Pagi ini Syella sudah berada di bandara lebih awal. Dia datang lebih awal karna takut tertinggal dengan pesawatnya. Namun, dari tadi ia tidak melihat Alvaro, bahkan batang hidungnya saja tidak ada.
"Apa gue chat aja yah di Al nya?" Monolog Syella sambil megenggam benda pipih di tangannya. Dan langsung saja ia membuka aplikasi Line di ponselnya dan mengetikkan nama Alvaro. Baru dia ingatnya bahwa tadi malam ia memblokir laki-laki tersebut.
"Eh anjir, haha baru inget gue kalau gue blokir dia semalem haha," ucap Syella dan tertawa sendiri.
"Kenapa lo ketawa sendiri?" Tanya seorang laki-laki di hadapannya.
"Ferrel?" Ucap Syella yang sedikit terkejut dengan keberadaan Ferrel di hadapannya.
"Iya gue Ferrel, lo kenal kan Sye sama gue?" Tanya Ferrel balik.
"Yaiyalah, kita sekelas juga. Ya kali gue gak kenal," jawab Syella sambil tertawa kecil.
"Eh iya Sye, lu ngapain ada di bandara pagi ini?" Tanya Alvaro kembali.
"Gue ijin sekolah karna disuruh nemenin kutu kupret ke Bali pagi ini. Nyokap gue nyuruh dia ngehandle kerjaan nyokap gue, lo sendiri ngapain disini pagi-pagi? Kan ini jam sekolah?" Tanya Syella balik.
"Emm, gue anterin bokap mau ke Ausie, jadi ya ijin dulu." Jawab Ferrel yang awalnya gugup.
"Eh Perrel, oh si nyai udah disini juga? Bagus deh. Btw makasih dah nemenin si nyai. Gue takut kan sapa tau dia marah sama gue karna gue telat dikit gitu kan, hehe" ucap Alvaro sambil menepuk bahu Ferrel pelan.
"Eh Alvaro, lo ada apa ke bandara pagi-pagi?" Tanya Ferrel kepada Alvaro.
"Kan tadi gue udah bilang ke lu Rel, kalau gue nemenin dia ke Bali karna urusan nyokap," yang ditanya siapa yang menjawab juga siapa.
"Oh maksud lo kutu kupret itu si Alvaro?" Tanya Ferrel.
"That's right," jawab Syella sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.
"Kutu kupret?" Beo Alvaro.
"Mendingan diem deh lu Al, kita pergi ke gate kita aja dulu. Ntar telat berabe urusannya," ucap Syella dan langsung berdiri dari duduknya.
"Yaudah deh Rel, gue sama Sye deluan ye. Titip salam baut para fans gue," ucap Alvaro sambil menaik-naikkan alisnya. Dan dibalas anggukan tidak ikhlas oleh Ferrel.
Syella dan Alvaro pun berjalan menuju gate mereka dan mencari tempat duduk kosong di sekitarnya. Setelah mendapatkan tempat duduk, mereka pun duduk bersebelahan dan tidak membicarakan apa apa.
Panggilan untuk pesawat tujuan Bali pun sudah di informasikan oleh petugas bandara tersebut. Syella dan Alvaro pun bangkit dari duduknya dan berbaris mengantri masuk ke dalam pesawat.
Sebenernya bisa saja mereka menunggu di blue sku dan tidak perlu berdesak-desakan masuk kedalam pesawat. Namun mereka menolak atas tawaran itu. Mereka ingin biasa-biasa saja.
"Kursi kita nomer berapa Sye?" Tanya Alvaro saat memasuki pesawat tumpangan mereka tersebut.
"Liat sendiri lah di tiket lo nomer berapa, malah nanya gue." Jawab Syella sinis.
"Gue 14 C, lo berapa?" Tanya Alvaro setelah melihat angka tiket di genggamannya.
"Gue 14 B," jawab Syella singkat.
"Sebelahan dong?" tanya Alvaro.
"Kenapa emang?" tanya balik Syella.
"Gue sih owh aja," jawab Alvaro datar.
"Bacot"
...
"Lu gak tidur Al?" tanya Syella yang heran dengan Alvaro yang hanya berdiam diri menghadap jendela di sampingnya.
"Gue masih bingung Sye, tunangan kita. Nyokap lo maunya kita secepatnya di tunangkan. Gue ragu untuk hal itu, lo tau sendiri gue kayak apa kan Sye?" tanya Alvaro yang kali ini sedikit lebih serius dari biasanya.
"Al, gue juga sama ragunya kayak lo. Bagi gue, kita jalani aja dulu alurnya. Kita nikmati aja dulu semuanya. Bisa apa enggaknya itu belakangan. Yang penting kita sudah mau ikhlas sama semua kenyataan ini. Gue yakin kita bisa kok," jawab Syella sambil tersenyum kecil kepada Alvaro.
"Gue sayang sama lo Sye," ucap Alvaro juga tersenyum.
Syella yang barusan mendengar perkataan Alvaro itu menjadi salah tingkah. Yaudah sangat lama ia tidak mendengar pernyataan itu keluar dari mulut Alvaro. Terakhir pun saat mereka masih menjalin hubungan.
"Gue sebenernya juga sayang sama lo Al," balas Syella yang juga tersenyum kearah Alvaro.
Entah mengapa, tiba-tiba saja Alvaro mendekatkan wajahnya dengan wajah Syella. "Tapi boong! YAHAHAHA" ucap Alvaro tepat di samping telinga Syella dan langsung menjauhkan wajahnya dari wajah Syella dan tertawa terbahak-bahak.
"Anjir!" Seru Syella menjewer telinga Alvaro keras.
"Ampun nyai ampun," mohon Alvaro sambil meringis kesakitan.
Mendengar Alvaro meminta ampun kepadanya, Syella pun melepaskan jewerannya dan menatap Alvaro dengan mata sinisnya.
"Tapi lo kan yang beneran sayang sama gue," ucap Alvaro menaik-naikkan alisnya.
"Gak"
"Yah gagal kan PDKT sama mantan lagi, aih aih gak asik lu bree," ucap Alvaro menoyor kepala Syella tiba-tiba.
"Mantan tetep mantan." Ucap Syella yang mampu membuat wajah Alvaro menjadi pahit.
..
.
Kini mereka berdua sudah sampai di bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Mereka berdua berjalan mengambil koper mereka dengan troli yang di dorong oleh Alvaro.
"Yang jemput kita siapa? Kita tidur dimana? Trus habis ni kita kemana? Kayak apa?" Tanya Alvaro terus menerus hingga membuat Syella kesal.
"Lo bacot diem! Kita di jemput sama sopir gue, kita tinggal di hotel punya papah lo, ya habisni kita ke hotel istirahat. Paham?" Tanya Syella balik setelah menjawab pertanyaan Alvaro barusan.
"Gak" jawab Alvaro singkat dan mengalihkan pandangannya dari Syella lalu kembali mendorong trolinya.
"Bangke"
...
"Lah ini hotel papah gue? Kok gue anaknya gak tau? Lo yang bukan siapa-siapa bokap gue kok lo tau?" Tanya Alvaro setelah turun dari mobil dan masuk ke salah satu hotel milik papahnya itu.
"Karna lo bego! Plus lu gak waras juga, sinting, gila, gak ada otak, bodok, banyak deh, lama kalau di sebutin satu-satu." Ucap Syella sambil menghitungnya dengan jari-jarinya. Sedang kan Alvaro hanya ber 'oh' ria.
Syella yang mendengar Alvaro hanya ber 'oh' ria menatap Alvaro heran. Bisa-bisanya dia hanya merespon seperti itu padahal Syella tadi telah merendahkan Alvaro.
"Ajaib"
Alvaro yang merasa Syella berkata sesuatu hanya menoleh ke arah Syella dan mengalihkan lagi pandangannya ke depan.
"Aneh" gumam Syella lagi.
Maaf karna baru up lagi, maap keun yaa:)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Jugendliteratur"LO?!" Ucap keduanya bersamaan. Alvaro yang harus mengikhlaskan masa remajanya demi sebuah janji yang di buat keluarganya. Dia harus menerima perihnya kenyataan hidupnya. Dijodohkan bukan satu hal yang amat menyeramkan, melainkan itu bisa membuat...