BAB 5

52 9 4
                                    

Saat Tiya melamun, memikirkan pertanyaan Shella, Tiya terkejut dengan suara tawa dari seorang wanita yang baru saja tiba di basecamp dua orang lelaki dan 1 orang wanita lainnya. Mereka saling bertatap muka, salah satu diantara mereka bertanya.
"Siapa dia shel" tanyanya.
"Oh kenalin dia Tiya temen baru gue sekaligus anggota baru MOR" jawab Shella mengenalkan Tiya kepada teman-temannya.
"Ooohhh iya Tiya, kenalin juga ini temen-temen gue sekaligus anggota MOR juga, yang di sana namanya Salsa, sebelahnya Zen, nah terus itu Bang Nanda dan paling ujung namanya Reno" lanjut Shella mengenalkan satu-persatu temannya.

"Hai Tiya!" ucap mereka bersamaan.
"Hai" balas Tiya dengan canggung.
"Hai gue Reno gue asal Bandung, kalo lu butuh bantuan ntar lo panggil gue aja ya!" kata lelaki bernama Reno
"Oh iya, lu kenal dia dimana Shel?" tanya Salsa.
"Gue ketemu tadi pagi sama dia pas gue lagi ngobrol sama Chika di pojokan biasa, eh dia ngeliatin, pas gue deketin ternyata dia juga bisa liat" jawab Shella menjelaskan.
"Ooohh, terus si Fazli kemana?" tanya bang Nanda.
"Bang Ji tadi disusul sama pacarnya" kata Shella singkat.
"Ada urusan apa tu anak nyusul si Fazli sampe bela-belain kesini? Bukannya dia penakut ya, apalagi sama lu Shel, hahaha" kata Zen dengan nada mengejek.
"Gatau mungkin doi abis kena masalah sama Arki, kan tadi bang Ji nolongin si Tiya lagi dibully sama si Arki sialan itu. Dia kan ga bisa ngelawan Bang Ji, mungkin dia ngelampiasin ke Nitya, secara kan dia pacarnya. Mungkin ya." tutur Shella dengan detailnya.
"Tunggu, jadi lo dibully sama si Arki?" tanya bang Nanda.

Tiya hanya mengangguk membenarkan pertanyaan bang Nanda tersebut.

"Wah bener-bener tuh anak pen gue bakar", lanjut bang Nanda dengan geram.
"Eh Tiya kalo lo ntar diganggu lagi sama si Arki itu lo telfon gue aja ya, sini mana hp lu biar lu bisa nyimpen nomer gue, dan gue bisa nyimpen nomer lu" kata Reno modus.
"Najis lu No, bilang aja lu mau dapetin nomernya Tiya, dasar modus" kata salsa dengan ekspresi jijik
"Dihh, bilang aja lu cemburu Sa" balas Reno.

Mendengar itu semua orang tertawa melihat tingkah Reno dan Salsa.
Tiya pun ikut tertawa, untuk pertama kalinya ia berada dalam lingkungan hangat, bersama teman-temannya yang mengerti akan kemampuannya.

Shella POV

Selagi mereka tertawa gue langsung narik tangan Bang Nanda ke dapur basecamp. Ada satu hal yang gue mau omongin sama dia.
Bang Nanda kaget karena tangannya ditarik paksa sama gue.

"Apaan si lu shel? Kaget tau gue!!" kata bang Nanda yang berusaha buat lepasin tangannya.
"Gue mau ngomong sesuatu, ini tentang Tiya, dan gue cuma mau lo yang tau tentang ini!" jawab gue dengan tegas.
"Emang apaan sih?" tanya bang Nanda bingung.

Gue pun menceritakan semua yang gue tau tentang Tiya, mulai dari rumah, awal mula dia bisa liat, sampe hantu yang ngikutin dia.
"Ya terus?!" ucap bang Nanda yang blm mengerti arah pembicaraan gue.
"Gini bang, hantu yang ngikut ke Tiya itu, mirip banget sama Sinta!" ucap gue menjelaskan
"Tunggu, maksud lo, Sinta temen kita yang udah lama meninggal itu?" tanya bang Nanda tak percaya.
"Iya masalahnya gue gak bisa berkomunikasi sama dia, satu-satunya orang yang yang bisa berkomunikasi cuma Tiya, mana Tiya masih takut sama hal yang ia liat, karena itu juga gue blm bisa mastiin itu Sinta apa bukan?" Jawab gue.
"Terus kenapa cuma Tiya doang yang bisa berkomunikasi sama dia?" Tanya bang Nanda.
"Mungkin karena Tiya yang pertama kali liat" balas gue
"Oke sekarang gue paham. Satu lagi yang mau gue tanyain" kata bang Nanda.
"Apaan?" Jawab gue singkat.
"Kenapa lo mau anak-anak MOR yang lain ga tau?" Tanya bang Nanda.
"Gue cuma mau mastiin lebih dulu dia Sinta atau bukan, kalo bukan ya gapapa kita kasih tau, kalo bener gue harap cuma kita berdua aja yang tau, lo tau kan gmn bawelnya anak MOR kalo udah gosip, ntar kalo kedengeran si Arki bisa gawat, kita semua bisa dikeluarin dari kampus! Lo kaya ga tau aja si Arki udah dendam sama si Sinta dari kapan, cuma gara-gara Sinta lebih pinter dan dapet perhatian yang lebih dari dia" ucap gue mencoba menjelaskan
"Oke gue ngerti sekarang, dan gue janji bakal merahasiakan ini dari yang lain" janji bang Nanda ke gue.

Mengingat soal Sinta membuat gue berpikir tentang kejadian kami bertengkar dengan hebatnya sampai bisa merenggangkan pertemanan kami seperti sekarang ini. Jadi teringat dengan keadaan kami sebelum hubungan kami renggang seperti sekarang, mengingat hal yang memang tidak ingin teringat merupakan kenangan yang menyakitkan, bukan? Tapi sejujurnya itu bukan lah kenangan yang menyakitkan. Dahulu,  gue, bang Nanda, Arki dan Sinta merupakan teman dekat, sebelum semuanya seperti sekarang dan kami benar-benar menjauh.

Tiya POV

Sambil termenung aku memikirkan pertemuan dengan anggota MOR yang bisa menerima keadaanku yang sekarang ini. Aku senang ada banyak manusia yang bisa memaklumi keadaanku yang seperti ini. Berawal dari obrolan singkat kami tadi, akhirnya aku menjelaskan apa yang aku bisa rasakan dan melihat mereka yang tidak terlihat. Sejujurnya aku tidak ingin semua orang tahu tentang kelebihan atau kekurangan ku ini karena aku tidak mau orang orang akan menjauhi ku nantinya. Tapi, aku harap Shella bisa di percaya. Setelah sekian lama aku merasakan ada kehadiran teman yang bisa mengerti diriku. Sejujurnya aku agak merasa terganggu dengan sesuatu akhir-akhir ini. Entah kenapa aku merasa ada sosok makhluk yang mengikuti ku dari awal aku menginjakan kaki ku di kampus ini, rasanya seperti ada yang mengawasi dan mengikuti ku dari jauh, tapi aku berusaha mengabaikannya, karena aku tidak ingin berkomunikasi dengan mereka. Aku harap keputusan ku sudah benar dengan menceritakan semua ini kepada Shella. Entah mengapa, perasaan ku sedikit tidak enak akhir-akhir ini.

/Ending POV/

Dari kejauhan, ada sosok yang memperhatikan gerak-gerik Tiya dengan sangat hati-hati, sosok tersebut terlihat menyeringai entah apa yang ada di benaknya. Sedari dia mengobrol dengan Shella sosok ini sudah membuntuti Tiya dengan rasa keingintahuan yang sangat tinggi. Dengan keadaan menyeringai sosok itu terus membuntuti Tiya sampai pada akhirnya sosok ini tersadar bahwa Tiya juga merasakan kehadirannya dan hal tersebut membuat sosok ini sangat amat tertarik untuk mengawasi dari jauh.

MOR EXPEDITIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang