Ep. 03

2.4K 680 56
                                    

"Tentu, biarkan saja. Dia memang agak aneh." jawab Charlotte. "Ayo habiskan, Ibuku memasaknya khusus sebab kau yang hari ini jadi tamu."

Mendengar itu Taylor tersenyum.

Pesta kecil-kecilan itu sudah berlangsung sekitar dua jam dan Shannon sesekali melirik Taylor. Diraihnya gelas berisi wine, isi kepalanya berantakan memikirkan bagaimana caranya ia membawa Taylor pergi. Sekarang bagaimana caranya Shannon menyelamatkan laki-laki yang dicintainya agar tidak mati untuk kedua kalinya?

"Aku akan mengambil beer dibawah." ucap Irene yang hendak menuju ruang bawah tanah bersama Joyce.

"Okay." balas Charlotte.

Taylor merogoh sakunya, mengeluarkan rokok tapi kemudian dia teringat.

"Aku lupa."

"Apa?" tanya Charlotte.

"Pemantik apiku, kau punya?"

"Tentu saja, akan aku ambilkan."

Kemudian Charlotte berdiri dan pergi ke kamarnya. Tersisa Wendy, Shannon, dan Taylor.

Ini kesempatan bagus.

"Wendy, bisa tolong ambilkan..."

"Apa?" sahut Wendy.

"Ambilkan..."

"Ambilkan apa?" tanya Wendy.

Shannon berpikir keras.

"Maksudku, tolong periksa mesin pemotong rumput di garasi."

"Huh?" dahi Wendy mengernyit. "Kau ingin aku melakukan itu?"

"Bisa tolong kau pastikan ada? Aku akan memotong rumput halaman besok pagi."

"Kau tidak bisa melakukannya sendiri?"

"Kau lupa besok hari apa? Aku ingin kita membagi tugas. Kau tahu, kau cukup memeriksanya saja sekarang dan memastikan mesinnya menyala, aku berjanji aku akan memotong semua rumputnya besok sendirian."

Wendy berpikir, boleh juga. Besok memang harinya. Kalau tidak dituruti Irene bisa mencekik leher keduanya.

"Okay." hanya itu yang diucapkannya sambil berjalan keluar.

Berhasil!

Tersisa Shannon dan Taylor, tidak ada banyak waktu. Shannon segera menghampiri Taylor.

"Ya?"

"Kau mungkin tidak mengingatku. tapi aku disini untuk menyelamatkanmu." jelas Shannon.

Taylor mengernyit, "Aku bahkan tidak mengenalmu bagaimana bisa kau mengatakan seolah-olah seharusnya aku mengingatmu?"

"Keluar dari sini." suruh Shannon.

"Apa?"

"Lari sesegera mungkin. Cepat pergi dari sini." titah Shannon pelan namun penuh penekanan.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." bukan main, Taylor heran, benar apa yang dikatakan Charlotte kalau kakaknya ini agak aneh.

"Aku, Charlotte, dan semua yang ada disini sama sekali bukan keluarga. Kami penyembah iblis, kami mengorbankan laki-laki untuk sebagai bahan ritual."

Taylor betul-betul bingung, memangnya yang seperti itu betul-betul ada?

"Kudapatkan pemantiknya!" tiba-tiba Charlotte turun dari tangga.

Shannon dan Taylor yang sedang duduk berdekatan sontak sedikit terlonjak.

"Kau sedang apa dengannya?" tanya Charlotte sinis.

"Hanya mengobrol biasa, pertanyaan-pertanyaan biasa." jawab Shannon kikuk seraya langsung berdiri. "Aku harus menghampiri Wendy."

"Mesinnya menyala." ujar Wendy yang tiba-tiba masuk kedalam rumah.

"Ayo kita minum lagi!" ucap Joyce yang kembali dari ruang bawah tanah, disusul Irene.

"Ada apa?" tanya Joyce mendapati suasana yang entah kenapa terlihat sedikit canggung.

GIRL IN REDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang