Fiksi penggemar oleh Umar Nur Hamzah
——————oOo——————
Lima tahun telah berlalu. Jujur, aku tak pernah membayangkan hal ini akan benar-benar terjadi. Hari-hari di mana aku dapat menghabiskan waktu senggang dengannya.
Saat aku berada di sisinya, jantungku berdetak dengan kencang. Setiap kali aku berdua bersamanya, aku ingin menjaga setiap detik agar bergerak lebih lambat, demi waktu yang lebih lama bersamanya. Aku tidak ingin pergi darinya.
“Kau sedang memikirkan apa?” tanyanya dengan suara yang lembut, sembari menggenggam tanganku lebih erat.
Pandanganku menoleh ke arahnya, dan memberikan senyuman yang menenangkan. “Tidak apa-apa, aku hanya sedang memikirkan betapa beruntungnya aku memilikimu, Lia.”
Pipinya yang putih segera memerah, dan matanya terbuka bulat. Seakan-akan terkejut terhadap pernyataanku barusan. Padahal hal seperti ini sudah sering kami lakukan setiap kali kami bertemu. Tetapi aku tak pernah bosan, dan sepertinya ia juga seperti itu.
Badan kami mendekat sembari aku menggerakkan tanganku untuk merangkulnya. Dalam rangkulanku ia meletakkan kepalanya ke dadaku. Pandangan kami tertuju pada awan-awan yang terbang melewati kami. Langit biru yang cerah itu, ditambah angin yang berhembus dengan halus, membuatku ingin mencari tahu rahasia alam semesta. Agar dunia berhenti berputar dan aku bersama Lia dapat hidup abadi bersama. Tetapi sepertinya itu tidak mungkin. Seperti apa yang orang bilang, nikmatilah hal-hal kecil.
“Aku tak percaya kita dapat berduaan seperti ini. Bersandar di bawah pohon bukit yang luas. Semua ini bermula dari kau salah membeli tiket konser,” kata Lia setengah mengantuk.
Aku meletakan pipiku di atas kepalanya yang sedang bersandar di dadaku.
“Untuk beberapa saat aku masih kesal kenapa yang awalnya ingin membeli tiket konser Hatsune Miku, malah menjadi membeli tiket backstage Itzy.” Lia pun tertawa mendengar jawabanku.
“Untuk seseorang sepertimu, aku kira kau tahu perbedaan tulisan hangul dan kanji.”
Akupun tertawa mengingat kembali kejadian permainan takdir itu. Dapat dikatakan aku kehilangan banyak sekali uang karena tiket itu. Tetapi, di balik kemalangan itu aku mendapat seorang tunangan yang mungkin banyak orang akan merasa iri.
Awal mula aku berkencan dengan Lia, aku dijadikan target oleh banyak penggemarnya. Mulai dari penggemar berat sampai dengan pers. Hari-hari itulah yang terburuk. Walaupun kutukan itu belum luntur sepenuhnya, pernyataan yang ia buat beberapa waktu lalu efektif menghentikan sebagian besar gelombang kritik. Tetapi tetap saja hal itu masih belum membuatku tenang sepenuhnya.
“Tetapi aku bersyukur kau membuat kesalahan itu. Kalau tidak mungkin saja aku akan selalu berada di bisnis ini, entah sampai kapan. Bukannya aku membencinya, tetapi mempunyai seseorang dengan perspektif berbeda sepertimu yang hanya orang biasa, membuatku tenang dan aman. Tidak banyak tekanan.”
Aku mengangkat kepalaku dan mengelus kepalanya. Tiba-tiba ia melepaskan dirinya dari rangkulanku dan menghadap kepadaku. Raut wajahnya seperti gelisah, seakan-akan menyembunyikan sesuatu.
“Ada apa?” Aku bertanya dengan cemas.
“Tidak. Hanya saja, coba kau pejamkan matamu,” ucapnya dengan cekikikan.
“Apa yang hendak kau lakukan?” Aku bertanya dengan waspada.
“Sudahlah, menurut saja. Apa kau tidak percaya padaku?” Ia mengangkat satu alisnya.
Akupun menurut dan menutup mataku. Aku dapat mendengar Lia menggerakkan tubuhnya. Kedua lengannya merangkul leherku, dan seketika aku merasakan sesuatu yang empuk menyentuh bibirku.
“ASHOLATU KHAIRUM MINANNAUM.”
Seketika aku membuka mataku, dipertemukan dengan kamar kecil yang gelap ini. Wajahku menempel dengan guling yang aku peluk. Aku segera mengambil telepon genggamku dan melihat jam.
“UMAR BANGUN CEPET SHOLAT SUBUH!” Dengan kencang ayah membangunkanku untuk sholat.
“Bjir mimpi doang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Halu bersama Stray Kids (ft. ITZY)
Fanfikce-Tantangan Indonesia Club SMAN 3 Depok bulan April 2020 Hanya kumpulan kehaluan para anggota KAPAS di bulan April ©kapasaksara3