Bagian 2

17 2 0
                                    

Kedua kelopak mata Dion terbuka secara perlahan. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah langit-langit berwarna putih. Bau obat-obatan pun tercium ke hidungnya, membuatnya agak sedikit mual. Ia berusaha bangun, namun sepertinya tenaganya belum sepenuhnya pulih. Tapi rasa pusing yang ia rasakan sebelumnya sudah hilang.

Dion menyipitkan mata untuk menyesuaikan pandangannya. Sembari menyibak rambutnya ke belakang, ia melihat seorang gadis tengah tertidur di kursi sebelah brankar. Ya, itu adiknya, Athala. Kedua tangannya mengusap lembut puncak kepala adiknya itu. Sepertinya ia telah membuat adik manisnya itu begitu repot.

Merasakan sentuhan tersebut, kedua mata Athala terbuka dan ia melihat Dion tengah tersenyum menatapnya.

"Kakak? Sudah sadar ternyata," ucapnya sembari mengucek-ucek matanya.

"Iya. Sudah dari semalam kamu disini?"

Seolah kesadarannya telah kembali dan mengingat kejadian hari kemarin, Athala menatap kakaknya dengan tangan terlipat, "menurut kakak?"

Dion menghela napas. Sepertinya dugaannya benar, Athala kesal dengannya.

"Aku bertanya padamu, kenapa tanya balik?"

"Justru disini yang seharusnya bertanya itu adalah aku. Kenapa kakak masih saja pergi ke club, padahal aku sudah berapa kali melarang?"

"Athala.."

"Oh, bukan, yang membuat aku lebih kesal itu adalah kau sudah janji untuk tidak pernah pergi kesana lagi. Tapi apa buktinya? Kakak mengingkarinya."

"Athala.."

"You make a promise but you're broke it too."

"Thala.. I...i'm so sorry."

Dion hanya bisa menunduk. Ia tahu Athala sangat kecewa padanya. Padahal ia sendiri sudah berjanji kepada adiknya itu untuk tidak pergi ke club. Ia paham, disini ia salah. Sangat salah. Membuat adiknya merasa kecewa padanya membuktikan bahwa ia bukan seorang kakak yang baik.

"Kamu datang juga ke club itu?"

Athala menggeleng. "Untungnya ada Sera yang ingin membantuku. Kalau bukan karena dia, mungkin kakak sudah..." Athala menggantung ucapannya. Dia tidak kuasa membayangkan perkataan Sera kemarin, bahwa kakak laki-lakinya hampir saja 'ternodai' oleh seorang perempuan tidak dikenal.

"Ah, aku tidak bisa mengatakannya."

Dion sedikit terkejut mendengar bahwa Sera, sahabat karib adiknya lah yang telah membawanya keluar dari club itu. Memang ia masih ingat dengan kejadian kemarin. Dari mulai ia duduk di depan meja bartender sambil menikmati alkohol, lalu kemudian ia melihat seorang gadis yang tiba-tiba menghampirinya, yang sialnya mirip dengan 'seseorang'. Gadis itu membawanya ke suatu tempat, dan hampir saja menjadi korban asusila jika bukan karena seorang gadis ber hoddie yang menyelamatkannya.

Dan ternyata itu Sera.

Dion tidak mengenal Sera, hanya saja ia tahu kalau Sera adalah sahabat Athala dan sering menolongnya. Seperti kali ini.

"Kakak harus berterima kasih padanya." ucap Athala serius

Mendengar hal itu, Dion pun tersenyum dan mengangguk.

"Iya, nanti kakak temui dia."

Sebuah pertemuan yang seharusnya hanya terjadi sekali dan demi mengucapkan terima kasih, tetapi nantinya akan membawa Dion kepada hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

---

Sera baru saja menyelesaikan 'urusannya' di toilet. Namun baru saja hendak membuka pintu toilet, ia mendengar suara kedua orang siswi sedang bercakap. Kalau dalam situasi normal sudah pasti Sera langsung melangkah keluar tanpa mempedulikan mereka. Namun kali ini, ia terpaksa berdiam diri sementara di dalam bilik toilet karena tak sengaja, telinganya menangkap bahwa salah satu dari mereka ada yang menyebut namanya.

Someday, I Hope..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang