Iftar

30 3 1
                                    

Aku mengerang saat sinar matahari masuk melalui celah jendela. Aku bangun dan mengucek mataku yang silau karena terpaan sinarnya. Aku melihat sekeliling, apartment baru. Aku harus terbiasa dengan apartment yang lebih luas ini. Aku bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah rapi dengan jasku, aku membuat kopi dan memanggang roti untuk sarapan. Aku tidak bisa memakan makanan yang berat di pagi hari.

Sembari mengunyah roti, aku melihat arlojiku. Masih terlalu pagi untuk datang tapi aku bosan juga menghabiskan waktuku di apartment. Setelah menghabiskan sarapanku, aku memutuskan untuk datang lebih awal ke kantor. Gedung kantor dan apartmentku berada di tengah kota dan sangat dekat. Hanya 5 menit dengan berjalan kaki. Bisa kalian bayangkan betapa mahalnya harga apartmentku khan? Jujur saja, aku juga tidak akan mampu untuk menyewa apartment seelit itu. Tapi karena ini difasilitasi kantor, mau tidak mau aku menempatinya.

Saat tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai, aku melihat pemandangan yang membuatku tersenyum dan hatiku melunak. Beberapa meter di depanku, terlihat Inoo-san sedang membantu nenek-nenek menyebrang jalan. Tidak hanya wajahnya yang cantik, namun akhlaknya juga. Benar-benar tipe wanita idaman. Tunggu. Apalagi yang aku pikirkan?! 

Karena malu, aku bergegas masuk ke gedung dan masuk ke divisiku. Saat aku sampai di kantor, suasananya masih sepi. Bahkan banyak lampu yang belum dinyalakan. Hanya lampu divisi operasional yang sudah menyala. Tanpa pikir panjang, aku langsung berjalan ke mejaku. Namun, betapa kagetnya aku saat melihat pemandangan Takaki-san sedang bercumbu mesra dengan Arioka-san di ruangan dengan jendela kaca. Apa-apaan ini?! Kemarin ia sangat tsundere. Sekarang ia malah bermesra-mesraan dengan Takaki-san. Dan ini masih pagi!

"Hey" Jantungku hampir copot saat seseorang menepuk pundakku. Aku memegang dadaku lalu menoleh ke si pelaku.

"I-Inoo-san..." ucapku yang masih dalam keadaan kaget.

"Apa aku mengagetkanmu?" Ia terkekeh. Rasanya jantungku semakin berdetak tak karuan.

"Lu-lumayan..." jawabku sambil mengatur nafasku.

"Maaf~ kenapa sampai kaget begi-- Astahfirullah!" Inoo-san seketik berteriak dan menutup matanya saat melihat adegan yang tidak sepatutnya dilihat. Aku pun menuntunnya ke mejanya.

"Kita sudah di mejamu, Inoo-san" ucapku. Ia pun membuka matanya.

"Benarkah?" Ia melihat sekeliling lalu menghela nafas lega.

"Tidak seharusnya aku melihat itu saat sedang berpuasa" ucapnya sambil meletakkan tasnya di meja.

"Kenapa tidak boleh?" tanyaku penasaran.

"Karena itu hal yang tidak bagus untuk dilihat, Nakajima-san. Itu bisa mengundang nafsu. Selain menahan lapar dan haus, kita juga harus menahan nafsu dan emosi kita saat berpuasa" jawabnya. 

"Oh... begitu..." aku mengangguk, tidak tau harus berkomentar apa.

"Kalau begitu... aku ke mejaku ya" aku permisi dan kembali ke tempatku. 

"Iya. Sampai bertemu saat istirahat" ucapnya sambil melambaikan tangan. Saat aku melewati ruangan itu pun, Takaki-san dan Arioka-san masih bermesra-mesraan. Aku memutar bola mataku. Kapan mereka akan selesai?

~

"Lihat dia, sok anggun sekali"

"Iya. Dia semakin sombong sejak menggunakan hijab"

"Benar. Masa dia menolak anak direktur hanya karena berbeda agama"

"Saat ditawari jadi model juga tidak mau. Maunya dia apa sich?"

Aku mendengar beberapa staff divisi sebelah sedang bergosip tentang Inoo-san. Memang mereka tidak menyebutkan nama, tapi siapa lagi yang berhijab selain Inoo-san? Namun aku juga kaget mendengar beberapa gosip tersebut. Menolak anak direktur dan menolak menjadi model? Semua wanita benar-benar menginginkan itu. Tapi kenapa ia tidak? Dia benar-benar satu dari sekian banyak.

Takdir RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang