Perjalanan hidup manusia tidak selamanya mudah, adakalanya jatuh sampai dasar paling rendah. Hanya manusia pilihan yang bisa bangkit dari kejatuhannya. Semua proses dalam kehidupan adalah fitrah dari Tuhan untuk setiap hambanya.Jarang sekali manusia memandang proses seseorang dalam meraih kesuksesan. Mereka hanya akan melihat kejayaannya saja. Dan akan membandingkan kemujuran manusia yang satu dengan lainnya.
"Kamu sih enak, Fin, dari orok sampai gede gini gak pernah kekurangan apapun. Secara ekonomi keluargamu berkecukupan, kasih sayang orang tua tidak pernah kurang, support pun kamu dapatkan dari semua pihak," dumel Raina.
Fina hanya tersenyum menanggapi perkataan temannya. "Begitulah orang memandangku, semua serba enak," lanjutnya. Rania mengernyitkan dahinya sambil mendengarkan.
"Kok gitu? Emang benerkan? Aku belum pernah lihat kamu susah sedikit pun. Kamu selalu ceria, senyummu tak pernah lepas dari bibirmu, Fina!" Fina hanya tertawa mendengar omelan Rania.
"Alhamdulillah, aamiin .... Sebenarnya bukan masalah susah atau tidak susah sih, Ran, semua tergantung bagaimana kita menyikapinya. Apapun yang Alloh berikan padaku, itulah yang terbaik. Aku hanya perlu bersyukur atas segala nikmat yang diberiNya, karena aku tidak tahu apa yang terbaik untukku, sedangkan Alloh mengetahuinya. Itu saja" Fina melengkungkan bibirnya ke atas setelah selesai bicara.
"Jadi maksudmu, apapun yang kita dapatkan harus diterima, gitu?" tanya Rania.
"Aku sih gitu, semua yang terjadi di dunia ini atas ijinNya. Baik buruk yang menimpa kita itu atas ijinNya. Jadi terima aja dengan lapang dada, syukuri, in syaa alloh akan ditambah kenikmatannya nanti. Udah ah, yuk berangkat." Fina beranjak dari duduk dan menarik tangan Rania agar mengikutinya. Rania memajukan mulutnya dan Fina pun tertawa.
***
Namanya Safina Aulia. Sekarang dia duduk di bangku SMA. Gadis manis, solikhah dan pintar. Ramah kepada siapapun dan penyayang. Hidup dengan keluarga yang sempurna.Seorang ayah petani dan ibu sebagai pengajar di sebuah sekolah dasar. Ia tak pernah kekurangan kasih sayang. Fina begitu orang-orang memanggilnya.
Tak ada yang salah dalam hidupnya semua serba ada, meskipun ia tinggal di sebuah desa terpencil yang jauh dari keramaian.
Kehidupannya normal seperti teman-teman yang lainnya. Berkumpul, mengaji bersama itulah kegiatannya.
Hingga ketika ia masuk ke sebuah SMA favorit di kotanya. Kehidupannya mulai berubah. Berangkat pagi pulang sore, tak urung jadi bahan gunjingan teman dan tetangga.
Fina tak pernah memperdulikan perkataan orang, ia hanya fokus belajar untuk meraih cita-cita nya. Orang tuanya pun tidak ambil pusing dengan gosip yang beredar, karena mereka tahu apa yang dilakukan anaknya di luar rumah.
Fina gadis manis yang ramah, meskipun ia selalu digosipkan yang tidak mengenakkan ia akan tetap menyapa tetangga yang kebetulan berpapasan jalan dengannya.
"Siang, Bu, mau kemana?" Tanyanya suatu hari pada Bu Ita yang bertemu saat ia pulang sekolah.
"Ke warung, kamu baru pulang Fin?"
"Anak sekolah kok pulangnya sore terus, ngapain aja kamu di sekolah?"
"Pacaran sama gurunya ya?""Saya sekolah Bu," jawabnya lembut.
"Alah, itu si Rita juga sekolah di kota, tapi gak pulang sore terus kayak kamu," cecar Bu Ita dengan sinis.
"Kami beda sekolah Bu, Rita juga kos jadi gak pulang setiap hari," jelas Fina
"Alah kamu! ngejawab aja kalau dinasehatin. Mentang-mentang pinter kamu ya, jadi mau minterin orang tua, hah!" jawab Bu Ita dengan nada tinggi.