Syella masih berfikir keras mengenai kabar yang baru saja di dengar olehnya. Begitu banyak cobaan dan kenyataan yang harus ia lewati. Sudah cukup sakit buat semuanya.
"Saya ikut om sama Syella pergi," ucap Alvaro menarik tangan Syella dan menghentikan pergerakan Syella.
Syella sempat menatap tepat pada manik mata Alvaro, bisa diartikan tatapan itu bahwa Alvaro peduli. Semakin lama Syella mulai luluh kembali dengan Alvaro.
..
.
Sesampai di rumah sakit, Edward langsung melangkahkan kakinya cepat menuju meja resepsionis. Edward menanyakan keberadaan ruangan sang istri berada.
Setelah mengetahui ruangan sang istri berada pun ia langsung beranjak dari resepsionis tersebut dan kembali melangkahkan kakinya menuju ruangan tersebut.
Langkah Edward di ikuti oleh dua remaja di belakangnya. Mereka juga tidak kalah panik dengan Edward. Begitu banyak pikiran yang ada di benak mereka, terutama Syella.
Edward telah berdiri tepat di depan ruangan tersebut. Dia memegang knop pintu tersebut dan membukanya secara perlahan.
Benar, sosok perempuan yang tengah terbaring lemas di kasur hadapannya adalah Rena. Wajahnya pucat, banyak goresan luka di tubuhnya.
Syella hanya bisa berdiri terdiam dan tak bisa berkata apa-apa. Dia sangat terkejut saat melihat keadaan sang ibu. Tak disadari oleh Syella, ternyata air matanya sudah menetes melewati pipinya.
Syella tak habis pikir semua ini bisa terjadi. Dia tidak menyangka sama sekali. Hanya ada rasa khawatir yang menyelimuti pikirannya.
Air mata Syella terus saja menetes tanpa hentinya, entah apa yang harus di lakukannya sekarang. Kekhawatiran Syella itu tidak lepas dari pandangan Alvaro.
Alvaro menatap Syella prihatin. Jujur baru kali ini dia mau bersikap baik dan lembut kepada Syella. Dia tau bahwa Syella sedang tidak baik-baik saja. Alvaro tau itu.
Syella mengarahkan pandangannya kepada Alvaro. Dia merasa bahwa dari tadi dia di perhatikan oleh laki-laki di sampingnya.
Tanpa melontarkan sebuah kalimat, Syella langsung mengambarkan pelukan kepada Alvaro dan menenggelamkan kepalanya di dada Alvaro.
Alvaro tentu terkejut pastinya. Tapi dia tidak berkata apa-apa, melainkan membalas pelukan tersebut dengan hangat. Senyuman kecilpun mengembang di wajah tampan Alvaro.
Syella terus saja menangis di pelukan Alvaro. Hingga ia mengangkat kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke wajah Alvaro. Alvaro pun menundukkan kepalanya sedikit untuk melihat wajah Syella.
"Gue takut mamah kenapa-napa Al, gua masih mau mamah ada" lirih Syella yang tak dapat menahan kembali air matanya.
"Gue yakin banget Sye, yakin seyakin yakinnya kalau tante Rena pasti kuat. Tante Rena pasti bisa kok. Percaya ya sama gue" ucap Alvato yang berusaha menenangkan gadis yang berada di pelukannya itu.
Syella sempat tersenyum tipis ke Alvaro dan kembali menenggelamkan kepalanya di dada Alvaro. Dia rasa di bisa lebih tenang berada di dekat Alvaro.
"Sye Syella," ucap sosok perempuan pelan seperti tak berdaya.
Syella yang merasa namanya di sebut langsung menoloh kearah pemilik suara tersebut dan melangkahkan kakinya cepat menuju orang tersebut.
"Ma-mamah" ucap Syella penuh kekhawatiran dan ketakutan.
"Iya Sye, mamah baik-baik aja kok Sye" jawab Rena yang sepertinya berusaha menenangkan gadisnya.
"Sye gak mau mamah kenapa-napa, mamah bertahan demi Sye ya mah" ucap Syella yang kembali menangis.
Rena hanya menganggukkan kepalanya seraya menunjukkan senyum terbaiknya untuk sang gadis di hadapannya.
Syella tetap setia berada di samping sang mamah dan mengelus-elus punggung tangan Rena. Dia berharap sangat mamah bisa kembali pulih secepatnya.
"Sye bisa keluar dulu sama papah?" Tanya Rena mengarahkan pandangannya kepada Edward dan Syella yang bersampingan.
"Kenapa mah?" Tanya Edward mengerutkan dahinya.
"Mamah mau bicara sama Alvaro, bisa kan?" Tanya Rena kembali dan di balas anggukan oleh keduanya. Dan meninggalkan ruangan tersebut
Kini Alvaro yang merasa gugup karna Rena ingin berbicara kepadanya. Hanya berdua saja. Alvaro sudah dingin satu badan. Alvaro sangat tidak bisa jika diajak serius.
"Iya tan? Kenapa sama Al?" Tanya Alvaro pelan kepada Rena.
"Tante mau kamu secepatnya bertunangan dengan Syella ya? Tante harap kamu mau Alvaro," jawab Rena yang berhasil merubah raut wajah Alvaro menjadi terkejut.
"Aduh, gimana yah tan. Al gak yakin Al bisa tan. Tante kan tau sendiri gimana Al, gak bisa serius serius amat tan." Jawab Alvato menggarung tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
"Tante yakin Al pasti bisa, tante percaya itu." Jawab Rena sambil tersenyum kepada Alvaro. Rena sangat memberi harapan lebih kepada Alvaro.
"Gimana ya tan, kasih Al kesempatan lagi deh. Al masih ragu," jawabnya kembali menggaruk tengkuknya.
"Itu gak usah garuk-garuk kalau gak gatel" tegur Rena sambil terkekeh kecil.
"Hehe"
..
.
"Pagi ku cerahku, mataharinya tenggelam Al gendong tas abu Al di pundak, na na na na na na...." nyanyi Alvaro semangat sambil menurut anak tangga di rumahnya.
Jesy yang melihat kelakuan sang abang hanya bisa menggeleng kecewa karna abnganya semakin hari semakin tidak waras.
"Al! Lo gak usah berisik deh, bacot tau gak?!" Tegur laki-laki yang sedang duduk di sofa depan TV rumahnya.
"Ya mangap bang, Al kan lagi seneng gitu ya kan" jawab Alvaro yang menundukkan kepalanya layaknya seseorang yang merasa bersalah.
"Bacot lo!" Seru Samuel kembali.
Alvaro tidak membalas lagi perkataan Samuel, melainkan dia menggenggam tangannya lalu seolah-olah ingin memukul sang kakak dari belakang. Jujur dia sangat kesal dengan abangnya.
Samuel pun menoleh kearah belakang dan mendapati Alvaro yang sepertinya ingin memukulnya. "Mau nantangin?" Tanya Samuel menaikkan satu alisnya.
"Ampun bang ampun," jawab Alvaro yang langsung lari menghampiri meja makan.
Adegan tadi tentu tidak dilewatkan oleh Jesy, dan kini dia tertawa sendiri sambil duduk di meja makan.
"Apa lo Jes ketawa-tawa hah?!" Tegur Alvaro yang tak terima dirinya di tertawakan.
"Bowo amat" jawab Jesy acuh.
"Lu ngomong bowo amat bowo amat mulu abang sumpahin lo jodohnya ama bowo" ucap Alvaro yang kesal dengan Jesy yang selalu saja menhembutkan nama bowo.
"Amin!" Teriak Samuel dari sofa sana.
"Adek padamu bang, mwah" ucap Alvaro yang memberikan ciuman jauh kepada Samuel.
"Najis" gumam Samuel.
"Eh iya bang, cewek yang kemaren malem nyelonong masuk kerumah kita itu siape bang?" Tanya Jesy kepo.
"Gimana ye ngejelasinya sama lu, dia tu cewek yang"
"Yang apa bang?" Tanya Jesy tidak sabar.
"Au ah Jes, abang males jelasinnya. Lain kali ya kalau abang mau" ucap Alvaro sambil mengusap puncak kepala adiknya lembut.
"Jijik gue bang lu kayak gitu, najis" ucap Jesy yang merasa geli diperlakukan begitu oleh abangnya. Karna tidak biasanya Alvaro seperti itu.
"Gak usah sok iye deh lu, gue tampol lu!"
"Bowo amat" jawab Jesy tak peduli.
"AMIN WOI AMIN!" Teriak Samuel.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen Fiction"LO?!" Ucap keduanya bersamaan. Alvaro yang harus mengikhlaskan masa remajanya demi sebuah janji yang di buat keluarganya. Dia harus menerima perihnya kenyataan hidupnya. Dijodohkan bukan satu hal yang amat menyeramkan, melainkan itu bisa membuat...