Mencoba

23 3 1
                                    

Kalau dibilang aku menyukai Inoo-san, mungkin iya. Aku suka kepribadiannya yang tenang dan sopan. Atau tidak? Mungkin aku hanya mengagumi kepribadiannya. Tapi akibat menginap dan sahur dengan Inoo-san waktu itu, aku semakin yakin akan perasaanku. Tapi bagaimana cara mengungkapkannya?

"Inoo-san, mau makan siang bersama hari ini?" aku mendengar Takaki-san dan Arioka-san mengajak Inoo-san makan siang.

"Ah, maaf, aku masih berpuasa" tolak Inoo-san dengan sopan.

"Oh? Belum selesai ya? Maafkan kami ya"

"Tak apa kok" senyum Inoo.

Penasaran, aku menghampirinya. "Inoo san, kalau boleh tau, memangnya sampai kapan berpuasa begini?"

"Hm?" Inoo menoleh, "Nakajima-san ingin coba?"

Mengangkat bahunya, "Mungkin..."

Inoo terkekeh, "Nakajima-san boleh saja kalau ingin mencobanya. Tapi jangan lupa sahur seperti kemarin ya"

"Oh ya? Kalau begitu besok aku akan mencobanya" ucapku bersemangat. Inoo-san mengangguk senang. Kalau aku mencoba puasa juga, mungkin bisa buka puasa bersama dengan Inoo-san lagi. 

 "Ano... Inoo-san belum menjawabku tadi" Aku menggaruk kepalaku gugup.

"Oh, maaf.. Haha, muslim sepertiku harus berpuasa selama sebulan penuh" jelas Inoo.

"Hah?! Sebulan penuh?! Apa Inoo san tidak kelaparan?"

"Pasti, tapi harus ditahan..."

Yuto mengangguk, "Lalu kapan Inoo san berbuka puasa?"

Inoo melihat jamnya sekilas "sekitar... jam 7 malam nanti"

"Selama itu?!"

Inoo tertawa kecil, "Kenapa? Nakajima-san tidak jadi puasa besok?" godanya.

Merasa tertantang, "Ti-tidak! Aku akan coba puasa besok!"

"Baiklah..."

***

Esok harinya, sesuai janjiku pada Inoo san, aku berpuasa sejak pagi hari. Inoo-san bilang, kalau aku harus makan sebelum matahari terbit dan yah, aku melakukannya. Aku makan sebanyak yang aku bisa pada malam itu. Dan sekarang rasa kantuk mulai membebani mataku.

Rasanya susah sekali bahkan untuk duduk tegak di kursiku. Bagaimana Inoo-san melakukannya? Aku melirik Inoo san, bahkan dia terlihat segar sekali dan sibuk berlari kesana kemari mengirim laporan dan yang lainnya. Ugghh... mataku berat sekali, mungkin sedikit memejamkan mata tidak apa-apa.

***

"Nakajima-san?"

Apa itu? Ah... suara Inoo-san.

"Nakajima san?"

Seperti biasanya, suaranya lembut bagaikan sutra.

"Nakajima-san!"

"Ya?!' aku terkejut ketika seseorang mengguncang tubuhku dan langsung bertatapan dengan Inoo-san yang sedang tersenyum

"sudah tidurnya?"

Hah? Aku? Tertidur? Aku cuma memejamkan ma...ta. sudah jam 11 siang, berapa lama aku tertidur?!

Inoo-san tertawa lembut, "Aku percaya sekarang Nakajima san sedang puasa... tapi bisakah aku meminta tolong cetakan design untuk Nakamura-san? Aku membutuhkannya sekarang"

Dengan tergagap, aku pun membantunya. Dengan jahil, Inoo-san menggodaku soal ketiduran tadi.

Menghempaskan tubuh di kursi dengan lelah sampai tidak terasa jam makan siang sudah terlewat. Perutku keroncongan, diminta diisi dengan makanan lezat. Seperti ramen, udon, dan mungkin juga sushi.

Takdir RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang