▬ lima

4.9K 878 130
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

(Name) mengambil kaos lengan panjang (favorite color) dan rompi yang pas dengan kaosnya. Memilih untuk memakai celana jeans panjang di kencan butanya yang terakhir. Tidak lupa pula, dia memakai topinya serta tas kecilnya dan mengunci pintu apartemennya.

(Name) sebenarnya masih kesal dengan sikap pasangan kencan butanya yang tidak membalas pesannya, tapi apa boleh buat. Tanpa bertemu pun, dia sudah tahu seperti apa kepribadiannya yang membuat (Name) ingin segera kembali ke tempat tidurnya yang nyaman dibandingkan bersama pria kencannya.

Cafe di sisi jalan itu masih buka hingga tengah malam. (Name) selalu datang ke sana jika dia malas memasak atau menikmati minuman favoritnya yang memiliki rasa pas di lidahnya. Mendorong pelan pintunya dan pergi ke meja pesan untuk memilih makanan serta minumannya sambil menunggu. Selesai dengan itu, (Name) memilih tempat duduk yang agak jauh dari keramaian dan menyamankan dirinya. (Name) mengambil ponselnya dan mengecek apakah ada notifikasi. (Name) mengirim pesan kepada Harumi tentang pria kencannya ini, tapi belum ada balasan apapun. Mungkin saja dia pergi lagi ke luar negeri untuk bisnis keluarganya.

Pesanan (Name) datang dan (Name) mengucapkan terima kasih pada pelayannya. Manik (Name) menerawang ke cafe yang masih terlihat ramai dan juga udara hangat membuat di dalam cafe ini terasa nyaman. (Name) menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dan mengunyah pelan. Sepuluh menit sudah berlalu dan dia sama sekali tidak melihat seseorang yang datang menghampirinya.

Dua puluh menit. Setengah jam. Satu setengah jam. (Name) mengetukkan jarinya bosan ke atas meja, dia melirik ke ponselnya yang terlihat waktu sudah pukul setengah sepuluh malam. Sepertinya pria kencannya tidak datang dan (Name) merasa lega di satu sisi lain juga kesal. Dia menghabiskan waktunya menunggu untuk hasil yang sia-sia.

(Name) berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan ke kasir dan membayar makanan serta minumannya. Pergi dari zona nyaman cafe itu membuat (Name) bisa merasakan udara dingin yang menusuk ke kulitnya. (Name) membenarkan topinya dan memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar sebelum pulang ke apartemennya. Agar luapan marahnya bisa perlahan hilang dengan jalan-jalan malam.

Pandangan (Name) terlihat kosong, dia menggigit bagian dalam pipinya karena dia tidak percaya apa yang terjadi. Ya, dia bersyukur tidak bertemu dengan pria kencannya yang terakhir. Tetapi, sesial itukah (Name) dalam hal percintaan? Sampai-sampai kejadian ini menimpanya. Kadang (Name) berpikir, apakah seumurnya dia akan selalu sendirian?

"Ack!"

"A-ah maaf."

(Name) memegang bahunya yang tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang mungkin lebih kuat darinya, karena, ow. Rasa sakitnya benar-benar tidak hilang cepat.

"Tidak apa-apa, aku yang seharusnya minta maaf," ucap (Name) pelan.

"Hey, kau (Last Name) (Name) 'kan?"

(Name) mengadahkan kepalanya untuk melihat dengan siapa dia bicara. Pria tinggi dengan rambut pirang pucat dan manik coklat gelap. (Name) seperti pernah melihatnya.

"Iya, itu aku."

"Oh, kau kencan butaku, hm?"

(Name) yang mendengarnya membulatkan matanya. Harumi memberitahukan informasi pribadi kepada kencan butanya? Bukannya dia sudah bilang pada Harumi agar tetap menjaga privasinya. (Name) harus bicara pada Harumi setelah ini.

"Mungkin? Aku tidak tahu dan kau tidak melihat pesan yang aku kirim?"

Pria di depannya mengedipkan kedua matanya bingung lalu menggelengkan kepalanya. "Justru aku menunggu pesan darimu, tapi belum ada juga," jawabnya sambil tertawa pelan.

Tunggu dulu! Jika dia tidak menerima pesannya berarti nomor siapa yang dia terima?! Harumi memberikan nomor palsu padanya? Lelucon macam apa ini?!

"Sudahlah, yang penting kita bertemu 'kan? Karena ini sudah malam mau kuantar pulang atau mau jalan-jalan?" ajaknya.

(Name) agak ragu untuk menerimanya, tapi akhirnya dia mengiyakan permintaannya untuk mengantarnya pulang karena kepalanya terasa pusing dan berjalan bersampingan bersama pria yang tingginya ini membuat (Name) iri.

"Oh ngomong-ngomong, namaku Miya Atsumu." Atsumu memberikan uluran tangannya untuk berjabat dengan (Name).

"Miya Atsumu... senang berkenalan denganmu." (Name) menjabat tangan Atsumu yang lebih besar dari miliknya. Setelah sadar dengan siapa dia bicara, (Name) ingin menampar dirinya.

Miya Atsumu itu salah satu pemain reguler dari MSBY yang terkenal dengan dua senjata itu. (Name) penasaran bagaimana Harumi bisa mengatur kencan butanya dengan salah satu pemain bola volli yang terkenal ini.

"Kaget mendengar namaku? Aku kira aku kurang terkenal karena sepertinya (Last Name)-chan baru menyadarinya," ucap Atsumu dengan nada jahil.

(Name) hanya menggidikkan bahunya. "Aku sedang menelan semua informasi yang aku dapat hari ini," jawab (Name) simpel.

"Hmm begitu, ya." Atsumu menggosokkan kedua tangannya agar menghasilkan sedikit kehangatan. "Bagaimana harimu, (Last Name)-chan?"

"Normal seperti biasa," jawab (Name) cepat.

Atsumu menganggukkan kepalanya pelan mendengar respon (Name) yang singkat. Dia juga lumayan canggung bersama (Name). Apalagi, dia tidak terlalu hebat dalam berbicara dengan gadis karena ujung-ujungnya, mulutnya akan mengeluarkan perkataan tajam.

"Miya-san kenapa setuju dengan kencan buta ini?" tanya (Name) tiba-tiba.

Atsumu melihat ke samping dimana (Name) menundukkan kepalanya dan garis bibirnya lurus, tidak tersenyum. "Aku dipaksa oleh teman-temanku, mereka bilang aku tidak akan pernah dapat kekasih kalau aku tidak bergerak yang pertama."

(Name) merasa jawaban yang diucapkan Atsumu hampir sama dengan apa yang dia alami. (Name) kira, Atsumu bisa mendapatkan siapa yang dia mau karena kepopulerannya.

"Mereka peduli padamu kalau begitu."

"Aku juga berpikir demikian dan setelah melihat (Last Name)-chan tidak seperti gadis yang kutemui, aku mulai merasa nyaman," ucap Atsumu sambil tersenyum kecil.

(Name) memasang wajah bingung, apa yang membuat Atsumu nyaman bersamanya? Padahal, (Name) daritadi terlihat bersikap dingin padanya. Pandangan (Name) kembali ke depan dan dia melihat apartemennya.

"Di sana apartemenku, Miya-san." (Name) menghentikan langkahnya.

"Oh? Jadi ini sampai jumpa?" ucap Atsumu dengan nada bertanya sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Mungkin?"

"Kalau begitu, aku ingin kita bertemu lagi jika ada waktu, ini nomorku." Atsumu memberikan kertas pada (Name) dan (Name) menerimanya.

"Terima kasih, Miya-san."

"Sama-sama, ngomong-ngomong selamat malam, (Last Name)-chan. Aku tidak sabar untuk bertemu lagi denganmu." Atsumu sedikit mengangkat tangannya dan melambaikan tangan pada (Name).

Rasa kesal (Name) hilang dari dadanya setelah mengetahui ternyata pria kencan butanya tidak seburuk yang dia kira dan lagi.. dia harus minta maaf terlebih dahulu pada orang yang dia kira sebagai pria kencannya.

Bibir (Name) membentuk senyum saat matanya melihat kontak Miya Atsumu ada di dalam ponselnya.

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

{ bersambung }

















funfact : tadinya hika mau kencan butanya oikawa tapi hika baru inget kalau oikawa itu ada di liga argentina. dan timeline di sini sebelum pertandingan antara alders vs black jackals.

𝐖𝐫𝐨𝐧𝐠 𝐍𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫𝐬 | K. TOBIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang