Cerita Keenam || "Kecupan"

5.6K 456 105
                                    


Cerita Keenam || Kecupan



"Awww" 

Naruto mengalihkan pandangannya ke asal suara, mendekati anak kecil yang barusaja meringis kesakitan setelah jarinya terluka oleh ranting dijalanan. Naruto berjongkok menyamakan tingginya dengan anak itu. "Tanganmu terluka, biar kakak obati ya?" Naruto tersenyum begitu manis. Anak itu terdiam sesaat, melihat kedatangan orang asing dengan paras yang sangat manis. "Aku membawa plester, tapi sebelum itu kita bersihkan dulu darahnya."

Anak kecil itu mengangguk pelan, menerima tawaran Naruto. Sebuah kecupan kemudian Naruto berikan setelah jari anak yang terluka itu terbungkus plester dengan rapi."Nah, sekarang sudah beres, lain kali hati-hati ya." 

Anak itu tersenyum lebar, dan mengangguk dengan penuh semangat "Terimakasih, oniisan!"Teriak sang anak sambil berlari melambaikan tangannya, menjauh dari Naruto yang masih berjongkok disana dengan senyuman yang tak lepas dari wajahnya. 

"Kenapa kau mencium jarinya, Naruto?" Itachi yang sedari tadi memperhatikan adik kelasnya merawat luka anak kecil, menyeritkan keningnya heran.

"Setiap kali aku terluka, mama selalu mengecup lukaku agar aku merasa lebih baik." Naruto menepuk nepuk celananya yang kotor setelah berjongkok tadi, kemudian tersenyum pada senpai nya yang kebetulan berjalan bersama ke tempat les mereka.

"Does that help?"

"well, it always worked to me."

Itachi terdiam, memikirkan perkataan Naruto, bahwa kecupan akan membuat perasaan akan lebih baik saat terluka.

Malam ini cukup sepi di mansion Uchiha, orang tua Itachi harus pergi keluar kota untuk keperluan perusahaan yang mendadak. Menyisakan Itachi dan adiknya, Sasuke yang terus mengunyah makan malamnya.

"Sasuke," Itachi mencoba membuka suara memecah hening antara keduanya. 

"Apa?"

"Aku ingin meminta bantuanmu." Perkataan Itachi ini membuat tangan sasuke berhenti, ia berpikir sejenak, sepertinya kakaknya sedang serius. Tak ada nada candaan atau omong kosong dalam setiap kalimatnya.

"Asal bukan membantumu untuk mendapatkan Naruto, aku pikir aku bisa."

Itachi berdecih, "Tidak jadi kalau begitu." 

Mata Sasuke mendelik sebal, ia sudah tau kalau kakak yang sekaligus rival cintanya ini akan melakukan segala hal untuk mendapatkan perhatian Naruto. "Tidak sudi aku membantu rivalku sendiri mendapatkan hati Narutoku."

Itachi tertawa sebal, "Narutomu? Baru sekelas dengannya saja sudah berani mengklaim hak milik, astaga otouto buka mata mu, dasar halu."

"Halu?" Sasuke menyimpan sendoknya dengan sedikit bantingan, membuat suara dentingan sendok dan piring begitu nyaring terdengar. "Berkaca sana, stalker!"

Itachi tertawa keras, mencoba menghilangkan rasa kesal yang memuncak dan menahan nafsu menguliti adiknya sendiri. "Tidak ada gunanya bicara denganmu, menyesal aku bertanya. Aku minta temanku yang lain saja." Itachi segera beranjak dari duduknya, menyambar handphone dan pergi begitu saja tanpa mempedulikan mata adiknya yang memincingkan kekesalan.

"Apa yang dia rencanakan..." Gumam Sasuke yang terus melihat punggung Itachi semakin menjauh. 

Itachi segera mengunci kamarnya, memasuki kamar mandinya dengan gerakan cepat. ia tidak bisa membiarkan siapapun mendengarkan percakapannya ini. "Halo, Sasori. Aku butuh bantuanmu.."

Bawang BombaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang