah masyarakat biasa (Kawula) pada zaman Majapahit, lengkap dengan dinding kayu dan atap genteng yang saat ini masih tersimpan di museum Trowulan, Mojokerto. Dengan konsep di zaman itu, ruangan rumah hanya berfungsi sebagai tempat tidur, sementara aktivitas kehidupan lainnya dilakukan di luar rumah. Di pertengahan 2016, pemprov jatim berkerja sama dengan pemkab Mojokerto untuk menyulap rumah – rumah warga menjadi rumah ala kawula majapahit namun desain rumahnya dimodifikasi sedemikan rupa dengan menyesuaikan rumah zaman sekarang. Desain rumah kampung Majapahit yang dipakai saat ini tidak jauh berbeda dengan desain hasil rekonstruksi, bangunan rumah dibuat berbentuk persegi panjang dengan ukuran 5 x 3 meter, dan tingginya tetap normal seperti rumah pada umumnya. Saat ini, bangunan rumah hunian khas Majapahit di desa Bejijong dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat untuk penginapan (home stay) bagi wisatawan, toko suvenir barang kerajinan dan seni (art shop) dan tentu saja menjadi objek wisata tersendiri bagi wisatawan yang ingin melihat bagaimana suasana perkampungan kerajaan Majapahit zaman dahulu.
Gambar 1. Rumah Majapahitan Tempo Dahulu
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sebenarnya rumah bergaya Majapahit yang dibangun di desa Bejijong ini merupakan renovasi terhadap rumah – rumah penduduk yang sudah ada sebelumnya. Hanya bagian depan rumah saja yang dibongkar total lalu dibangun menjadi rumah ala jaman Majapahit. Jika dilihat tampak rumah warga memiliki dinding tembok yang tersusun dari bata merah yang dibuat seolah tanpa semen, memunculkan kesan alami dan ramah lingkungan. Penggunaan batu bata merah adalah ciri bahan yang digunakan sebagaimaana pada candi – candi peninggalan Majapahit. Ciri lainnya adalah atap rumah warga di kampung Majapahit berbentuk limas persegi panjang dengan genting wuwung melengkung dengan ujung atap rumah terdapat bubungan yang berornamen lengkungan. Begitu juga dilengkapi dengan dua daun pintu kembar dan jendela jenis kupu tarung pada bagian sisi kanan dan kiri rumah berbahan dari kayu yang diwarnai senada dengan warna bata merah, ditambah pula dengan pagar rumah terbuat dari bata merah berhias ornament khas keraton dan emblem surya majapahit, sang dewata nawa sanga bertakhta di dalamnya sehingga kesan jadul dan tradisionalnya begitu mencolok ketika kita berkunjung ke kampung Majapahit.
Gambar 2. Rumah Majapahitan Hasil Rekonstruksi
Sumber: Dokumentasi Pribadi
KAMU SEDANG MEMBACA
Remembering of Kampung Majapahit
Non-FictionMencoba mengungkap sejarah kerajaan majapahit dari sisa-puing-puing peninggalan kerajaan Majapahit yang berusaha untuk di hidupkan kembali. Wisata,budaya dan sejarah, sesungguhnya begitu akrab berdampingan. Di banyak tempat yang menjadi destinasi w...