Fiksi penggemar oleh Mutiara Raisa Harjita
—————oOo—————
"Kalau gak snack box, aku ngambek." Felix melipat lengannya di dada, memalingkan wajahnya dan cemberut. Ia merajuk seperti anak kecil dan sangat menggemaskan menurutku."Ish Felix jangan gitu napa! Mukanya malah gemesin kalau ngambek!"
Aku dan err—pacarku, Felix, tengah menonton film di ruang tengah rumahku. Memang sudah menjadi kegiatan rutin kita menonton film di rumahku setiap sabtu sore, hitung-hitung daripada membuang uang ke bioskop lebih baik nonton di rumah.Barusan kami berdebat soal makanan apa yang akan kami order karena kebetulan kami sama-sama lapar. Aku memilih pizza sedangkan Felix memilih snack box, tapi tebak, dia malah merajuk seperti anak kecil membuatku gemas.
"Tapi kamu lebih gemesin kalau ngambek, ayo ngambek aku suka!"
Kadang aku berpikir, padahal aku selalu membayangkan memiliki pacar yang tampan menawan, boyfriend-able dan dewasa. Tapi kenapa berakhir mendapatkan yang seperti bocah? Ya begitu lah Felixiano Halim.
Walaupun kekanakan, Felix pacarku ini perhatian kok, kadang dia juga boyfriend-able dan dewasa, hanya saja lebih sering kekanakannya.
"Bisa-bisanya gombal gembel! Pizza aja ya Lix? Yayayayayaa?" Aku menatap Felix dengan penuh harap, berharap Felix mengiyakan keinginanku walau kemungkinannya kecil.
"Tapi aku maunya snack box, Ra," ujar Felix tak kalah memelasnya denganku. Kalau sudah begini, mustahil ada yang akan mengalah. Biasanya ada seseorang yang akan melerai di saat-saat seperti ini.
"Udah lah, beli aja dua-duanya gue yang bayar, susah amat! gue nitip chattime ya, haus jadi nyamuk." panjang umur. Si pelerai ini adalah kakakku, Haris Januar, setiap kami beradu argumen pasti kak Ayis yang melerainya.
Aku dan Felix mengangguk, kemudian Felix mengotak-atik ponselnya untuk mengorder makanan dan minuman yang di inginkan.
Tak lama kemudian, makanan kami tiba dan kami makan sambil menonton film. Kak Haris juga ikut menonton walau hanya menjadi nyamuk antara kami berdua ehe.
Begitu film selesai, Felix bangkit dari sofa kemudian meregangkan tubuhnya."Ra, tadi aku liat pasar malem di deket sini, mau ke sana gak?" tawar Felix. Aku berpikir sejenak, tidak apa sih sebenarnya, aku ingin mencari lumpia basah, siapa tau ada.
Baru ingin menjawab tawaran Felix, kak Haris tiba-tiba bangun. "Weh ngadi-ngadi lu! Gue juga mau ke pasar malem sama cewe gue!" ujarnya tidak santai.Lalu apa hubungannya dengan kami jubaedah :(
"Ya terus masalahnya apa tingkiwingki? Lo kalo mau pergi sama kak Harum ya pergi aja kak, toh kita juga ora sudi jalan bareng situ." Aku melirik sinis kak Ayis. Felix yang ada di sebelahku langsung merangkulku dan tertawa.
"Udah hey, sana siap-siap, nanti kemaleman," ujarnya kemudian menyuruhku bersiap. Tapi belum sempat aku melangkah, Felix telah menahan lenganku lagi dan mengatakan, "jangan cantik-cantik, nanti banyak yang suka, aku cemburu." Baru kemudian Felix melepaskan tanganku dan aku bergegas menuju kamar.
Kasihan jantungku, dia berdetak seperti drum kak Dowoon saat sedang dimainkan :(
Tak ingin berlama-lama, aku mengenakan pakaian secukupnya. Hoodie ungu pastel dan celana jeans adalah pilihanku untuk kencan malam ini.
Kami berangkat ke pasar malam, begitu sampai di pasar malam ternyata suasananya cukup ramai.
Felix menggenggam tanganku sangat erat. Aku menoleh ke arahnya lalu ia mengatakan, "jangan dilepas ya, nanti kamu hilang, aku gak mau kangen," ujarnya kemudian tersenyum manis."Bucin."
Kami berjalan menyusuri pasar malam, membeli berbagai jajanan yang kami sukai. Tak jarang Felix mengajakku bermain permainan yang ada di sana dan memamerkan kemampuannya.
Tapi aku senang, ia menang dan mendapat hadiah, lalu hadiahnya diberikan padaku :D
Setelah berjalan kesana kemari, kami berakhir di padang rumput tempat dimana para pengunjung dapat duduk santai menikmati semilir angin malam.
Kami duduk bersebelahan, menatap langit yang dipenuhi bintang sambil berbincang dan memakan jajanan kami.
Langit sedang berbahagia sepertinya.
"Ra, langitnya cantik," ujar Felix yang masih menatap langit, aku mengangguk setuju. Kemudian ia melanjutkan perkataannya, "kamu tau yang lebih cantik dari langit yang dipenuhi bintang?" tanyanya.
"Langit yang ada pelangi?"
"Bukan."
"Yiren?"
"Haha astaga bukan lah!"
"Ya abis Yiren tuh cantik, mukanya bening, baik hati, tidak sombong, pintar, mana kaya raya paket lengkap banget dibanding aku, udah muka kayak kulit kentang, baik kadang-kadang doang, suka gak ada akhlak, otak tidak encer, b aj—"
"Kamu."
Omonganku terpotong oleh Felix. Aku langsung menoleh ke arah Felix yang ternyata kini sedang menatapku.
"Ha? Gimana?"
"Kamu, kamu lebih indah dari langit yang dipenuhi bintang, Ara," ungkap Felix yang berhasil membuat wajahku memanas. Wah, Felix sudah mulai bisa gombal rupanya, ini buruk.
"Ra, gak peduli kamu itu cantik atau enggak, pinter atau enggak, baik atau enggak, kamu itu kayak nasi goreng yang biasa aku beli di mamang deket komplek, spesial," ujar Felix. Aku mendorongnya asal, apa-apaan aku disamakan dengan nasi goreng? Ya walaupun baper juga sih..
"Gombal banget ew, jauh-jauh sana!"
"Heh lagi serius juga, pokoknya Felix sayang Ara banget, jangan pernah tinggalin Felix ya Ra, kalau gak nanti aku ngambek, hehehe," ujarnya yang malah membuatku berdecak.
"Dasar ngambekan."
Felix merangkul pundakku, menyenderkan tubuhku pada lengannya. "Tapi kamu suka kan? Hehe," ujarnya dengan cengirannya yang menyebalkan. Sialnya, aku suka.
"Ish, nyebelin," ujarku sembari memeluk Felix. Aku memejamkan mataku, sembari menikmati sejuknya angin malam bersama Felix. Bagaimana pun juga, Felix adalah kebahagiaanku. Dia bahagia, aku pun bahagia begitu pun sebaliknya.
"Ra? Woi Ra!"
Aku membuka mataku dan terkejut kala tidak mendapati keberadaan Felix yang ku peluk, melainkan Yuri, teman sebangkuku.
"Ngapain sih peluk-peluk?! Jauh-jauh sana! Geli."
"Loh, kok jadi lu yang gue peluk? Felix mana? Kok gue di kelas? Kok jadi siang, bukannya malem-malem ya?"
Yuri tiba-tiba saja menoyor keningku,
"sadar hey wahai manusia, noh bu Afri udah masuk," ujarnya sambil menunjuk bu Afri yang kini berada di depan pintu dengan dagunya. Aku hanya bisa terdiam, setelah aku ingat-ingat lagi, tadi itu sedang jamkos lalu aku gabut dan berakhir dengan berkhayal di kelas.
Oalah cok daritadi hanya khayalan, kukira nyata :""
KAMU SEDANG MEMBACA
Halu bersama Stray Kids (ft. ITZY)
Fanfiction-Tantangan Indonesia Club SMAN 3 Depok bulan April 2020 Hanya kumpulan kehaluan para anggota KAPAS di bulan April ©kapasaksara3