Cerita keempat || "Daddy~"

9.6K 643 117
                                    

|| "Daddy~" ||

Suasana dalam ruangan terlihat begitu berat, dua pemimpin clan paling berpengaruh di Jepang kini tengah duduk dan berbagi satu meja. Sang kepala keluarga Uchiha, Fugaku Uchiha, dan kepala keluarga Namikaze, Minato Namikaze saling menatap satu sama lain, begitu tegang dan berat aura yang dipancarkan, mereka saling memincingkan mata dan sesekali menyeringai, meninggalkan curiga pada siapapun yang melihatnya. 

"Checkmate!" Suara Minato akhirnya memecah keheningan yang tejadi. Wajah yang menegang itu kini berubah menjadi senyuman yang begitu lebar. "Kau tidak bisa mengalahkan aku, Fugaku. Aku tak terkalahkan kalau soal catur, hehehe".

"Ahhh~ menyebalkan sekali! Akan ku balas kau lain kali!" Fugaku mengacak-acak rambutnya, cukup frustasi dikalahkan Minato di ronde ke 3 permainan catur mereka. 

Anak-anak mereka yang sedari tadi memperhatikan jalannya permainan akhirnya dapat menghembuskan nafas panjang lega, terutama anak dari Minato, Namikaze Naruto. "Gila! Mereka yang main catur aku yang tegang". 

Uchiha Itachi, anak sulung Fugaku mengangguk setuju. "Aku hampir lupa bernafas melihat mereka bermain catur".

"Dobe, kau tegang melihat permainan catur? Aku tak menyangka fetish mu seunik itu". Uchiha Sasuke menimpali. Sang putra bungsu Fugaku. 

Naruto mendelik sebal, "Bukan tegang yang itu! Kamu mau aku pukul? Dasar otak mesum gila!" ucapan itu berakhir dengan kikikan tawa dari kedua anak Uchiha ini. 

Sedangkan sang ibu hanya melihat kegiatan anak dan suaminya hanya menggelengkan kepala, tak mengerti cara berpikir laki-laki. "Sudah! ini sudah waktunya makan malam. Cepat duduk kalian semua!" Perintah Makoto, istri Fugaku.

"Kecuali kalau kalian tidak lapar~" Seringaian terukir di bibir Kushina, istri Minato yang kini menata piring di meja makan. 

"Jangan mengancam begitu, sayang". Minato terkekeh melihat tingkah istrinya, menepuk pundak Fugaku, mengajaknya berpindah ke meja makan yang kemudian dibalas dengan anggukan. 

"Mommy, kalau galak nanti cepat tua loh!" ucap Naruto sambil berlari kecil ke meja makan.

"Bilang sekali lagi, dan tak ada ramen satu tahun!" Naruto melotot tak percaya ucapan mommy nya sungguh menyakitkan. Ia lebih memilih tak makan ayam goreng setahun dari pada tidak makan ramen!

"Tidak! maafkan anak mu ini mommy cantik-ku" semua orang tertawa mendengar pertengkarang kecil yang menyegarkan itu. 

Makan malam dua keluarga yang sangat dekat itu berlangsung dengan menyegarkan dengan  canda tawa dan lelucon kecil yang selalu dilontarkan diantara mereka. Tak hanya sang anak-anak, tapi sang ibu dan ayahpun ikut menimpali candaan tiap candaan yang keluar. 

Hari ini memang lah jadwal dua keluarga itu berkumpul, kedekatan yang telah terjalin sejak dulu, tak pernah hilang oleh waktu. 

"Jadi - " suara dengan nada serius Fugaku mengintrupsi kegiatan makan malam mereka. " - kudengar salah satu anakku mengencani Naruto. Siapa itu?"

Naruto tersedak, kedua anak Uchiha ini melotot, sesekali melempar pandang tak berani menjawab. 

'sial' pikir Naruto dan dua Uchiha yang berada di hadapannya.

Suasana menjadi hening. "Dapat informasi dari mana kau?" Lagi-lagi Minato yang memecah keheningan. 

"Kakashi, sekertarisku yang memberitahu. Katanya, jika Naruto datang ke kantor maka ia akan kembali dengan bercak merah seperti kissmark di lehernya."

Naruto hampir menyemburkan minumannya. ' si bangsattttt' batin Naruto stress. Sedangkan para ibu hanya menutup mulutnya tak percaya, bukan hanya para ibu yang bersemu merah mendengar kebenaran dari mulut yang tak terduga, wajah Naruto juga bersemu merah, antara menahan kesal dan malu. 

"Ara ara~" Minato tersenyum mengerikan. Naruto kini hanya berharap percakapan ini tidak akan melaju lebih parah. Ia tidak mau mati muda.

"Jujur saja, aku tidak keberatan, malah senang jika ternyata Naruto akan jadi menantuku Hanya saja jangan melakukannya di kantor, oke? Apa uang hasil kalian bekerja tidak dapat menyewa satu kamar hotel, hm?" Fugaku mencoba menenangkan suasana yang cukup memanas.

'Memang salah siapa suasananya jadi begini?!'  Batin Sasuke dan Itachi bersamaan. 

"Ma - maafkan aku, paman" Naruto tertunduk, malu dan menyesal menjadi satu. 

"Jadi kamu mengakui itu?" Minato mendelik ke arah Naruto. Meminta jawaban cepat.

"Maaf"

"Ini bukan salah Naruto saja kan? Aku sangat yakin salah satu diatara kalian harus bertanggung jawab juga". Mikoto kini melotot kearah kedua anaknya yang menghindari tatapan mengerikan ibunya. Sesekali menyeruput air minumnya yang kesekian kalinya ditambah karena tenggorokannya tercekat untuk menjawab pertanyaan seperti itu di suasana begini.

"Sudah lah! Kalian apa-apaan sih?! Mengganggu suasana makan malam saja! Kan bisa dibahas setelah makan!" Kushina menengahi. Semua menatap Kushina dan mengangguk, menurut apa katanya. Kushina benar, tak seharusnya percakapan ini keluar saat pertengahan makan malam.

Semua melanjutkan makannya, begitu pula Ketiga anak yang kini benar-benar kehilangan nafsu makan sejak dimulainya topik mengerikan itu.

Naruto melirik soyu yang cukup jauh dari jangkauannya, ia mau itu. "Daddy, bisa ambilkan soyu itu?"

Tiga tangan berbeda meraih soyu yang sama bersamaan. Ya, tiga orang bereaksi mendengar permintaan Naruto. Minato, Sasuke, dan Itachi.

Minato menatap curiga, "Kenapa kalian bereaksi saat Naruto memanggil 'daddy' ? Padahal aku yakin sekali yang Naruto maksud itu aku, ayahnya." Minato menekan setiap katanya, terutama pada bagian 'ayah'

"....."

"....." 

"Aku bisa jelaskan!" Ucap Itachi dan Sasuke bersamaan.

"Hmmm?" semua orang mengerutkan keningnya. Kecuali Naruto yang menepuk jidatnya mengetahui ia akan benar-benar mati kali ini.

"Tunggu, Apa maksudmu aniki? Naruto itu kekasihku" Sasuke menatap lekat-lekat mata sang kakak. 

"Kau jangan bercanda otouto, Naruto itu kekasihku". Mata Itachi tak kalah serius membalas tatapan Sasuke. 

Semua orang tahu, dari mata kedua Uchiha itu, tidak ada berbohong. Mata mereka menunjukan keseriusan dan kejujuran.

Semua orang kini mengalihkan tatapan mereka kearah Naruto. Meminta penjelasan.

Naruto tersenyum canggung, "Aku bisa jelaskan"




...

Bawang BombaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang