Bagian 3

9 1 0
                                    

Sera duduk di ruang makan sembari menikmati menu sarapan pagi kesukaannya ; fluffy pie.

Matanya sesekali melirik ke arah jam dinding yang ada tepat di dinding depan sebelah kanan. Pagi ini Athala mengajaknya untuk berangkat sekolah bersama. Sebenarnya, Sera merasa sedikit aneh karena tidak biasanya sahabatnya itu mengajaknya berangkat bersama. Terlebih lokasi rumah mereka berdua yang letaknya saling berjauhan.

Athala rela berangkat dari rumahnya kemudian menyambangi rumah Sera terlebih dahulu lalu baru pergi ke sekolah. Kalau Sera jadi Athala sih, ogah.

Sera mengambil ponselnya, masih belum ada notifikasi dari Athala. Tadi ia berkata bahwa ia akan sampai di rumah Sera dalam waktu 20 menit. Sedangkan ini sudah ada 30 menit Sera menunggu.

Apa ia berangkat duluan saja? Tapi takutnya, kalau Athala benar-benar sudah jalan lalu ketika sampai di rumah Sera yang ternyata sudah kosong, pasti akan membuatnya kecewa.

Akhirnya Sera memutuskan untuk menunggu sebentar lagi. Toh, bel masuk sekolah masih lama, sekitar 45 menit lagi. Untungnya, jarak antara rumah Sera ke sekolah hanya menempuh waktu kurang lebih 20 menit.

Tidak lama kemudian, pintu depan rumah Sera diketuk. Pasti itu Athala. Sera langsung bergegas membereskan sarapannya lalu kemudian pergi menuju pintu.

Wajah Athala yang begitu berseri adalah pemandangan pertama yang Sera lihat ketika membuka daun pintu.

Peristeria Athala Larasati, gadis berparas manis dan menjadi salah satu gadis incaran para siswa di sekolah. Rambut lurus sepunggung yang biasanya seringkali Sera lihat, kini ditata menjadi ekor kuda. Wajah manisnya kian terlihat lebih jelas dari sebelumnya.

"Morning, Sera." Athala menyapa sambil tersenyum.

"Kau telat 35 menit,"

Athala terkekeh, "maaf, tadi aku harus menyelesaikan 'urusanku' di toilet sedikit lama."

Sera hanya menghela nafasnya. Sebenarnya tidak masalah sih kalau Athala telat datang, atau bahkan kalau mereka harus datang terlambat ke sekolah sekalipun.

"Ayo, kita berangkat."

Athala pun menuju ke mobilnya yang terparkir tepat di depan pintu gerbang, sementara Sera mengunci pintu rumah.

Setelah memastikan rumahnya aman, Sera menghampiri Athala yang tengah membuka pintu mobil.

"Silahkan," Athala bertingkah seperti gaya pelayan yang membukakan pintu mobil bagi tuannya.

Sera hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Sera masuk ke dalam mobil lalu disusul oleh Athala.

Sebenarnya Sera masih merasa mengantuk pagi ini, dan kebetulan karena ia tidak perlu menyetir maka ia bisa tertidur sebentar selama perjalanan.

Baru saja hendak memejamkan mata, pandangannya tidak sengaja tertuju ke arah kursi penumpang di sebelah supir. Postur tubuh seorang lelaki terlihat dengan balutan jas perkantoran. Sera pun baru menyadari bahwa parfum dari lelaki tersebut telah merebak di dalam mobil mengalahkan pengharum aslinya.

Seakan menyadari pandangan Sera, Athala pun mulai angkat bicara.

"Hari ini kakak ku ikut mengantar ke sekolah, karena kebetulan dia juga akan berangkat ke bandara. Jadi sekalian saja." Athala menjelaskan sembari melirik ke arah kursi di bagian depan.

Oh, ternyata kakaknya yang waktu itu hampir jadi korban pemerkosaan.

Sera hanya manggut-manggut saja. Jangan tanya kenapa ia tidak mengucapkan salam atau semacamnya, itu bukan gayanya. Beda cerita kalau disitu adalah ayah atau ibunya Athala. Namun, walau Sera tidak mengenali Dion ia sudah tahu tipikal lelaki seperti Dion itu bagaimana; tidak suka berbasa-basi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Someday, I Hope..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang